Desa Berdaya Buaran Indah terletak di Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, Banten. Desa Buaran Indah sudah aktif sebagai Desa Berdaya sejak 1 Juni 2015 lalu.
Didampingi oleh Winda Febriyanti selaku fasilitator, Desa Berdaya Buaran Indah melakukan beberapa program pemberdayaan. Melihat Potensi Desa yang paling menonjol pada Bidang Perdagangan dan Jasa, tahun 2018 Desa Berdaya Buaran Indah merintis Pra Koperasi dan kini tahun 2019 berhasil mendirikan BUMMAS "Keluarga Sejahtera".
Dalam bidang jasa hingga 2019 ini di Desa Berdaya Buaran Indah sudah melakukan pembinaan Tiga Majelis Taklim, Bimbel Matematika dan Bahasa Inggris. Ada juga TPA Desber Buaran Indah menjadi TPA di Tangerang dan banyak yang magang disana.
Alhamdulillah, terima kasih sahabat atas kebersamaannya selama ini. Mari Berdayakan Indonesia Bersama Rumah Zakat.
Informasi selengkapnya tentang desa berdaya : www.desaberdaya.id
#DesaBerdaya #Pemberdayaan #SayaBerdaya #RumahZakat #Zakat #Infak #Sedekah #RagamPemberdayaan #DesaSukamaju #EkonomiBerdaya #IndonesiaBerdaya #Indonesia1WGI
Pernahkah anda berjalan tanpa arah? berjalan sambil memikirkan kemana lagi harus melangkah tak tahu arah dan tujuan, dalam perjalan itu anda mulai merasa letih sampaiakhinya berhenti begitu saja.
Di saat itu pula orang-orang akan bertanya, mau kemana?
Kemudian duduk dan hanya bisa mengelengkan kepala tak tahu mau kemana.
Begitulah gambaran sederhana orang-orang yang tidak memiliki tujuan dalam hidupnya. Mereka gagal merancang masa depan sampai kegagalan pun sangat dekat dengan kehidupan mereka.
.
“Orang-orang yang gagal merencanakan masa depan adalahorang –orang yang telah merancang kegegalannya”
(Anonim)
Jika kita termasuk orang-orang dari golongan di atas, maka saatnya kita membuka mata dan bangkit untuk merancang apa yang sudah andaimpikan.
Rangkailah mimpi itu seindah mungkin dalam secarik kertas dan tempelkan di tempat yang bisa kita tatap setiap saat. Kertas mimpi itu akan selalu mengingatkan kita disaat kita dalam kondisi malas kuliah, malas belajar, malas mengerjakan tugas dan lain sebagainya.
Lembaran kertas mimpi tadi juga akan menjadi energi kita dalam melakukan apapun dalam meraih mimpi kita nantinya.
Seberapa serius kita dalam meraih kesuksesan ?
Jika kita memang serius dengan kesuksesan kita disatu titik tersebut, maka buktikan kepada Allah bahwa kita benar-benar serius dengan mimpi itu, sehingga tidak ada alasan bagi Allah untuk menolak permohonanmu.
Maka dari itu mimpi tanpa kerja keras akan sia-sia, hanya akan menjadikan kita terbuai dengan angan-angan yang semu.
Begitu juga dengan kerja keras tanpa mimpi, akan menjadikan kita seperti robot.
Jadi bermimpilah Sahabat, karena manusia memang di ciptakan untuk bermimpi merencanakan masa depan, dan jangan lupa kalo sudah bermimpi sobat harus berusaha mewujudkannya karena Mimpi itu yang menentukan masa depan kita, karena mimpi itu yang melibatkan kesuksesan kita.
.
"Ingat, apapun mimpi anda itu adalah masa depan anda, jangan pernah berhenti.” Tetap semangat menebar manfaat .
Semangat pagi, selamat beraktivitas :) #RZInspirasi #RumahZakat #Insprasipagi #inspirasiku #Masadepan #semangatpagi #Semangat #usaha #perjuangan
Jangan dibayangkan bahwa Rasulullah Saw tak punya taste humor sama sekali. Tidak. Beliau Saw tetap adalah manusia yang memang acap memperlihatkan dimensi kemanusiaannya, sebagaimana kita, sehingga kiranya lalu menjadi gambaran nyata bagi betapa manusiawinya beliau Saw, ajarannya, dan pula praktik kehidupannya sehari-hari.
Ketika Rasulullah Saw digambarkan beristighfar setiap hari 100 kali, tentu saja beliau Saw sangat bisa melakukannya lebih banyak lagi, dibanding siapa pun. Tapi itulah bagian dari rahmat Allah Swt yang “memanusiakan” utusanNya, juga ajaran-ajarannya, sehingga tidak menjadi keberatan yang musykil bagi umatnya kemudian.
Beliau Sw bersabda, “Yassiru wala tu’ashshiru wa basysyiru wala tunaffiru, mudahkanlah dan jangan disulitkan dan kabarkanlah kegembiraan dan janganlah kabarkan keberatan….”
Maka, bercanda yang tidak melampaui batas di antara kita sebagai karunia humor dariNya, kiranya pantas kita syukuri dengan menjadikannya sebagai bagian hidup sehari-hari yang alamiah dan sah-sah belaka. Candaan-candaan manusiawi kita tidaklah perlu dihakimi secara berlebihan sebagai perbuatan mungkar atau lalai kepadaNya.
Tenanglah, Allah Swt sungguh Tuhan Yang Maha Welas Asih kepada semua makhlukNya. Rahman RahimNya diletakkan di urutan paling atas dari seluruh asmaNya.
Allah Swt, dengan ungkapan bercanda, insya Allah bukanlah Dzat yang petenthengan kepada makhlukNya sehingga bercanda pun dilarang-larang dengan kaku dan keras.
Ihwal candaan-candaan Rasul Saw dan para sahabatnya, saya rekamkan dalam riwayat-riwayat berikut ini.
Suatu hari beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Siapakah di antara kalian yang punya kisah lucu dan membuatku tertawa?”
Umar bin Khattab lalu menceritakan. “Saya, ya Rasulallah.”
Lalu Umar bin Khattab bercerota dulu ketika ia belum masuk Islam. Ia membuat sesembahan, berhala, dari manisan. Ketika siang dan perutnya lapar, tak ada makanan lain, maka dimaknnya manisan yang telah dibuat jadi sesembahan itu.
Rasulullah Saw sampai terbehak mendengar kisah itu.
Dalam riwayat lain, Aisyah Ra berkisah bahwa ia sedang memasak khazirah (dari daging diiris kecil-kecil dan dicampur gandum). Setelah masak, duduk Saudah, istri Rasul Saw yang lain, di antara Aisyah dan Rasul Saw.
Aisyah pun mempersilakan Saudah memakannya. Tapi Saudah tak mau memakannya. Aisyah pun dengan iseng memborehkan makanan itu ke wajah Saudah.
Rasul Saw tertawa menyaksikan kejadian itu dan berkata, “Lumuri juga wajahnya dengan makanan itu, Saudah….”
Mereka pun tertawa dan bercanda.
Riwayat lain mengisahkan seorang perempuan tua mendatangi Rasul Saw dan memohon didoakan supaya masuk surga. Rasul Saw berkata, “Di surga tak ada orang tua.”
Perempuan itu pun pamit sembari hendak menangis karena sedihnya. Rasul Saw lalu memanggilnya dan berkata, “Di surga tidak ada orang tua. Yang tua kembali menjadi muda.”
Dari Abu Daud diriwayatkan bahwa datang seseorang kepada Rasul Saw dan meminta diberikan tunggangan unta. Rasul Saw berkata kepadanya, “Akan kuberikan anak unta kepadamu.” Orang itu menolak dan mengatakan ingin minta unta dewasa agar kuat dijadikan tunggangan. Rasul Saw lalu berkata, “Bukankah semua unta dewasa adalah juga anak unta?”
Seorang sahabat bernama Shuhaib yang sedang sakit mata memakan kurma bersama Rasul Saw dan sahabat lainnya. Rasul Saw berkata kepadanya, “Kamu sedang sakit mata tapi kamu bisa makan kurma.” Sahabat tersebut menjawab candaan Rasul Saw dengan candaan pula, “Aku bisa memakan unta dari sisi mata yang lain (yang tak sakit).” Maksudnya, bisa melihat buah kurma dari arah mata yang tak sakit.
Diriwayatkan ketika sedang makan kurma bersama Ali bin Abi Thalib, Rasul Saw mencandai dengan meletakkan biji-biji kurma di depan Ali bin Abi Thalib. Kemudian Rasul Saw bekata, “Betapa banyaknya engkau memakan kurma.” Ali bin Abi Thalib menjawab candaan Rasul Saw dengan ucapan, “Iya, betul, tetapi lebih banyak lagi orang yang memakan kurma dengan bijinya.”
Para sahabat pun terbahak.
Seorang sahabat Rasul Saw yang dikenal jenaka bernama Nu’man bin ‘Amr (ada yang menyebutnya Nu’aiman bin ‘Amr) suatu hari mengerjai Rasul Saw. Kepada seorang penjual madu keliling, Nu’man berkata bahwa ada orang yang ingin membeli madunya –sembari menunjuk kepada rumah Rasul Saw. Penjual madu keliling itu pun mengetuk pintu rumah yang ditunjukkan. Rasul Saw terheran melihat penjual madu itu menyodorkan sebotol madu kepadanya.
“Aku tidak ingin membelinya,” kata Rasul Saw.
“Kata seseorang tadi engkau memesan madu ini,” jawab lelaki itu sambil menceritakan ciri-ciri lelaki dimaksud, yang kemudian dikenali Rasul Saw sebagai Nu’man.
Rasul Saw pun membeli kurma itu. Ketika bertemu dengan Nu’man, beliau Saw bertanya tentang kejadian tersebut.
Nu’man menjawab, “Ya Rasul Saw, betapa aku sangat ingin memberikan hadiah kepadamu, tetapi aku tidak mampu melakukannya. Maka kusuruh pedagang madu itu memberikan hadiah madu kepadamu darimu, tetapi engkau lah yang membayarnya.”
Rasul Saw pun terbehak mendengar jawaban tersebut.
Lain riwayat, Nu’man bin ‘Amr ini sedang bepergian ke Busrah dibawa Abu Bakar ash-Shiddiq untuk berdagang. Ada sahabat lainnya, kepercayaan Abu Bakar ash-Shiddiq, namanya Suwaibith bin Harmalah.
Di seuah tempat, mereka beristirahat. Nu’man bin ‘Amr meminta roti kepada Suwaibith karena lapar, tetapi Suwaibith menolak membagikan roti dengan alasan menunggu ijin dulu dari tuannya, Abu Bakar ash-Shiddiq.
Jengkellah Nu’man bin ‘Amr. Ia lalu pergi ke luar dan melihat ada kafilah dagang lain. Ia mendekati kafilah tersebut dan berkata kepada pemimpinnya bahwa ia mau menjual budak. Disepakati jual-beli tersebut, ditukar dengan 10 ekor unta.
Nu’man bin ‘Amr berkata, “Nanti ambillah budak itu di tenda itu. Dia banyak bicaranya. Dia pasti menolak dan berkata aku bukan budak….”
Ketika sejumlah orang utusan kafilah itu mendekat dan hendak membawa Suwaibith, tentu saja ia menolak keras.
“Aku bukan budak, aku orang merdeka!”
Apa daya, perlawanan Suwaibith tak digubris. Dipasanglah tali ke lehernya, lalu dibawa.
Abu Bakar ash-Shiddiq yang kemudian mendengar kejadian itu mendatangi kafilah yang membawa Suwaibith dan menceritakan candaan Nu’man bin ‘Amr tersebut. Unta pun dikembalikan dan Suwaibith pun dilepaskan.
Berita tersebut sampai kepada Rasulullah Saw di Madinah. Beluau Saw terbahak lebar mendengar keusilan Nu’man bin ‘Amr.
Masih ada riwayat lain tentang Nu’man bin ‘Amr yang usil. Ada seorang tua bernama Makrumah bin Naufal yang umurnya mencapai 115 tahun. Matanya buta.
Di masjid Nabi Saw, ia meminta tolong hendak pipis. Nu’man bin ‘Amr pun mendekatinya, menuntunnya ke sebuah pojokan masjid, dan berkata, pipislah di sini.
Makrumah pun pipis.
Para sahabat memekik melihat Makrumah pipis bukan di tempatnya. Ia rupanya dikerjai oleh Nu’man bin ‘Amr, diantar ke pojokan yang masih berada di dalam areal masjid.
Betapa jengkelnya Makrumah.
Ia berjanji akan menggebuki orang yang mengusilnya dengan tongkatnya.
Nu’man bin ‘Amr menghilang sementara waktu untuk menghindari kemarahan Makrumah.
Tersebutlah Ustman bin Affan, khalifah saat itu, sedang salat di masjid Nabi Saw. Nu’man bin ‘Amr melihat Makrumah juga ada waktu itu. Keisengan pun mencuat.
Ia mendekati Makrumah dan berbisik, “Apakah kau masih hendak menggebuki orang yang kemarin mengusilimu dengan tongkatmu?”
“Tentu saja, “jawab Makrumah.
“Mari kutunjukkan.”
Nu’man bin ‘Amr pun menuntun Makrumah, mendekat ke arah poisisi Ustman bin Affan sedang salat.
Nu’man bin ‘Amr lalu berbisik, “Inilah orangnya, pukuli saja.”
Tanpa ampun, Makrumah pun menggebukkan tongkatnya ke tubuh Ustman bin Affan, sang khalifah.
Atas perbuatan usilnya tersebut, Nu’man bin ‘Amr tidak lantas dihukum begini begitu oleh sang khalifah.
Orang-orang tertawa menyaksikan kejenakaannya.
Suatu hari Rasul Saw diundang oleh seorang sahabatnya untuk makan bersama. Kepada perempuan yang diutus itu Rasul Saw berkata, “Bukankah suami adalah orang yang di matanya ada putih-putihnya itu ya?”
Perempuan itu menampik jawaban Rasul Saw.
Rasul Saw kembali berkata, “Coba lihatlah lagi, pasti aku benar.”
Perempuan itu bergegas penuh penasaran dengan ucapan Rasul Saw untuk meneliti mata suaminya. Rasul Sw kemudian mengatakan sambil tertawa bahwa tentulah setiap orang di matanya ada bagian putih-putihnya, yakni putih mata.
Begitulah Rasul Saw sebagai manusia paling agung pula bercanda dengan keluarga, sahabat, dan orang-orang lain di sekitarnya. Cermin betapa membuminya beliau Saw; cermin betapa sayangnya beliau kepada keluarganya; cermin betapa karibnya beliau Saw dengan para sahabat dan orang-orang di sekitarnya.
Ya Rasulallah, ‘alaikas salam, ‘alaikas salam, wa ‘alaikas salam…
Source : https://islami.co/
Turunnya hujan beriringan dengan turunnya barokah dari Allah SWT. Dalam Alquran disebutkan, "Dan Kami menurunkan dari langit air yang penuh barokah (banyak manfaatnya)." (QS Qaaf [50]: 9). Rasulullah SAW dan para sahabatnya selalu menyambut hujan dengan sukacita. Ketika hujan turun juga menjadi salah satu momen dikabulkannya doa. (HR Hakim).
Itulah alasannya, umat Islam dilarang mencela hujan. Orang yang mencela hujan sama artinya mencela pencipta hujan, yaitu Allah SWT. Pengasuh Yayasan Dinamika Ummat Ustaz Dr H Hasan Basri Tanjung MA memesankan untuk bersabar ketika hujan.
"Hujan adalah karunia untuk seluruh makhluk yang ada di bumi. Karunia dari hujan itu sangat mahal. Mungkin kita tidak menyukainya, tapi ada orang lain atau makhluk lain yang menanti-nantikannya," pesan mubaligh asal Sumatra Utara ini. Berikut petikan wawancara selengkapny:
Hujan bukan peristiwa biasa dalam Islam, apa keistimewaannya?
Hujan itu karunia Allah SWT. Dalam Alquran, benar-benar ditegaskan bahwa Allah SWT yang menurunkan hujan. Firman Allah SWT, "Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan." (QS al-An'aam [6]: 99). Artinya, hujan adalah salah satu tanda kekuasaan dan kemahaesaan Allah SWT.
Di ayat lain, Allah SWT juga menanyakan, siapa yang bisa menurunkan hujan? Firman-Nya, "Wahai manusia apa pendapat kalian tentang air yang kalian minum? Apakah kalian yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkannya? Sekiranya Kami jadikan air hujan terasa asin lagi pahit, adakah kalian mampu mengubahnya menjadi air tawar? Mengapa kalian tidak mau mensyukuri nikmat Allah?" (QS al-Waqi'ah [56]: 68-70).
Ayat ini lebih tegas menyatakan bahwa kuasa menurunkan hujan hanya milik Allah SWT. Hanya Allah SWT yang sanggup membuat dan menurunkan hujan karena hal ini di luar kuasa dan kesanggupan manusia. Jadi, esensi hujan sendiri adalah karunia Allah SWT yang diberikan kepada manusia. Manusia diminta bersyukur atas karunia yang diberikan itu.
Ketika hujan turun, makanya kita tidak boleh mengeluh seakan membawa mudharat kepada kita. Hujan adalah karunia untuk seluruh makhluk yang ada di bumi. Karunia dari hujan itu sangat mahal. Mungkin kita tidak menyukainya, tapi ada orang lain atau makhluk lain yang menanti-nantikannya.
Jarang turunnya hujan sebagai tanda bergeraknya dosa?
Hujan diciptakan Allah SWT untuk memelihara kestabilan bumi yang kita tempati ini. Dengan hujan, lahan pertanian-perkebunan bisa subur dan tanaman bisa hidup. Dari buahnya, manusia dan hewan bisa makan. Firman Allah SWT, "Dialah Tuhan yang menurunkan hujan dari langit bagi kalian. Di antara air hujan itu ada yang menjadi minuman, ada yang menumbuhkan pepohonan, dan ada pula yang menumbuhkan rerumputan yang menjadi makanan bagi ternak kalian." (QS an-Nahl [16]: 10).
Kalau ekosistem ini dirusak manusia, akibatnya juga kembali kepada manusia. Alam yang dirusak, hujan tidak turun. Akibatnya, lahan kekeringan. Manusia juga yang repot akibat ulahnya sendiri. Firman Allah SWT, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS ar-Rum [30]: 41).
Ada daerah yang punya curah hujan tinggi. Ada pula daerah yang diciptakan Allah yang jarang diturunkan hujan. Seperti di Timur Tengah yang jarang hujan. Tapi, selama mereka memelihara alam dengan baik, insya Allah mereka tak akan kekurangan air.
Di daerah tropis seperti Indonesia, Allah berikan curah hujan tinggi. Namun, jika kita merusak alam, di daerah yang curah hujan tinggi ini sekalipun kita akan kesulitan air. Jadi, itu semua kembali kepada manusianya untuk memelihara alam. Sunatullah itu jangan kita lawan. Itu semua ada hikmahnya.
Sumber : republika.co.id
www.rumahzakat.org
#RZInspirasi #Inspirasi #SharingHappiness #DonasiOnline #Berbagi #Zakat #Infaq #Sedekah #RZMuhasabah
Menyedekahkan sebagian hartanya adalah sebuah perbuatan baik. Terlebih di bulan Ramadhan ini. Semua berlomba-lomba bersedekah untuk menabur benih kebaikan. Namun bagaimana jika harta yang disedekahkan adalah harta haram? Apakah harta akan menjadi halal? Jawabannya adalah tentu tidak. Hal tersebut diharamkan apapun alasannya.
Meskipun niat tulus untuk membantu, tapi Allah tidak menerima sedekah jika berasal dari yang haram, karena Dia hanyalah menerima yang thoyyib yaitu baik dan halal.
Mungkin kita pernah menyaksikan sendiri pencuri yang berhasil mencuri uang dan uang tersebut disedekahkan, atau uang koruptor yang dipakai untuk bersedekah untuk meringankan bebannya.
Kita melihat hal tersebut dari luar tampak hebat bagai pahlawan. Karena membantu oranag lain yang dalam kesusahan. Namun, hal ini tidak diperbolehkan dalam Islam. Allah SWT tidak menerima sedekah tersebut. Sedekah ibarat air yang dapat membersihkan harta. Namun sedekah dengan harta haram, layaknya urine, yang bukan membersihkan, justru membuat harta semakin kotor.
Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wassalaam bersabda yang artinya : “Tidaklah diterima shalat tanpa bersuci, tidak pula sedekah dari ghulul (harta haram)” (HR. Muslim no. 224).
Hal ini juga dijelas dalam Hadist Riwayat Muslim berikut ini yang artinya,
“Hai manusia! Sesungguhnya Allah itu baik dan tak hendak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah ta’ala telah memerintahkan kepada orang-orang beriman apa yang diperintahkan kepada para Rasul, maka firman-Nya, ‘Hai para Rasul, makanlah dari hasil yang baik dan beramal sholehlah! Sesungguhnya Aku mengetahui apa-apa yang engkau lakukan!’ Dan firman-Nya lagi, ‘Hai orang-orang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik-baik yang telah Kami karuniakan kepadamu!’ Lalu disebutkan Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang seorang laki-laki yang lama berkelana, dengan rambutnya yang kusut kusam dan pakaian yang berdebu, menadahkan tangannya ke langit, seraya berkata ‘Ya Tuhanku, ya Tuhanku! Padahal makanannya haram, pakaiannya haram, minumannya haram, dan dibesarkan dengan yang haram, maka bagaimana doanya dapat dikabulkan Tuhan.” (HR. Muslim)
Naudzubillahiminzalik.
Semoga kita senantiasa memberikan makan dari penghasilan halal untuk keluarga, dan menyedekahkan harta yang halal pula. Aamiin.
Source : www.ummi-online.com (Marthina)
Jika kita tidak pandai menggunakan pedang, niscaya pedang tersebut akan menebas diri kita sendiri. Demikian juga waktu yang telah diberikan oleh Allah Ta’ala. Jika kita tidak mampu memanfaatkannya untuk berbuat ketaatan kepada-Nya, niscaya waktu akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri.
Dalam kitab Al Jawaabul Kaafi karya Ibnul Qayyim disebutkan bahwa Imam Syafi’i pernah mendapatkan pelajaran dari orang sufi. Inti nasehat tersebut terdiri dari dua penggalan kalimat berikut:
.
“Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.” Sahabat, senantiasalah kita meminta pada Allah kebaikan pada hari ini dan hari besok karena hanya orang yang mendapatkan taufik dan pertolongan Allah Ta’ala yang dapat selamat dari tebasan pedang waktu.
Ibnu Mas’ud berkata,
.
“Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah.” Al Hasan Al Bashri berkata.
.
“Diantara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia sebagai tanda Allah menelantarkannya.” Semoga dengan nasehat sederhana ini membuat kita semakin sadar akan memanfaatkan waktu dalam kebaikan.
Sumber : rumaysho.com
www.rumahzakat.org
#RZInspirasi #SharingHappiness #Zakat #Sedekah #Sharing #Happiness #Berbagi #Donasi #DonasiOnline
Sahabat, dalam hitungan 2 bulan lagi kita akan memasuki penghujung tahun. Ayo siapa disini yang punya simpanan atau tabungan berupa emas? Siap-siap untuk membayarkan zakatnya ya sahabat.
Zakat emas adalah zakat yang wajib dikeluarkan atas emas dan perak yang dimiliki lebih dari kewajaran, yang telah mencapai haul dan nishabnya.
Emas wajib dizakati ketika telah dimiliki atau disimpan selama 1 tahun oleh pemiliknya dan telah mencapai nishab 85 gram emas, sebagaimana hadits Nabi SAW berikut,
“…Tidak ada kewajiban atasmu mengeluarkan zakat emas sehingga kamu memiliki 20 dinar. Apabila kamu memiliki emas sebanyak 20 dinar dan telah berjalan satu tahun maka zakatnya dikeluarkan sebesar setengah dinar” (HR. Abu Dawud dan al-Baihaqi)
Adapun cara perhitungan zakat emas, yaitu:
Besar zakat yang dikeluarkan = Emas yang dimiliki* x Harga emas saat zakat dikeluarkan x 2.5%
*BUKAN emas yang digunakan sebagai perhiasan sehari-hari
Sahabat, marilah kita tunaikan zakat sebagai bukti ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.
Untuk mempermudah, sahabat bisa menggunakan kalkulator Rumah Zakat.
Link Kalkulator Zakat :
https://
Transfer Zakat
BNI Syariah 155 555 5589
Mandiri 132000 481 974 5
Konfirmasi transfer via WA Center di 0815 7300 1555 atau bisa langsung klik link dibio.
Link Zakat : https://
#SaatnyaZakat #Zakat #RumahZakat #Infak #Sedekah #Pemberdayaan #SayaBerdaya #DonasiOnline #Donasi #SaatnyaBerbagi #ZakatEmas #ZakatPerdagangan #ZakatPertanian #ZakatPenghasilan #IndonesiaBerdaya #Indonesia1WGI
Tak ada tempat belajar tentang sosok-sosok mulia melebihi pelajaran mahal dari mereka. Pelajaran tentang jalan meretas kehidupan indah, dunia dan akhirat. Salah satu pelajaran dari mereka itu adalah saat-saat di mana kita akan menggunakan lisan kita.
Lisan, karunia Alah yang sangat berharga, bentuknya memang relatif kecil bila dibandingkan dengan anggota tubuh yang lain, namun ternyata memiliki peran yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Lisan merupakan bagian tubuh yang paling banyak digunakan dalam keseharian kita.
Celaka dan bahagia ternyata tak lepas dari bagaimana manusia memosisikan organ kecil tersebut. Bila lidah tak terkendali, dibiarkan berucap sekehendaknya, alamat kesengsaraan akan segera menjelang. Sebaliknya bila ia terkelola baik, hemat dalam berkata, dan memilih perkataan yang baik-baik, maka sebuah alamat akan datangnya banyak kebaikan. Menjadi nilai ibadah di sisi-Nya.
Allah menyerukan umat manusia untuk berkata baik dan menghindari perkataan buruk. Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman, artinya:
“Dan katakan kepada hamba-hamba-Ku, “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al Isra’: 53).
”Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…” (QS. An-Nahl: 125).
Banyak orang merasa bangga dengan kemampuan lisannya yang begitu fasih berbicara. Bahkan tak sedikit orang yang belajar khusus agar memiliki kemampuan bicara yang bagus. Lagi-lagi, lisan memang karunia Allah yang demikian besar. Dan ia harus selalu disyukuri dengan sebenar-benarnya. Caranya tentu dengan menggunakan lisan untuk bicara yang baik bukan dengan mengumbar pembicaraan semau sendiri.
Apa yang dihasilkan dari lisan manusia memiliki implikasi yang sangat luas terhadap dirinya dan orang lain. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melukiskan lisan dan hati sebagai kekayaan yang sangat berharga.
Tsauban Radhiyallahu ‘Anhu menceritakan ketika ayat 34 surat at-Taubah (”Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak”) turun, kami sedang dalam suatu perjalanan. Kemudian beberapa orang sahabat berkata, ”Ayat tersebut turun berkenaan dengan emas dan perak. Seandainya kami tahu harta yang paling baik, tentu kami akan menyimpannya.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kemudian bersabda,
”Harta yang paling baik adalah lisan yang selalu berzikir, hati yang selalu bersyukur, dan isteri yang beriman yang membantu suaminya dalam merealisasikan keimanannya.” (HR. A t-Tirmidzi).
Nilai strategis lisan dalam kehidupan manusia tampak pada ungkapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika beliau menjawab pertanyaan Uqbah bin Amir Radhiyallahu ‘Anhu. Dalam satu riwayat Uqbah Radhiyallahu ‘Anhu berkata,
”Aku bertanya, ”Wahai, Rasulullah! Apakah jalan keselamatan? Beliau menjawab, ”Tahanlah lidahmu, berdiamlah di rumahmu, dan tangisilah kesalahanmu.” (HR. At-Tirmidzi).
Rentetan kata demi kata yang mengucur dari lisan seseorang, implikasi dan pengaruhnya bisa melebihi kapasitas dirinya dan zamannya. Akan menggema dan dapat memantul di semua benua. Banyak ungkapan yang lahir dari lisan seseorang memiliki nilai abadi. Bukankah nasihat dan dakwah para ulama salaf kita didominasi oleh peran lisan?
Tetapi sebaliknya, segalanya menjadi alamat petaka bila tak tertuntun. Lisan bisa berefek ganda dan luar biasa pengaruhnya terhadap kehidupan ini. Terkadang ia dapat meluncurkan sejumlah kebaikan dan kemanfaatan yang luas bagi siapa yang menjaganya dengan baik dan mempergunakannya sebagaimana diharapkan syari’at. Sebaliknya, lisan juga dapat meluncurkan sejumlah kejelekan yang membahayakan dirinya dan orang lain bagi siapa yang menggunakannya dengan tanpa pertimbangan.
Berapa banyak hati menjadi tercerai-berai karenanya? Berapa banyak darah tertumpah habis karenanya? Sebagaimana telah banyak hati dan perasaan terluka karenanya.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang ia tidak memperhatikannya—tidak memikirkan akibatnya—ternyata karenanya ia dilemparkan ke dalam neraka lebih jauh dari apa-apa yang ada di antara timur dan barat.” (HR. Bukhari).
Bahaya lisan yang tidak dikendalikan oleh norma dan tuntunan syariat bisa menyeret seseorang ke jurang kebinasaan. Untuk itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menasihati agar menjaga lidah dengan baik. Beliau menganjurkan kita untuk diam ketika bukan perkataan baik yang akan terucap.
|
“Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat maka berkatalah yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Karena ketajaman lidah memang sangatlah berbahaya, bahkan dosa bisa membiak dan beranak pinak dari lisan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam berada pada lidahnya.” (HR. Al- Thabrani, Ibnu Abi Dunya, dan Al Baihaqi).
Atas dasar itu kita dapat memahami nilai keutamaan menjaga lidah yang diajarkan oleh para salaf, tentang sikap waqqof (berhati-hati dalam berucap).
Tersebutlah Umar bin Abdul Aziz—rahimahullah—pernah menulis surat yang isinya sebagai berikut, “Amma ba’d. Sesungguhnya orang yang banyak mengingat kematian, ia akan senang dengan bagian dunia yang sedikit; orang yang menganggap bicaranya itu termasuk amal perbuatannya, ia akan sedikit berbicara, kecuali dalam hal yang akan membawa kebaikan buat dirinya.Wassalam.”
Begitu pula ketika seorang lelaki yang datang menemui Salman al-Farisi Radhiyallahu ‘Anhu, lalu berkata kepadanya, “Berikanlah aku nasihat .” Beliau berkata, “Jangan bicara.” Sang penanya kemudian berujar, “Orang yang hidup di tengah manusia, mana bisa tidak berbicara?” Beliau menanggapi, “Kalaupun Anda hendak berbicara, berbicaralah yang benar, atau diam.” Lelaki itu berkata lagi, Tolong tambahkan yang lain.” Beliau berkata, “Jangan marah.” Lelaki itu berkomentar, “Kalau tidak bisa menahan diri, terkadang aku tidak sadar.” Beliau berkata menanggapi, “Kalau begitu, bila engkau marah, jaga lidah dan tanganmu.” “Tambahkan lagi”, lelaki itu meminta. Beliau berkata, “Jangan campuri urusan orang lain.” “Orang yang hidup bersama orang banyak, tak mungkn tidak mencampuri urusan orang lain,” sanggahnya. Beliau berkata, “Kalau engkau harus mencampuri urusan orang lain, katakan perkataan yang benar, dan tunaikan amanah kepada yang berhak.”
Sobat, apakah Sobat mengingkari bahwa Anda dijaga para malaikat yang mulia yang akan mencatat amal perbuatan, di kiri dan kanan Anda?
Setiap kata yang terlontar dari bibir Kita pasti akan dicatat oleh malaikat yang Raqib dan Atid. Apakah kita tidak malu apabila catatan amal kita yang diisi di penghujung waktu siang , yang sesungguhnya sebagian besar di antaranya ternyata bukanlah termasuk urusan agama maupun dunia yang bermanfaat bagi kita?”
Lidah yang tersibukkan dengan aib orang lain, bisa jadi aib tersebut juga ada pada kita. Pikirkan, apa yang akan dilakukan Rabb terhadap kita bila menggunjing sesama Muslim dengan suatu yang juga sebenarnya ada pada diri kita? Dan boleh jadi aib kita ternyata lebih besar.
Memang tak mudah, sebagaimana yang dikatakan oleh Fudhail bin Iyadh—rahimahullah—bahwa sikap wara’ yang paling berat dilakukan adalah memelihara lidah. Namun, dengan taufiq Allah yang diikuti rasa takut terhadap balasan dan siksa-Nya, segalanya bisa terjadi.
Sumber : belajarislam.com
www.rumahzakat.org
#RZInspirasi #SharingHappiness #Zakat #Sedekah #Sharing #Happiness #Berbagi #Donasi #DonasiOnline
Sebelum menjalankan strategi untuk meningkatkan prestasi kerja, pahami cara Sahabat melihat pekerjaan. Sahabat melihatnya sebagai pekerjaan, karier atau panggilan hati? Untuk mengenalinya, sederhana saja. Sahabat akan fokus pada gaji atau kompensasi kerja jika Sahabat melihatnya sebagai pekerjaan.
Sementara, jika melihat pekerjaan sebagai karier, Sobat fokus pada pencapaian, prestasi, jenjang karier dan jabatan. Kemudian, jika Sahabat melihat pekerjaan sebagai panggilan hati, Sobat mengesampingkan persoalan uang, gaji, kompensasi lain dan juga jabatan. Fokus Sahabat adalah pada pekerjaan itu sendiri, yang begitu Sahabat nikmati.
Apapun perspektif Sahabat, jika masih merasa tak puas dengan prestasi kerja, lakukan strategi ini:
1. Menciptakan tantangan
Sahabat tak perlu menunggu kesempatan untuk menantang diri mencapai prestasi. Ciptakan tantangan untuk diri sendiri. Caranya, aktif melibatkan diri dalam sebuah proyek atau tugas yang bisa memotivasi diri lebih tinggi. Mulailah dari proyek kecil hingga yang berisiko tinggi. Mengerjakan sesuatu yang Sahabat sukai, apalagi jika berhasil, bisa menumbuhkan kepercayaan diri dan kepuasan kerja.
2. Membantu rekan kerja
Kesuksesan Sahabat tak lepas dari bantuan mentor. Kini, saat Sahabat berhasil menyelesaikan pekerjaan dengan baik, mulailah menjadi mentor bagi rekan kerja. Terutama kepada rekan kerja baru yang masih membutuhkan pengarahan. Membantu tim dalam bekerja takkan mengurangi keahlian Sahabat. Justru, sikap kerja seperti ini memberikan kepuasan dan kebanggaan tersendiri bagi diri Sahabat.
3. Jangan monoton
Rutinitas yang monoton membuat Sobat bosan dan merasa tak tertantang. Jika hal ini yang Sobat alami, segeralah bicara dengan atasan. Minta atasan melibatkan Sobat dalam pekerjaan atau tugas lain. Jika perusahaan sedang menjalani proyek atau tugas baru, ajukan diri sebagai bagian dari tim. Menantang diri sendiri seperti ini membutuhkan keberanian, Sahabat berani?
4. Selalu positif
Berpikir positif menjadi senjata ampuh yang bikin Sahabat betah dengan pekerjaan. Melihat pekerjaan lebih positif akan membantu Sahabat meningkatkan performa. Saat Sahabat berpikir tengah terjebak dalam pekerjaan yang menyebalkan, saat itulah Sahabat kehilangan motivasi.
5. Tingkatkan skill
Semakin banyak keterampilan yang Sahabat punya, peluang kesuksesan dalam karier terbuka lebar. Jika mendapat kesempatan meningkatkan skill, jangan ragu memanfaatkannya. Seperti mengikuti kelas pengembangan diri, seminar, workshop apapun yang berkaitan dengan pekerjaan dan bisa meningkatkan performa kerja.
6. Belajar dari kesalahan
Jangan pernah memberi ruang bagi kegagalan untuk mengalahkan Sobat. Ketika berbuat kesalahan dalam pekerjaan, segera belajar darinya, perbaiki dan jangan berhenti mencoba lagi. Mungkin saja, Sobat sedang dipersiapkan untuk sukses dengan berbuat kesalahan tersebut.
7. Bersyukur
Kinerja di kantor tetap terjaga atau bahkan semakin meningkat dengan bersyukur. Sikap bersyukur seperti ini membantu Sahabat fokus pada nilai positif pekerjaan atau karier Sobat. Caranya, tanyakan diri sendiri, apa saja yang membuat Sahabat bersyukur dalam pekerjaan setiap harinya. Setidaknya temukan satu saja hal yang Sahabat syukuri di kantor, setiap hari.
8. Menjaga passion
Sahabat berhak merasa tak puas dengan pekerjaan atau karier. Namun Sobat juga mencoba realistis, karena untuk berpindah kerja, rasanya tak memungkinkan karena berbagai kondisi. Jika sudah seperti ini, Sobat perlu memelihara passion di dalam diri atas karier atau pekerjaan. Cara lainnya, jalankan hobi atau aktivitas yang disenangi di luar kantor.
Lantas, apa pentingnya menjalani delapan strategi ini? penting, karena semakin Sobat merasa puas dengan pekerjaan atau karier, semakin menurun tekanan di dalam diri. Sobat pun terbebas dari stres bahkan depresi.
Sumber : kompas.com
#RZInspirasi #BetterPerormance #SharingHappiness #Zakat #Sedekah #Sharing #Happiness #Berbagi #Donasi #DonasiOnline
Tanpa Kerja Keras, Tak ada Prestasi Memuaskan Yang bisa anda capai. Tak ada karya bermutu yang bisa anda wujudkan.
Kerja keras mempercepat pencapaian anda, kerja keras mempermudah masalah-masalah anda. kerja keras membuka keajaiban-keajaiban yang selama ini tak terlihat.
Keringat yang dihasilkan dari kerja keras anda, akan menjadikan anda Pribadi yang lebih bersyukur, dan lebih berbahagia.
Tidak semua kerja keras berhasil sampai pada tujuan, Tapi tak ada sesuatu yang besar yang bisa di capai tanpa melalui kerja keras. SEMANGATTTT !!!
#RZInspirasi
Zakat adalah kewajiban harta yang spesifik, memiliki syarat, alokasi dan waktu tertentu. Zakat memiliki kekhususan seperti zakat fitrah yang dilaksanakan hanya setahun sekali menjelang hari raya Idul Fitri. Semua dana zakat terikat yang alokasi dan distribusinya hanya diberikan kepada delapan asnaf/golongan.
.
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah: 60)
Sahabat, masih bingung bagaimana cara menghitung zakat?
Simak Yuk, Tabel Perhitungan Zakat Berikut Ini
Semoga tabel perhitungan zakat ini dapat memudahkan ya Sahabat.
Mari kita tunaikan zakat untuk membersihkan harta kita, dan berdayakan Indonesia bersama Rumah Zakat.
Transfer Zakat
BNI Syariah 155 555 5589
Mandiri 132000 481 974 5
Link Zakat>> https://
#SaatnyaZakat #Zakat #RumahZakat #Infak #Sedekah #Pemberdayaan #SayaBerdaya #DonasiOnline #Donasi #SaatnyaBerbagi #ZakatEmas #ZakatPerdagangan #ZakatPertanian #ZakatPenghasilan #TabelZakat #PerhitunganZakat #ItungZakat
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. (Az-Zukhruf 67) .
Jika pertemanan, persaudaraan, persahabatan tidak didasari dengan Ketaqwaan maka suatu hari hal tersebut akan pudar bahkan akan menjadi musuh satu sama lain .
Namun sebaliknya, jikalau hal tersebut didasari dengan keimanan kepada Allah maka ia akan kekal hingga bahkan di hari kiamat.
pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,
dari ibu dan bapaknya,
dari istri dan anak-anaknya.
Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.
(QS A’basaa 34-37)
Diantara keuntungan bersahabat dengan orang orang sholih ialah bahwa Seseorang itu akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya
Sebagaimana Dari Abu Musa Al-Asy’ari z: Datang seseorang kepada Nabi n dan berkata, “Wahai Rasulullah, seseorang mencintai satu kaum namun tidak bisa menyamai amalan mereka?” Rasulullah n berkata: “Seseorang akan bersama orang yang dicintainya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Mudah-mudahan Allah Subhaanahu wa ta’alaa menambah erat persaudaraan dan kerukunan kita di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman salafus shalih .
Wallahu A’lam.
www.rumahzakat.org
#RZInspirasi #SharingHappiness #Zakat #Sedekah #Sharing #Happiness #Berbagi #Donasi #DonasiOnline