News

Gambar Tidak Tersedia

TILAWAH MEMBAWA KETENANGAN BATIN

Saat ini banyak manusia terjankit penyakit kelabilan jiwa yang cukup memperihatinkan dan nampaknya semakin meningkat jumlahnya. Gejala ini disebabkan banyak hal, namun penyebab yang paling dominan adalah jauhnya mayoritas manusia dari petunjuk Ilahi. Allah telah menegaskan hal tersebut dalam surat Thaha [20] ayat 124.

Salah satu cara dalam Islam agar mendapatkan ketenangan jiwa adalah dengan membaca al-Qur’an. Orang-orang yang membaca atau mendengarkan al-Qur’an akan dianugrahi ketenangan hati. Ketenangan hati inilah yang membawa dirinya taat kepada Allah sehingga menjadi sehat jasmani dan rohaninya. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah Swt., dalam surat ar-Ra’du [13] ayat 28.

Membaca al-Qur’an termasuk juga di dalamnya dzikrullah ini. Selain itu, orang yang belajar dan yang mengajarkannya digolongkan dalam kelompok orang-orang yang terbaik kualitas keislamannya.

Membaca al-Qur’an mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan karena berupaya mengakrabkan orang-orang yang beriman dengan kitab suci sehingga tidak buta dengan al-Qur’an dan menjadikan pedoman hidup yang terbaik bagi seseorang. Selain itu membaca al-Qur’an juga memberi kehidupan pada jiwa, akal bahkan jasadnya, ini berarti al-Qur’an sangat dibutuhkan ruhani. Ruhani yang sehat dan kuat akan melebihi kekuatan tubuh yang sehat dan kekar apalagi kalau kedua unsur tersebut sehat maka sempurnalah manusia dalam hidupnya.

Oleh karena itu, sudah seharusnya al-Qur’an perlu dibaca berulang-ulang sehingga secara kontinyu mendapatkan peringatan dari Allah dan lebih banyak hidup bersama ayat-ayat Allah Swt. Bacaan al-Qur’an mempunyai manfaat yang besar sehingga dalam rangka pendidikan Islam, bacaan al-Quran mampu mendidik agar hati tenang dan menjadikan pribadi-pribadi yang unggul.

Hati (al-qalb) dalam al-Qur’an disebut sadr, karena sadr tempat terbitnya nurul Islam. Selain di sebut sadr, hati juga disebut fuad, karena tempat terbitnya makrifat Allah. Disebut lubb, karena tempat terbitnya tauhid. Disebut syaghaf, karena tempat kecintaan makhluk terhadap sesamanya.

Beberapa ayat-ayat al-Qur’an menjelaskan tentang ketenangan hati dan berdzikir termasuk membacanya, seperti: Al-Qur’an Surat Al Anfal [8:2, 10], an-Nahl [16:106], Al Maidah [5:113], Ali Imron [3:103, 126], dan Al- Fath [48:18]. Selain itu, al-Qur’an juga menerangkan kemampuan al-qalb untuk dzikir dengan membacanya agar senantiasa mengingat kekuasaan Allah, seperti dalam surat ar-Ra’du [13:28], Qaf [50:37], Az-Zumar [39:22, 23], dan al-Hadid [57:16].

Sebelas ayat al-Qur’an tersebut kiranya mampu menjelaskan bahwa ketenangan hati merupakan fondasi dalam pendidikan Islam agar menjadikan umat Islam menjadi manusia unggulan. Karena itulah Allah Swt., mengajarkan umatnya untuk mempelajari al-Qur’an dengan diawali kata iqra (baca) dalam surat al-‘Alaq [96] ayat 1-5 agar umat Islam senantiasa membacanya secara kontinyu terus menerus sebagaimana diperintahkan Allah Swt., yang terkandung dalam al-Quran surat Fathir [35]: 29-30, Al-‘Ankabuut [29]: 45, Al-Ahzab [33]:34, dan Al-A’laa [96]:6. Memperbanyak dzikir dengan membaca al-Qur’an baik dilakukan dengan cara qiroat, tartil, tilawah, tadabur, maupun tadabur mampu menimbulkan ketenangan hati, al-Qur’an merupakan sumber petunjuk manusia yang dapat dilihat dengan mata hatinya (bashirah), pendengaran (sima’i) dan pemahaman hatinya (fuad). Keterangan-keterangan tentang pentingnya memperbanyak membaca al-Qur’an banyak didukung juga oleh dalil-dalil dari hadits nabi Saw.

Di dalam al–Qur’an dijelaskan bahwa hati (al–qalb) mempunyai kemampuan untuk memahami atau menangkap makna–makna. Dengan kemampuan hati tersebut, al-Qur’an sendiri memerintahkan agar hati senantiasa memahami al–Qur’an yang menjadi objek pemahaman hati. Al-Qur’an tidak hanya menjadi objek pemahaman hati, tetapi juga bisa menjadi obat bagi hati yang sakit, karena al-Qur’an adalah dzikir. Menurut al-Qur’an hati akan tenang hanya dengan dzikir.

Pendidikan Islam mengarahkan setiap manusia agar selalu membaca al-Qur’an yang merupakan hal pokok dan fundamental karena menyangkut pembangunan karakter anak didik agar tumbuh menjadi generasi yang berakhlaqul karimah dan berwawasan al-Qur’an.

Dalam kondisi pendidikan yang maju pun membaca al-Qur’an sangat relevan, karena anak disik seringkali mendapat masalah dengan lingkungan dan kepribadiannya sehingga proses belajar menjadi terganggu. Al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam mampu mengarahkan anak didik ke arah kecerdasan yang sangat istimewa karena hatinya tersinari dengan cahaya-cahaya al-Qur’an, sehingga membacanya mampu membantu perkembangan manusia dalam pendidikannya.

sumber: najmudin.wordpress.com

www.rumahzakat.org

#RZInspirasi #RZTilawah #SharingHappiness #Zakat #Sedekah #Sharing #Happiness #Berbagi #Donasi #DonasiOnline
Gambar Tidak Tersedia

SUDAHKAH PERGUNAKAN WAKTU TERBAIK KITA UNTUK BERIBADAH

“Sungguh saya telah berjumpa dengan beberapa kaum, mereka lebih bersungguh-sungguh dalam menjaga waktu mereka daripada kesungguhan kalian untuk mendapatkan dinar dan dirham” (Al-Hasan Basri)

Waktu adalah salah satu diantara nikmat Allah yang paling berharga dan agung bagi manusia. Cukup bagi kita kesaksian Al-Qur’an tentang betapa agungnya tentang nikmat yang satu ini. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menunjukkan tentang urgensi waktu, ketinggian tingkatannya, dan juga pengaruhnya yang besar. Bahkan Allah telah bersumpah dengan waktu dalam kitab-Nya yang mulia dan ayat-ayat-Nya yang luhur dalam konteks yang berbeda-beda. Allah yang urusan-Nya yang begitu agung telah bersumpah dengan waktu malam, siang, fajar, subuh, saat terbenamnya matahari, waktu dhuha, dan dengan masa.

Hanya orang-orang hebat dan mendapatkan taufik dari Allah, yang mampu mengetahui urgensi waktu lalu memanfaatkanya seoptimal mungkin. Dalam hadits, “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang (HR. Bukhari). Banyak manusia tertipu didalam keduanya, itu artinya, orang yang mampu memanfaatkan hanya sedikit. Kebanyakan manusia justru lalai dan tertipu dalam memanfaatkannya.

Allah memberikan kita setiap hari “modal” waktu kepada semua manusia di muka bumi ini adalah sama, yaitu 24 jam sehari, 168 jam seminggu, 672 jam sebulan, dan seterusnya. Namun kenapa prestasi bisa berbeda? Dalam waktu yang sama, Mereka mampu berbuat dan berkarya seperti berikut:

1. Rasulullah SAW : Dalam waktu 23 tahun bisa membangun peradaban Islam yang tetap ada sampai sekarang. Ikut 80 peperangan dalam tempo waktu kurang dari 10 tahun, santun terhadap fakir miskin, menyayangi istri dan kerabat, dan yang luar biasa adalah beliau seorang pemimpin umat yang bisa membagi waktu untuk umat dan keluarga secara seimbang!

2. Zaid bin Tsabit RA : Sanggup menguasai bahasa Parsi hanya dalam tempo waktu 2 bulan! Beliau dipercaya sebagai sekretaris Rasul dan penghimpun ayat Quran dalam sebuah mush’af

3. Abu Hurairah : Masuk Islam usia 60 tahun. Namun ketika meninggal di tahun 57 H, beliau meriwayatkan 5374 Hadits! (Subhanallah!)

4. Anas bin Malik : Pelayan Rasulullah SAW sejak usia 10 tahun, dan bersama rasul 20 tahun. Meriwayatkan 2286 Hadits.

5. Abul Hasan bin Abi Jaradah (548 H) : Sepanjang hidupnya menulis kitab-kitab penting sebanyak tiga lemari.

6. Abu Bakar Al-Anbari : Setiap pekan membaca sebanyak sepuluh ribu lembar.

7. Syekh Ali At-Thantawi : Membaca 100-200 halaman setiap hari. Kalkulasinya, berarti dengan umurnya yang 70 tahun, beliau sudah membaca 5.040.000 halaman buku. Artikel yang telah dimuat di media massa sebanyak tiga belas ribu halaman. Dan yang hilang lebih dari itu.

8. Ibnu Jarir Ath-Thabari, beliau menulis tafsir Al-Qur’an sebanyak 3.000 lembar, menulis kitab Sejarah 3.000 lembar.Setiap harinya beliau menulis sebanyak 40 lembar selama 40 tahun.Total karya Ibnu Jarir 358.000 lembar.

9. Ibnu Aqil menulis kitab yang paling spektakuler yaitu Kitab Al-Funun, kitab yang memuat beragam ilmu, adz-Dzahabi mengomentari tentang kitab ini, bahwa di dunia ini tidak ada karya tulis yang diciptakan setara dengannya. Menurut Ibnu Rajab, sebagian orang mengatakan bahwa jilidnya mencapai 800 jilid.

10. Al-Baqqilini tidak tidur hingga beliau menulis 35 lembar tulisan.

11. Ibnu Al Jauzi senantiasa menulis dalam seharinya setara 4 buah buku tulis. Dengan waktu yang dimilikinya, beliau mampu menghasilkan 2.000 jilid buku. Bekas rautan penanya Ibnul Jauzi dapat digunakan untuk memanasi air yang dipakai untuk memandikan mayat beliau, bahkan masih ada sisanya.

12. Iman An-Nawawi setiap harinya berlajar 12 mata pelajaran, dan memberikan komentar dan catatan tentang pelajarannya tersebut. Umur beliau singkat, wafat pada umur 45 tahun, namun karya beliu sangat banyak dan masih dijadikan sumber rujukan oleh umat muslim saat sekarang ini.

Masih banyak lagi contoh-contoh luar biasa lainnya. Kenapa tidak banyak orang yang bisa menyamai mereka? Padahal waktu yang diberikan Allah kepada mereka sama dengan waktu yang diberikan Allah pada hambaNya yang lain? Jawabannya adalah kecerdasan manajemen waktu.

Bercermin kepada genarasi salafus shalih umat ini, dimana mereka telah menorehkan contoh-contoh yang mengagumkan dalam memanfaatkan waktu, detik-detik umur dan setiap hembusan nafas untuk amal kebajikan. Dengan mengetahui jalan hidup orang-orang saleh dan kesungguhan mereka mereka dalam memanfaatkan detik-detik umur mereka dalam ketaatan, memiliki pengaruh besar dihati seorang muslim, yaitu pengaruh dalam menumbuhkan dan membangun gairah untuk memanfaatkan waktu dan memaksimalkan deti-detik usia dalam perkara-perkara yang mendekatkannya kepada Allah.

sumber: eramuslim.com

www.rumahzakat.org

#RZInspirasi #SharingHappiness #Zakat #Sedekah #Sharing #Happiness #Berbagi #Donasi #DonasiOnline
Gambar Tidak Tersedia

SUDAH SENYUM HARI INI ?

Bersedekah merupakan hal yang sangat dianjurkan oleh agama kita. Banyak sekali keutamaan bagi orang-orang yang mau memberi sedekah. Allah telah menjanjikan balasan bagi mereka yang gemar bersedekah yang terdapat pada hadist Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
.
. “Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah orang yang memberi dan tangan yang dibawah adalah orang yang meminta.” (HR. al-Bukhari no.1429 dan Muslim no.1033).
.
Sedekah merupakan bukti kejujuran iman seseorang, karena sedekah identik dengan orang yang pemurah dan suka memberi. Bagaimana bisa? Orang yang bersedekah akan rela memberikan apa yang mereka punya serta mengikhlaskan apa yang mereka usahakan dengan tenaga dan waktunya. Berkata Abu Malik al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Shalat adalah cahaya, sedekah merupakan bukti nyata, sabar itu sinar panas, sementara Al-Quran bisa menjadi pembelamu atau sebaliknya, menjadi penuntutmu.” (HR. Muslim 223). Sedekah tidak harus berupa harta atau uang. Ada sedekah yang sangat mudah untuk kita lakukan, tanpa perlu banyak mengeluarkan tenaga. Sedekah itu ialah “senyuman” Hanya dengan sedikit saja menarik wajah dan bibir sehingga menciptakan sebuah senyuman yang indah dan manis. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
. “Senyummu terhadap wajah saudaramu adalah sedekah.” (HR. Tirmidzi 1956, ia berkata: “Hasan gharib”. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib). Kalaupun kita sulit untuk memberikan senyuman, janganlah sampai menampakkan wajah yang masam dan sinis.
.
Tampilkan wajah yang indah, menyenangkan, dan menenangkan untuk dipandang, karena menampakkan keceriaan wajah kepada saudara kita akan mendapatkan pahala sama seperti pahala orang yang bersedekah. (Lihat kitab Tuhfatul ahwadzi 6/75-76). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, walaupun itu berupa cerahnya wajahmu terhadap saudaramu.” (HR. Muslim no. 2626). sumber: muslimah.or.id

www.rumahzakat.org

#RZInspirasi #SharingHappiness #Zakat #Sedekah #Sharing #Happiness #Berbagi #Donasi #DonasiOnline

Gambar Tidak Tersedia

Atikah binti Zaid, Karena Cinta Tidak Boleh Membutakan

Abdullah bin Abu Bakar Radhiyallahu Anhuma baru saja melangsungkan pernikahan dengan wanita yang dicintainya, ‘Atikah binti Zaid bin Amru’. Seorang wanita Quraisy yang terkenal dengan kecantikan dan kepandaiannya bersyair. Sedang Abdullah, ia putra orang mulia As-Shiddiq Abu Bakar dan ia juga seorang pujangga.

Mereka sungguh pasangan yang lekat tak bisa dipisahkan. Setiap waktu selalu menghabiskan waktu berdua. Di rumah, di ladang, di pasar, kemanapun mereka berjalan tak pernah melepaskan gengaman tangan.

Namun Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu justru khawatir dengan keadaan puteranya. Setelah menikah, Abdullah tidak begitu peduli dengan pekerjaan dan kebunnya, bahkan ia tidak ikut berperang bersama Rasulullah Saw. Abdullah seakan tenggelam dalam keasyikan memadu cinta dengan istrinya ‘Atikah, bercumbu dan bermesraan seakan tidak ada urusan dengan selainnya. Abu Bakar pun berkali-kali menasihati Abdullah agar jangan sampai cintanya melalaikan urusan lain.

 Suatu ketika, Abu Bakar As-Shiddiq tergesa-gesa melewati rumah Abdullah ketika ia hendak pergi shalat Jum’at. Ketika itu Abu Bakar mendengar Abdullah dan istrinya masih bercumbu rayu dikediaman mereka, namun ia tak sempat menegur karena takut tertinggal shalat Jumat. Sepulang shalat Jum’at, ia kembali ke rumah Abdullah untuk bertamu namun ia kaget karena Abdullah masih saja bercumbu rayu dengan ‘Atikah.

“Hei Abdullah!! Apakah kamu sudah shalat Jum’at?” teriak Abu Bakar didepan pintu.

Abdullah kaget mendengar teriakan ayahnya, rasanya baru sebentar ia bercumbu dengan istrinya. Lantas bertanya balik: “Memangnya orang-orang sudah shalat Jum’at??”

“Iya… dan sungguh ‘Atikah telah menyibukkanmu dari shalat dan kewajiban lain. Ceraikanlah dia!” perintah Abu Bakar dengan penuh kemarahan.

Seperti tersambar petir di siang bolong, hati Abdullah terkejut dengan jawaban sang Ayah. Ia sadar, sudah banyak kewajiban yang ia tinggalkan, urusan yang ia terlantarkan dan hal lainnya yang ia abaikan dikarenakan rasa cintanya kepada sang istri. Sambil menahan kesedihan, kedua sejoli itu berpisah dengan ucapan talak dari Abdullah yang menaati perintah sang ayahanda.

Abdullah bin Abu Bakar, akhirnya ia rujuk kembali dengan ‘Atikah setelah ayahnya iba mendengar puisi yang dibuatnya dalam kesendirian. Tetapi Abdullah telah mengambil sebuah pelajaran bahwa cinta tidak boleh membutakan manusia. Abdullah menemui syahidnya dalam Perang Thaif di masa Abu Bakar, lalu ‘Atikah menikah dengan Umar bin al-Khattab lalu Zubair bin al-Awwam yang kesemuanya itu syahid. ‘Atikah lalu menjanda dan ia dikenal sebagai istri para syuhada.

Dalam sejarah, 'Atikah dikenal sebagai ahli ibadah. Dia adalah istri Umar yang selalu shalat berjamaah di masjid walaupun wanita lebih utama untuk shalat di rumah tetapi Umar tidak melarangnya dikarenakan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam : “Janganlah kalian menghalangi hamba-hamba wanita Allah dari masjid-masjid-Nya.” Namun ketika 'Atikah menikah dengan Zubair bin Awwam ia tidak lagi shalat berjamaah di masjid karena ia hendak menjaga perasaan Zubair yang pencemburu.  Wallahu ‘alam bishowab.

Source :https://ummi-online.com (Ahmad Syahirul Alim)

 

Gambar Tidak Tersedia

BERSAMA RUMAH ZAKAT KITABISA.COM WUJUDKAN KEINGINAN SANTRI RUMAH QUR’AN DESA BERDAYA CIPARAY

Sukabumi (20/10) – Keinginan para Santri Al muslih untuk mendapatkan ruang belajar yang baik dan nyaman kini telah terwujud.

Hal ini dapat terwujud berkat dukungan dari semua pihak, terutama dari donatur Kitabisa.com yang bekerja sama dengan Rumah Zakat melalui Fasilitator Desa Berdaya. Kerja sama yang dibangun merupakan bentuk komitmen bersama, dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat khususnya dibidang pembinaan Rumah Qur'an di Desa Berdaya Ciparay, Kec. Jampangkulan, Kab. Sukabumi.

Bantuan sarana yang diberikan berupa renovasi Rumah Qur’an ini, tujuannya untuk menambah motivasi kepada para santri dalam belajar Al Qur’an terutama dalam melaksanakan program Tahfidz yang menjadi program unggulan.

"Terima kasih kepada donatur kitabisa.com atas bantuan yang diberikan semoga ini menjadi amal jariah yang tidak akan putus pahalanya sampai hari kiamat nanti, Aamiin" Ujar Ustad Salman selaku pembina Rumah Qur'an Al muslih. Semoga dengan penambahan motivasi semakin memperkuat ruh keislaman dalam membangun peradaban dan merangkai senyum Indonesia kedepan.

www.desaberdaya.id

#RumahZakat #Pemberdayaan #DesaBerdaya #Desa #Ciparay #Sukabumi #KitaBisa.com #RumahQuran #Tahfidz #Zakat #Infak #Sedekah #RagamPemberdayaan #IndonesiaBerdaya

Gambar Tidak Tersedia

DZIKIR MENGINGAT ALLAH DALAM KEGIATAN SEHARI HARI

Dzikir mengingat Allah merupakan kegiatan utama yang seharusnya kita lakukan dalam kegiatan kita sehari hari. Namun banyak diantara kita yang tidak menyadari hal tersebut . Setiap saat hati dan fikiran kita hanya dipenuhi oleh berbagai masalah kehidupan dunia. Mulai dari masalah pekerjaan, masalah keluarga, wanita atau pria idaman hati, tekanan dan problem hidup , trauma masa lalu dan lain sebaginya. Sedikit sekali waktu yang tersisa untuk berdialog dan berdzikir mengingat Allah, bahkan kadang kala tidak ada tempat sama sekali didalam hati dan fikiran untuk berdzikir mengingat Allah.

Sebagian besar menusia tertipu oleh kehidupan dunia.Mereka tertipu oleh kesombongan dirinya, mereka merasa bangga dan takjub dengan kemampuan dirinya, mereka merasa tidak butuh pada Allah. Mereka merasa mampu mengatasi segala macam masalah yang ada dihadapan mereka dengan kekuatan dan kemampuannya sendiri . Mereka merasa tidak perlu melibatkan Allah dalam urusan mereka. Mereka menganggap menyediakan waktu untuk berdialog dan berdzikir mengingat Allah hanya merupakan usaha sia- sia dan membuang waktu percuma.

Sebenarnya tidak demikian. Justru dzikir mengingat Allah itulah hal yang paling penting dan utama dalam kehidupan kita. Allah telah memerintahkan kita untuk selalu ingat kepadaNya dengan sebanyak banyaknya dimanapun kita berada, ketika berdiri, duduk dan berbaring. Sebagaimana dijelaskan dalam beberapa ayat Qur’an sebagai berikut:

Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. 42- Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (Al Ahzab 41-42)

Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. ….(An Nisa 103)

Dalam surat Adzariyat ayat 56 bahkan Allah menjelaskan bahwa ia tidak menjadikan Jin dan manusia melainkan untuk beribadah dan menyembahNya.

sumber: fadhilza.com

www.rumahzakat.org

#Inspirasi #RumahZakat#SharingHappiness #Zakat #Sedekah #Sharing #Happiness #Berbagi #Donasi #DonasiOnline
Gambar Tidak Tersedia

UPDATE TERBARU WAKAF SUMBER AIR MELALUI PROGRAM NUSANTARA DARURAT KEKERINGAN

Di penghujung Bulan Oktober 2019 pembangunan sumber air sudah selesai di 18 titik desa bagi warga terdampak kekeringan di seluruh Indonesia. Insya Allah dalam beberapa pekan ke depan penyediaan sumber air di desa-desa lainnya akan segera rampung.

Dilansir dari keterangan BMKG, musim kemarau masih akan terjadi hingga Bulan November 2019. Saat ini curah hujan masih sangat kecil dan belum merata. Bahkan beberapa daerah belum turun hujan selama hampir tiga hingga lima bulan.

Melalui program Nusantara Darurat Kekeringan, Rumah Zakat berkomitmen untuk berperan aktif memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bentuk wakaf sumber air. Ke depannya diharapkan bantuan ini dapat menyediakan sumber air bersih dalam jangka panjang.

Terima kasih Sahabat atas donasi yang telah dititipkan kepada kami. Semoga proses pembangunan di desa lainnya berjalan lancar dan bisa selesai tepat pada waktunya. Kiranya Allah membalas kebaikan Sahabat di dunia sebanyak air yang ada di bumi ini dan menjadi amal kebaikan sampai akhirat.

Sahabat, wakaf sumber air akan terus disalurkan hingga menjangkau pelosok Nusantara. Masih ada waktu untuk berpartisipasi membantu terwujudnya sumber air bersih bagi mereka yang membutuhkan.

Yuk, salurkan wakaf Anda melalui link :
https://sharinghappiness.org/wakafpembangunansumberair

#wakafsumberair #nusantaradaruratkekeringan #musimkemarau #krisisairbersih #rumahzakatr #desaberdaya
Gambar Tidak Tersedia

JAGALAH ALLAH NISCAYA ALLAH AKAN MENJAGAMU

Dari Abu Abbas Abdullah bin Abbas RA berkata, ‘Saya pernah berada di belakang Rasulullah SAW pada suatu hari, beliau bersabda, ‘Wahai anak, saya hendak mengajarimu beberapa kalimat; Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu; jagalah Allah, niscaya engkau mendapati-Nya bersamamu; jika engkau meminta, mintalah kepada Allah; jika engkau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah, jika umat manusia bersatu untuk memberi manfaat dengan sesuatu, mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka bersatu untuk mencelakakanmu dengan sesuatu, mereka tidak akan dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.’ (HR. Turmudzi)

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dalam Kitab Shifatil Qiyamah War Raqa’iq Wal Wara’ ‘An Rasulillah, hadits no 2440.

Hadits ini diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam musnadnya, dalam bidayah musnad Ibni Abbas RA, hadits no 2537.
Pelajaran Hadits:

1. Cara Nabi SAW memberikan nasihat yang sangat bijaksana, di mana beliau memberikan nasihat kepada Ibnu Abbas dengan beberapa metode:

a. Beliau memulai sapaan dengan panggilan “Ya Ghulam” (wahai anak muda) kepada Ibnu Abbas. Ghulam umumnya digunakan untuk memanggil seorang anak yang menjelang dewasa, atau untuk memanggil anak yang baru dewasa. Sapaan seperti ini tentunya akan menentramkan siapapun yang disapanya, sehingga ia akan lebih bisa memperhatikan isi dari nasihat tersebut.

b. Bahwa Nabi SAW memberikan nasihat kepada Ibnu Abbas RA ketika ia membonceng di belakang Nabi SAW. Dalam kondisi seperti ini, tentulah kedekatan antara Nabi SAW dengan Ibnu Abbas menjadikan nasihat yang diberikan akan menjadi sangat efektif dan mudah diterima dalam hati.

c. Nabi SAW juga memulai memberikan nasihat dengan ungkapan; ‘Inni u’allimuka kalimaat’ (aku hendak mengajarimu beberapa kalimat). Artinya bahwa Nabi SAW menyampaikan kepada Ibnu Abbas, ada beberapa poin nasihat yang akan disampaikan beliau kepadanya. Penyampaian seperti ini tentu akan membuka memori Ibnu Abbas untuk menyimpan beberapa poin tersebut.

2. Adapun nasihat yang disampaikan Rasulullah SAW kepada Ibnu Abbas adalah beberapa poin penting, yaitu:

a. Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Maksud dari jagalah Allah adalah pesan untuk berpegang teguh terhadap perintah-perintah Allah dan tidak melanggar larangan-larangan Allah SWT. Atau dengan kata lain, pesan untuk senantiasa taat terhadap syariat Allah SWT. Dan apabila kita menjaga syariat dan hukum-hukum Allah SWT, maka niscaya Allah SWT akan menjaga dan memelihara kita, di manapun kita berada. Karena Allah SWT adalah sebaik-baik pemelihara dan penjaga kita. Dalam Al-Qur’an disebutkan :

Berkata Ya`qub: “Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu?”. Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. (QS. Yusuf: 64)

b. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya bersamamu. Ini adalah benefit kedua apabila kita menjaga hukum dan syariat Allah SWT, yaitu bahwa Allah SWT akan senantiasa bersama dengan kita. Maksudnya adalah bahwa Allah SWT akan selalu menolong, membela, dan melindunginya. Dalam poin ini terdapat hikmah penting yang tersirat, yaitu bahwa pertolongan Allah SWT sangat erat kaitannya dengan aspek menjaga hukum dan syariat Allah SWT. Maka jika ingin mendapatkan nashrullah, kita harus taat terhadap hukum dan syariat Allah SWT.

c. Jika meminta sesuatu, mintalah kepada Allah. Dalam poin ini sangat jelas pesan Rasulullah SAW kepada ibnu Abbas dan juga kepada umatnya untuk senantiasa meminta sesuatu dan bersandar hanya kepada Allah SWT. Karena Allah SWT lah yang Maha Mengabulkan segala doa permintaan hamba-Nya. Dan larangan meminta kepada selain Allah. Allah SWT berfirman :

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (QS. Ghafir: 60)

Sebagaimana poin sebelumnya bahwa kita hanya boleh meminta kepada Allah, maka kita pun juga hanya boleh meminta pertolongan kepada Allah SWT. Karena jika meminta pertolongan kepada Allah, niscaya Allah SWT akan memberikan pertolongan-Nya dan menganugerahkan kemenangan. Allah SWT berfirman :

Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal. (QS. Ali Imran: 160)

e. Yang dapat memberikan manfaat atau mudharat, hanyalah Allah SWT. Poin ini adalah “buah” dari meminta pertolongan hanya kepada Allah SWT. Karena hanya Allah lah yang bisa memberikan pertolongan dan kemenangan. Oleh karenanya, jika suatu kaum atau satu organisasi atau satu pasukan atau satu negara sekalipun berniat untuk memberikan mudharat kepada kita, niscaya itu tidak akan pernah terjadi tanpa adanya “izin” dari Allah SWT. Sebaliknya jika suatu kaum, kelompok, organisasi atau negara sekalipun berniat untuk memberikan kebaikan kepada kita, maka segala upaya mereka tidak akan pernah terjadi sama sekali, tanpa adanya “izin” dari Allah SWT. Kuasa Allah SWT meliputi segala sesuatu. Allah SWT berfirman :

Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. (QS. Al-An’am: 17)

f. Pena telah diangkat dan kertas telah kering. Artinya segala sesuatu yang terjadi, pasti sudah tertulis di Lauhil Mahfudz sesuai dengan kehendak Allah. Maka oleh karenanya, dalam menjalani kehidupan dan perjuangan, yang terpenting dilakukan adalah ikhtiar dan usaha yang maksimal. Kita hanya diperintahkan untuk berusaha, adapun hasil adalah diserahkan kepada Allah SWT. Jika dalam perjalanan terjadi sesuatu, maka pastilah hal tersebut terdapat hikmah yang besar karena hal tersebut terjadi adalah karena izin dan kehendak Allah SWT.
Wallahu A’lam bis shawab.

Sumber : dakwatuna.com,

www.rumahzakat.org

#RZInspirasi #HappyEnergy #Happy #Energy #RumahZakat #SharingHappiness #Zakat #Sedekah #Sharing #Happiness #Berbagi #Donasi #DonasiOnline
Gambar Tidak Tersedia

Selamat Hari Santri 22 Oktober 2019

Santri Indonesia Untuk Perdamaian Dunia
.
"Santri bukan yang mondok saja, tapi siapapun yang berakhlak seperti santri, dialah Santri." ~ KH Mustofa Bisri

#RumahZakat #HariSantriNasional #HariSantri #SantriIndonesia #Santri #DariSantriUntukNegeri

Gambar Tidak Tersedia

ALLAH BERSAMA KITA

Peristiwa ini terjadi di gua Tsur, ketika Rasulullaah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dan sahabat beliau Abu Bakr tengah bersembunyi. Pada waktu Rasulullaah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam berkata kepada sahabatnya tersebut, tatkala mereka berdua berada di dalam gua,

“Ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, ‘Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS At Taubah: 40)

Dan perkataan itu beliau ucapkan ketika orang-orang musyrik datang untuk mencari mereka berdua dan kala itu orang-orang musyrik tersebut berdiri di atas gua, maka berkatalah Abu Bakr karena mengkhawatirkan keselamatan Rasulullaah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, “Wahai Rasulullaah, seandainya salah satu dari mereka melihat ke kakinya, niscaya ia akan melihat kita.” Rasulullaah menenangkan, “Wahai Abu Bakr, apa menurutmu jika ada dua orang, sementara Allah yang ketiganya?”.

Ketika itu, Allah memalingkan pandangan kaum musyrikin, sehingga mereka tidak melihat Rasulullaah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dan Abu Bakr, padahal mereka berdiri sangat dekat dengannya di atas gua. Ini termasuk kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan kebersamaan (maiyyah) Allah dengan makhluknya terbagi menjadi 2 jenis:

Pertama, maiyyah ‘ammah atau kebersamaan secara umum, yang bermakna pemeliharaan dan pengawasan. Kebersamaan ini berlaku bagi orang kafir dan muslim, serta seluruh mahluk. Dalam arti, Allah Maha Meliputi mereka. Dia Subhanahu wa Ta’ala melihat mereka, mendengar mereka, dan mengetahui perihal mereka.

Kedua, maiyyah khashah atau kebersaman yang khusus dan kebersamaan ini adalah kebersamaan Allah dengan kaum mukminin, berupa pertolongan, penguatan, penjagaan, dan perlindungan-Nya bagi mereka.

Pada ayat “(لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا)ØŒ”

kebersamaan di sini adalah kebersamaan khusus, yakni “Sesungguhnya Aku bersama kalian berdua.” Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman kepada Musa dan Harun,

“Allah berfirman, ‘Janganlah kalian berdua takut, sesungguhnya Aku bersama kalian, Aku mendengar dan melihat.” (QS Thahaa:46)

Maka kebersamaan di sini adalah kebersamaan khusus bagi kaum mukminin dari kalangan para nabi dan rasul, beserta para pengikut mereka.

Sumber: muslimah.or.id

www.rumahzakat.org

#RZInspirasi #SharingHappiness #Zakat #Sedekah #Sharing #Happiness #Berbagi #Donasi #DonasiOnline
Gambar Tidak Tersedia

INDAHNYA BERHARAP KEPADA ALLAH

Kegagalan adalah bukti bahwa manusia memiliki keterbatasan dan kelemahan. Manusia hanya wajib berusaha tetapi tidak wajib untuk berhasil. Manusia boleh berencana, namun garis (takdir) kehidupan telah punya rencananya sendiri. Di sini, kegagalan dalam hidup mengajarkan satu hal kepada kita, bahwa kita manusia adalah makhluk yang jauh dari kesempurnaan. Yang sempurna hanyalah pemilik diri dan jiwa manusia, dialah Allah SWT. Pergantian waktu senantisa memberi nasihat, bahwa harapan masih ada jika nafas dan kesadaran masih ada. Berhenti berharap, larut dalam alunan keputus- asaan, adalah sebuah dosa dan bentuk mentalitas kekufuran (QS. Yusuf: 87).

Padahal janji Allah SWT terhadap insan yang senantiasa menjaga harapan telah dinyatakan. Allah SWT berfirman: “Berharaplah kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan harapanmu sekalian.” (QS. Almukmin: 60).

Allah SWT akan mengabulkan harapan bagi siapa saja yang berharap hanya kepada-Nya(QS. Al Baqarah: 186).

Dalam hadits riwayat Ahmad dan al-Hakim dari Abu Sa’id dijelaskan oleh Rasulullah SAW tiga cara Allah SWT mengabulkan setiap harapan atau do’a hamba-Nya. Dengan catatan, seorang hamba tersebut tidak memutuskan hubungan silaturrahim dan melakukan dosa besar. Cara Allah SWT mengabulkan harapan (do’a) tersebut adalah: Pertama, harapan itu langsung dikabulkan atau dalam waktu yang tidak berapa lama. Kedua, harapan itu ditunda di dunia dan menjadi tabungan pahala yang akan diterima di akhirat nanti. Seringkali misalnya, keadilan di dunia sulit didapatkan, namun percayalah keadilan akhirat pasti ada. Pengadilan akhirat tidak pernah pandang bulu bahkan menerima sogokan dalam memvonis kasus kehidupan di dunia. Hasil kebaikan ini senantiasa akan mendapatkan balasannya. Kebaikan di dunia, di akhirat pasti lebih baik lagi. Ketiga, dijauhkan dari keburukan yang sebanding dengan harapan itu. Dengan kata lain, Allah SWT mengabulkan harapan dengan mengganti sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan, yaitu terhindar dari musibah yang seharusnya menimpa kita. Atau mengganti harapan itu dengan sesuatu yang tidak pernah kita harapkan. Mengapa? Karena Allah SWT lebih tahu apa yang terbaik bagi kehidupan hamba-Nya (QS. Al Baqarah: 216).

Sebab, Dia-lah zat yang menguasai yang awal, yang akhir, yang zahir, yang bathin, dan Maha Mengetahui segala sesuatu (QS. Al Hadid: 3).

Rencana Allah SWT lebih hebat, Apa yang diharapkan oleh seorang hamba boleh jadi hal itu sesuatu yang buruk baginya. Sebaliknya, apa yang tidak diharapkan boleh jadi itulah yang terbaik untuk kita. Perhatikanlah firman Allah SWT yang mulia ini.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal itu amat buruk bagimu. Allah maha mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Albaqarah: 216).

Ada di antara kita, bahkan boleh jadi kita pernah melakukannya. Mengeluh dan dengan tega mengatakan: “Saya tidak memiliki apa-apa dan siapa-siapa lagi dalam hidup ini”. Padahal Langit tidak dibayar memayungi kita. Oksigen masih tersedia untuk nafas kita. Angin masih kita rasakan hembusannya. Waktu masih tersisa untuk berkarya. Raga masih ada bukti kita nyata. Lalu, pantaskah kita mendustakan nikmat Allah SWT tanpa ada alasan? Allah SWT berulang kali mempertanyakan persoalan ini agar kita senantiasa bersyukur dan berpikir (perhatikan QS. Ar Rahman).

Akhirnya, kehidupan yang kita lalui akan senantiasa bermuara kepada dua hal, yakni bahagia dan kecewa. Begitulah kodrat perasaan manusia. Namun rasa bahagia dan kecewa bisa menjerumuskan manusia ke dalam kubang kemaksiatan bila hal itu tidak disikapi dengan bijak. Karenanya, seorang Muslim harus mampu menjaga keadaan dirinya dalam kondisi apapun untuk senantiasa menumbuhkan ladang kebaikan dan pahala. Caranya, senantiasa berdzikir dengan menjadikan sabar dan shalat sebagai perantara untuk menghadirkan pertolongan Allah SWT (QS.Albaqarah: 153).

Dengan kata lain, perkara apapun bagi seorang mukmin sejati, seluruhnya menjadi indah di hati. Semoga Allah SWT membantu kita merealisasikannya dalam kehidupan ini. Perbanyaklah istighfar, dan hamdalah bacakan dengan segenap penyesalan dan bangkitkan harapan kepada-Nya semoga Allah SWT mengijabah doa dan harapan kita semua.

Rencana kita indah tetapi rencana Allah untuk kita jauh lebih indah.

sumber: muhajirinanshor.tumblr.com

www.rumahzakat.org

#SharingHappiness #Zakat #Sedekah #Sharing #Happiness #Berbagi #Donasi #DonasiOnline

Gambar Tidak Tersedia

ALLAH SELALU MEMBERIKAN KELEBIHAN DIBALIK KEKURANGAN

Setiap orang memiliki kekurangan dan setiap orang juga memiliki kelebihan. Allah selalu memberikan kemampuan yang lebih dibalik kekurangan seseorang. Maka, jika hari ini kamu merasa kurang coba renungkan kemampuan apa yang kamu miliki yang tidak semua orang bisa melakukannya. Itulah salah satu cara kita untuk bersyukur terhadap kemampuan apa yang masih kita miliki.

Allah tau kelemahan kita, Allah akan selalu memberikan kekuatan dibalik kelemahan itu.

Allah maha baik, sebaik-baik prasangka kita kepadaNya. Maka teruslah berhusnudzon kepada Allah.

www.rumahzakat.org

#RumahZakat #RZInspirasi #Inspirasi #IsiHati #AyatSuci #CatatanHijrah #CatatanHikmah #CeritaHikmah #JagaHati #quotes #KataBijak #Reminder #SelfReminder #CatatanMuslim