News

Mendidik Anak Hafidz Al Quran Sejak Dalam Kandungan

Blog Single

Sebagaimana fakta yang kita ketahui bahwa bayi yang masih dalam kandungan dapat mendengar suara yang ada disekitarnya. Proses pembentukan indera pendengaran bayi dimulai saat janin berusia 8 minggu. Pembentukannya terus berkembang sampai usia janin berusia 24 minggu, dan saat usia janin 25 minggu ia sudah bisa mendengar suara-suara yang ada disekitarnya termasuk suara kedua orang tuanya. Maka dianjurkan bagi kedua orang tuanya untuk mulai berkomunikasi pada bayinya walaupun masih satu arah. Dan saat inilah proses pembelajaran bahasa pada bayi untuk pertama kalinya, Para peneliti berpendapat kemampuan bahasa pada bayi mulai berkembang sejak mereka masih di dalam rahim. Profesor Kathy Hirsh-Pasik, Kepala Laboratorium Bahasa Bayi di Universitas Temple di Philadeplhia, mengatakan, “Proses pertama perkembangan bahasa terjadi ketika bayi masih dalam kandungan, karena mereka mendengar pembicaraan ibunya, ” masih kata beliau “bayi kadang-kadang dapat mengingat beberapa kata yang mereka dengar”.

Selain mengajak bayi berkomunikasi, mendengarkan musik klasik pada janin juga dianggap baik oleh orang-orang barat karena mampu meningkatkan kecerdasan anak. Tapi mereka masih bingung mencari komposisi yang pas dari musik klasik yang bagus untuk perkembangan otak anak. Dan alhamdulillah, kita sebagai muslim tidak perlu bingung mencari musik klasik yang pas tersebut karena kita telah mempunyainya, Al Qur’an, mu’jizat terbesar umat Islam. Dan Ternyata mendengarkan Al-Quran Lebih mencerdasan anak dibanding mendengarkan musik klasik. Inilah hasil penelitian terakhir yang dilakukan oleh Dr. Nurhayati dari Malaysia yang mengemukakan hasil penelitian ini dalam sebuah seminar konseling dan psikoterapi Islam. Setiap suara atau sumber bunyi memiliki frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Dan bacaan Al Qur’an yang dibaca dengan tartil yang bagus dan sesuai dengan tajwid memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara positif dan mengembalikan keseimbangan dalam tubuh.

Sedangkan mendengar musik klasik oleh janin yang dianggap bisa meningkatkan kecerdasan anak mulai diragukan kebenarannya, karena penelitian terbaru ini yang dilakukan oleh Jakob Pietschnig, Martin Voracek dan Anton K. Formann dari University of Vienna, Austria dalam riset mereka yang diberi judul Mozart Effect mengemukakan kesalahan besar dari hasil penelitian musik yang melegenda ini. Pietschnig dan kawan-kawannya mengumpulkan semua pendapat dan temuan para ahli terkait dampak musik Mozart terhadap tingkat intelegensi seseorang. Mereka membuat riset yang melibatkan 3000 partisipator, hasil penelitiannya adalah tidak ada stimulus atau sesuatu yang mendorong peningkatan kemampuan inteligensi seseorang setelah mendengarkan musik Mozart. Hal yang sama juga diungkapkan oleh tim peneliti dari Jerman yang terdiri atas ilmuwan, psikolog, filsuf, pendidik, dan ahli musik juga mengadakan penelitian yang serupa, mereka mengumpulkan berbagai literatur dan fakta mengenai efek mozart ini. Dan hasil penelitiannya adalah sangat tidak mungkin mozart dapat membuat seorang anak menjadi jenius.

Saatnya kita kembali pada Al Qur’an. Selain mendengarkan bacaan Al Qur’an baik untuk perkembangan otak janin, juga sebagai pembiasaan terhadap anak agar terbiasa mendengar Al Qur’an sehingga anak nantinya dalam usia dini mampu menghafal Al Qur’an dengan mudah. Nah, disinilah kunci untuk menjadikan anak-anak kita para hafidz Al Quran pada usia sedini mungkin, karena hafalan anak pada usia dini akan terekam kuat dan melekat pada otak sehingga mereka tidak akan mudah lupa apa yang telah dihafalnya.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mulai mendengarkan bacaan Al Qur’an kepada anak sejak dalam kandungan. Yang pertama, membacakan secara langsung dekat ke arah perut sang ibu. Mulailah dengan surat-surat pendek, bacalah secara tartil dan perlahan serta diulang-ulang sebanyak tiga kali. Kegiatan ini bisa dilakukan secara bergantian dengan sang ibu, lakukanlah secara rutin dan bertahap. Untuk lebih mempermudah, aturlah jadwal yang disepakati bersama antara ayah dan ibu. Bacalah dengan sungguh-sungguh seolah-olah kita mengajari anak membaca Al Qur’an, karena ini adalah madrasah yang pertama bagi sang anak. Selanjutnya, kita bisa menggunakan rekaman mp3 murattal Al Qur’an dari para syaikh atau qori’ ternama. Pilihlah murattal yang dibaca secara perlahan, aturlah volume suaranya agar tidak terlalu keras dan juga tidak terlalu lemah. Putarlah sesering mungkin, terutama saat setelah shalat atau saat hendak tidur.

Dan yang tidak kalah pentingnya untuk menjadikan anak kita hafidz Al Qur’an adalah adanya niat dan azam yang kuat dalam diri sang ayah dan ibu untuk menjadikan anaknya hafidz Al Qur’an, disertai dengan doa kepada Allah Azza wa Jalla yang telah menurunkan Al Qur’an. Interaksi dengan Al Qur’an juga hendaknya dibangun secara intens terlebih dahulu oleh kedua orang tua, melazimkan tilawah, membaca tafsirnya, dan mengamalkan apa yang ada didalamnya menjadi sangat penting sehingga anak mendapat teladan yang nyata dari orang tuanya dan ini semakin menumbuhkan rasa cinta anak terhadap Al Qur’an.

Berikut ini kiat-kiat dalam usaha menjadikan anak kita sebagai hafidz/hafidzah Qur’an:

1.Orang tua sepakat menjadikan Keluarga Qurani sebagai misi dan visi keluarga

Al Quran adalah kunci meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Itulah prinsip dasar yang harus dipegang teguh oleh pasangan suami istri dalam mendidik buah hatinya. Dan harus diingat bahwa keberhasilan pendidikan anak adalah hasil integrasi kedua orang tuanya, bukan dari ibu saja. Dan jangan terlalu mengandalkan sekolah. Karena 2/3 keberhasilan pendidikan itu ada di rumah.

2.Memperkenalkan Al-Qur’an kepada buah hati sejak dini bahkan semenjak masih di dalam kandungan

Perdengarkan murottal sejak anak masih dalam kandungan.

3.Membiasakan anak-anak berinteraksi dengan Al-Quran setiap hari

Perdengarkan murottal di setiap waktu terutama menjelang mereka tidur. Dengan membiasakan anak-anak berinteraksi dengan Al-Quran dan memberikan pemahaman bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah yang seharusnya menjadi pedoman hidup, maka akan menumbuhkan kecintaan terhadap Al-Qur’an hingga mereka menginjak dewasa.

4.Orangtua senantiasa menjadi suri tauladan bagi sang anak

Saat suami istri sudah sepakat untuk membentuk keluarga Qurani, maka sang ayah dan ibu harus memberikan teladan. Dengan rajin mengaji dan menghapal Al-Quran.

Sang anak dapat mendengar dan jangan kaget jika dia dapat mengikuti bacaan orangtuanya yang sedang murojaah. Hal itu karena mereka sering mendengar ayat-ayat yang tersebut.

5.Membuat jadwal untuk menghafal dan murojaah bagi anak

Misal: Jadwal murojaah adalah setiap pulang dari sholat shubuh berjamaah bersama ayah di masjid. Dan jadwal setoran hafalan adalah setiap selepas sholat maghrib.

Terapkan dengan konsisten untuk membentuk pola menghafal dan murojaah yang kuat pada sang anak.

6.Berikan reward untuk prestasi sang anak

Misalnya: setiap selesai menghapal satu surat ibu membuatkan kue kesukaan sang anak.

7.Orang tua terus menerus meningkatkan ilmunya sehingga mampu menjadi madrasah yang sebaik-baiknya bagi sang anak.

8.Bangun dakwah di dalam rumah

Ajak anak-anak untuk berkumpul dan mendengarkan cerita islami yang akan dapat mempertebal keimanan mereka.

9.Mensekolahkan anak ke pesantren tahfidz/ menimba pendidikan di pesantren tahfidz

 

Dari Buraidah, Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, ‘Mengapa kami dipakaikan jubah ini?’ Dijawab, ‘Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur’an.” (HR Abu Daud)

 Sumber :http://www.dic.or.id

Share this Post: