HIKMAH HUJAN
Turunnya hujan beriringan dengan turunnya barokah dari Allah SWT. Dalam Alquran disebutkan, "Dan Kami menurunkan dari langit air yang penuh barokah (banyak manfaatnya)." (QS Qaaf [50]: 9). Rasulullah SAW dan para sahabatnya selalu menyambut hujan dengan sukacita. Ketika hujan turun juga menjadi salah satu momen dikabulkannya doa. (HR Hakim).
Itulah alasannya, umat Islam dilarang mencela hujan. Orang yang mencela hujan sama artinya mencela pencipta hujan, yaitu Allah SWT. Pengasuh Yayasan Dinamika Ummat Ustaz Dr H Hasan Basri Tanjung MA memesankan untuk bersabar ketika hujan.
"Hujan adalah karunia untuk seluruh makhluk yang ada di bumi. Karunia dari hujan itu sangat mahal. Mungkin kita tidak menyukainya, tapi ada orang lain atau makhluk lain yang menanti-nantikannya," pesan mubaligh asal Sumatra Utara ini. Berikut petikan wawancara selengkapny:
Hujan bukan peristiwa biasa dalam Islam, apa keistimewaannya?
Hujan itu karunia Allah SWT. Dalam Alquran, benar-benar ditegaskan bahwa Allah SWT yang menurunkan hujan. Firman Allah SWT, "Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan." (QS al-An'aam [6]: 99). Artinya, hujan adalah salah satu tanda kekuasaan dan kemahaesaan Allah SWT.
Di ayat lain, Allah SWT juga menanyakan, siapa yang bisa menurunkan hujan? Firman-Nya, "Wahai manusia apa pendapat kalian tentang air yang kalian minum? Apakah kalian yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkannya? Sekiranya Kami jadikan air hujan terasa asin lagi pahit, adakah kalian mampu mengubahnya menjadi air tawar? Mengapa kalian tidak mau mensyukuri nikmat Allah?" (QS al-Waqi'ah [56]: 68-70).
Ayat ini lebih tegas menyatakan bahwa kuasa menurunkan hujan hanya milik Allah SWT. Hanya Allah SWT yang sanggup membuat dan menurunkan hujan karena hal ini di luar kuasa dan kesanggupan manusia. Jadi, esensi hujan sendiri adalah karunia Allah SWT yang diberikan kepada manusia. Manusia diminta bersyukur atas karunia yang diberikan itu.
Ketika hujan turun, makanya kita tidak boleh mengeluh seakan membawa mudharat kepada kita. Hujan adalah karunia untuk seluruh makhluk yang ada di bumi. Karunia dari hujan itu sangat mahal. Mungkin kita tidak menyukainya, tapi ada orang lain atau makhluk lain yang menanti-nantikannya.
Jarang turunnya hujan sebagai tanda bergeraknya dosa?
Hujan diciptakan Allah SWT untuk memelihara kestabilan bumi yang kita tempati ini. Dengan hujan, lahan pertanian-perkebunan bisa subur dan tanaman bisa hidup. Dari buahnya, manusia dan hewan bisa makan. Firman Allah SWT, "Dialah Tuhan yang menurunkan hujan dari langit bagi kalian. Di antara air hujan itu ada yang menjadi minuman, ada yang menumbuhkan pepohonan, dan ada pula yang menumbuhkan rerumputan yang menjadi makanan bagi ternak kalian." (QS an-Nahl [16]: 10).
Kalau ekosistem ini dirusak manusia, akibatnya juga kembali kepada manusia. Alam yang dirusak, hujan tidak turun. Akibatnya, lahan kekeringan. Manusia juga yang repot akibat ulahnya sendiri. Firman Allah SWT, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS ar-Rum [30]: 41).
Ada daerah yang punya curah hujan tinggi. Ada pula daerah yang diciptakan Allah yang jarang diturunkan hujan. Seperti di Timur Tengah yang jarang hujan. Tapi, selama mereka memelihara alam dengan baik, insya Allah mereka tak akan kekurangan air.
Di daerah tropis seperti Indonesia, Allah berikan curah hujan tinggi. Namun, jika kita merusak alam, di daerah yang curah hujan tinggi ini sekalipun kita akan kesulitan air. Jadi, itu semua kembali kepada manusianya untuk memelihara alam. Sunatullah itu jangan kita lawan. Itu semua ada hikmahnya.
Sumber : republika.co.id
www.rumahzakat.org
#RZInspirasi #Inspirasi #SharingHappiness #DonasiOnline #Berbagi #Zakat #Infaq #Sedekah #RZMuhasabah