News

Menjadi Pribadi yang Menyenangkan di Hadapan Allah SWT

Blog Single

Menjadi mulia adalah keinginan setiap manusia, namun tidak setiap manusia mengetahui hakekat kemuliaan. Kemuliaan yang hakiki adalah mulia di sisi Allah.

Mulia di sisi Allah pasti mendatangkan keberkahan yang sebenarnya. Lalu ukuran apakah yang bisa digunakan untuk menilai seseorang mulia di sisi Allah atau tidak?
Satu-satunya ukurannya adalah ketaqwaaan. Jika seseorang sudah mencapai derajat taqwa, dia telah mulia di sisi Allah. Semakin tinggi tingkat ketaqwaannya, semakin mulia kedudukannya di sisi Allah. Sekadar ber-Islam dan beriman tanpa bertaqwa bukanlah ukuran mulia di sisi Allah. Apatah lagi harta, kedudukan, jabatan, profesi, gelar akademik dan gelar-gelar lainnya, prestasi akademik dan prestasi-prestasi lainnya, pakaian kebesaran dan pakaian-pakaian lainnya, popularitas, ketampanan atau kecantikan, dan hal-hal yang bersifat duniawi lainnya.

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat [49]:13)

Dengan berpedoman pada wahyu-Nya tersebut, manusia bisa melihat dirinya sendiri dan orang lain secara kasat mata apakah telah mencapai derajat taqwa dan seberapa tinggi tingkat ketaqwaanya.

Salah satu ciri orang-orang yang bertaqwa dalam al-Quran adalah “yuqiimuun ash-sholah” (mendirikan shalat) sebagaimana tersebut dalam dua ayat berikut ini.
“Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah [2]:2-3)

Kata ash-sholah di dalam al-Qur’an bergandengan dengan kata kerja dasar aqooma (mendirikan) bukan ’amala (mengerjakan). Dalam ayat tersebut di atas, kata yang bergandengan dengan kata as-sholah adalah yuqiimuna (mendirikan), bukan ya’maluuna (mengerjakan). Yang dimaksud dengan mendirikan shalat adalah memelihara atau menjaga shalat, dalam arti tidak melalaikannya. Definisi tidak melalaikan shalat adalah sebagai berikut: Shalat wajib lima waktu tidak ada yang bolong. Melakukan setiap shalat dengan khusyu’ dan tuma’ninah. Melaksanakan shalat fardhu tepat waktu (tidak menunda-nunda) dan bagi laki-laki wajib berjama’ah di masjid (musholla/surau/nama lainnya).

Selain mendirikan shalat. ciri orang bertaqwa lainnya yang juga penting untuk dikemukakan di sini adalah sedikit tidur di malam hari dengan cara segera tidur di awal malam dan segera bangun di tengah malam atau di akhir malam sebelum fajar menyingsing untuk beribadah kepada Allah dengan mendirikan shalat Lail (tahajjud), membaca al-Qur’an, berdzikir, memanjatkan do’a, dan memohon ampun kepada Allah.

Al-Quran menyebutkan;

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Adz-Dzaariyaat [51]:15-18)

Sedangkan ciri lain orang yang paling bertaqwa adalah menafkahkan hartanya di jalan Allah.

“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya.” (QS. Al-Lail [92]:17-18)

Kemudian, keuntungan apa saja yang pasti diperoleh oleh orang-orang bertaqwa?
Salah satu keuntungan yang didapatkan orang bertaqwa di dunia adalah ketika ajal datang kepadanya malaikat mencabut nyawanya dalam keadaan baik. Ketika meninggal, setiap orang berbeda keadaannya, ada yang baik dan ada yang tidak baik. Baik atau tidak tergantung masing-masing individu, apakah telah mencapai derajad taqwa atau tidak.

“(yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Salaamun’alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”.” (QS. An-Nahl [16]: 31-32)

Di akhirat, keuntungan yang akan didapatkan orang-orang bertaqwa adalah memperoleh surga yang memang sudah disediakan khusus oleh Allah untuk mereka.

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali I’mron [3]:133)

Dengan mengetahui keberkahan yang pasti diperoleh oleh orang-orang yang bertaqwa yang tidak bisa diragukan lagi pasti mulia di sisi Allah apakah kita masih mengejar kemuliaan diri dan memuliakan manusia yang dimuliakan menurut kaca mata dan di mata manusia?

Karenanya, marilah kita jadikan diri kita, apapun profesi kita. Baik sebagai pemimpin, pejabat, pemilik dan pelaku media, selebritis, maupun lainnya berusaha menjadikan diri kita sendiri mulia di sisi Allah dan memuliakan orang-orang yang mulia di sisi Allah.

Inilah kriteria orang yang paling baik di hadapan Allah :

1.       Orang yang paling bermanfaat untuk orang lain.
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lainnya.” (HR. Thabrani)

2.       Orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain.
“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah mereka yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari-Muslim)
“Manusia yang paling baik adalah mereka yang paling banyak bacaan dan ilmu Al Qur’an, paling bertakwa, dan paling suka ber-amar ma’ruf nahi munkar serta paling rajin menyambung silaturahim.” (HR. Ahmad)

3.      Suami yang paling baik kepada keluarganya.
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan aku adalah yang terbaik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi)

4.      Orang yang paling baik akhlaknya dalam menuntut ilmu.
Ilmu yang penting dipelajari (wajib ‘ain) oleh setiap muslim adalah ilmu mengenai akidah, akhlak, dan fikih.

5.       Orang yang panjang umur dan paling baik amalannya.
“Sebaik-baik kalian adaalah yang terbaik akhlaknya.” (HR. Bukhari-Muslim)

6.      Orang yang paling diharapkan kebaikannya dan terjaga keburukannya.
“Sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang kebaikannya selalu diharapkan dan orang lain merasa aman dari keburukannya.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

7.       Orang yang tidak sukar melunasi hutangnya.

8.      Orang yang suka memberi makanan pada saudaranya.

Bagaimana cara menjadi pribadi yang menyenangkan menurut Islam yang bisa anda lakukan? Berikut tipsnya.

1.        Tersenyumlah

Dalam Islam, orang yang paling menyenangkan adalah sosok dari Rasulullah SAW. Ia tidak hanya disegani oleh lawan. Namun, jika berhadapan dengan kaum muslim ia menjadi pribadi yang menyenangkan.Rasulullah SAW wajib kita contoh pribadinya termasuk cara beliau menyenangkan orang lain. Salah satunya anjuran beliau untuk memberikan senyum kepada saudara muslim yang lain.
Sabdanya,  “Senyum manismu dihadapan saudaramu adalah shadaqah” (HR. Tirmidzi).
Coba bayangkan, jika ada seseorang yang bertemu dengan kita kemudian kita tersenyum maka bisa jadi orang tersebut merasa terhibur. Ia ikut juga ikut senyum karena kita memulai senyum kepadanya, maka hilanglah sedikit kedukaan yang ada dalam hatinya.

2.       Jangan Sungkan Menyapa Orang Lain.

Menyapa orang lain membuat ia merasa diperhatikan dan merasa dihargai.
Berilah sapaan kepada tetangga, teman, atau saudara anda. Maka mereka akan merasa  dirinya penting buat anda. Efeknya, rasa persahabatan diantara anda akan semakin erat. Sehingga, orang lain akan merasa senang di saat berada di dekat anda.

Menyapa orang lain hendaknya dengan sesuatu yang baik. Di dalam Islam, ummatnta diajarkan untuk senantiasa mengamalkan saling sapa diantara mereka dengan salam. Saling memberi ucapan salam kepada mereka satu sama lain.

Hadits dari Rasulullah SAW yang artinya, "Sebarkanlah salam diantara kamu" (HR. Muslim).

Bahkan salam ini merupakan perkataan para penduduk surga kelak di akhirat. Mereka saling memberi salam satu sama lain, berharap diberikan keselamatan dan kebahagiaan buat mereka.
Menyapa orang lain, termasuk di dalamnya adalah kemampuan untuk mengingat nama orang lain. Berlatihlah untuk mengingat nama orang lain di saat anda bertemu atau berkenalan.
Di saat anda mengingatnya dan bertemu pada kesempatan selanjutnya maka hal itu menjadi sesuatu yang sangat berharga baginya.

3.       Hindari Buruk Sangka

Orang yang bisa diterima di dalam pergaulan adalah orang yang mampu memperlakukan orang sama satu sama lain. Ia tidak membedakan perlakuannya adil.
Nabi SAW berpesan dalam haditsnya, "Jauihilah olehmu berburuk sangka" (HR. Muttafaq alaih)

4.      Berilah Empati

Sifat empati adalah kemampuan seseorang untuk ikut merasakan dan memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang lain. Rasakan dengan baik-baik apa yang dirasakan oleh orang lain. Kenali jalan pikirannya dan berikan solusi baginya jika ia membutuhkan.
Karena sesungguhnya solusi atau nasihat yang engkau berikan kepadanya merupakan salah satu tanda engkau berempati, peduli terhadap orang lain.
Nabi SAW berpesan kepada ummatnya untuk senantiasa saling menasehati, bahkan dikatakan bahwa agama adalah nasihat.
“Agama adalah nasihat” (HR Muslim, Abu Dawud dan an-Nasai’i).

5.       Jadilah Pendengar yang Baik

Keahlian untuk menjadi pendengar yang baik harus juga diasah dalam diri agar menjadi sebuah kebiasaan positif.
Kita biasanya akan susah menjadi orang yang berempati kepada orang lain, jika kita tidak mampu menjadi pendengar yang baik.
Pendengar yang baik mampu dan mau mendengarkan penjelasan orang lain sebelum ia bertindak atau mengambil keputusan. Seorang ibu atau istri yang tidak mau mendengarkan penjelasan anak atau suaminya, maka bisa membuat hubungan menjadi tidak harmonis.

Cobalah untuk dengarkan penjelasannya. Dengarkan kesahnya. Dan jangan terlalu cepat men-justice seseorang itu salah dan anda adalah pihak yang benar. Ingat, bahwa disaat anda marah di saat mengambil keputusan, walaupun anda berada pada pihak yang benar tetapi bisa saja anda terjatuh pada keputusan yang salah dikarenakan anda mengambil keputusan dalam keadaan emosional, marah.

Nabi SAW memberikan nasihat buat kita agar tidak mudah marah, “Jika di antara kalian marah maka hendaklah ia diam” (HR Imam Ahmad).
“Jangan marah, maka bagimu syurga” (HR.Thabrani).

6.      Kontak Mata

Di saat anda berbicara dengan orang lain, hendaknya anda memperhatikan ia berbicara.
Lakukan kontak mata dengan lawan bicara anda agar ia merasa di hargai.
Hal sederhana ini bisa membuat anda menjadi pribadi yang menyenangkan bagi orang lain karena ia merasa di hargai disaat anda menatapnya saat berbicara.
Orang yang cenderung tidak mau menatap mata lawan bicaranya disaat berkomunikasi, secara
psikologi berarti ada sesuatu yang ia sembunyikan kepada lawan bicaranya.
Bisa juga berarti ia tidak menaruh minat atau perhatian kepada orang lain. Sehingga bisa saja, orang lain merasa diabaikan. Hal ini bisa menimbulkan kesan kesombongan.
Oleh karena itu, tataplah mata lawan bicara anda disaat ia berbicara kepada anda. Maka hal itu bisa membuat anda menjadi sosok yang menyenangkan dalam pandangan orang lain.

7.       Berilah Pujian, Ia akan Sangat Suka Hal Demikian

Untuk menjadi pribadi yang menyenangkan, maka tidak ada salahnya anda sesekali memberikan pujian kepada orang lain.
Berilah pujian kepadanya pada hal yang sesuai dengan kelebihan yang ada dalam dirinya. Entah itu karena sikapnya, kemampuannya ataupun yang lain.
Ia akan merasa sangat dihargai dengan pujian kecil yang anda berikan. Selain itu, orang yang dipuji misal dalam pekerjaan, maka ia akan cenderung lebih termotivasi untuk semakin lebih baik.

 

8.      Jadilah Orang yang Rendah Hati

Rendah hati beda dengan sifat rendah diri.
Rendah hati berarti tidak menyombongkan terhadap apa yang kita miliki.
Kalau rendah diri, ini adalah sifat mental dalam diri yang cenderung pemalu.
Orang yang rendah hati kepada orang lain, dalam pergaulan cenderung akan disenangi banyak orang.
Ia disenangi orang lain dikarenakan kebanggaannya terhadap apa yang ia miliki tidak membuatnya meremehkan orang lain.
Berusaha untuk selalu rendah hati dalam pergaulan akan menjauhkan kita dari sifat selalu merasa benar.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam benci kepada orang yang berdiri menghormatinya.  dari Anas radhiyallahu 'anhu berkata, " Tak seorang pun yang mereka cintai lebih dari cinta mereka kepada Rasulullah SAW, tapi jika mereka melihat Rasulullah SAW mereka tidak berdiri untuk menghormatinya karena beliau membenci hal yang demikian. (HR. Ahmad Dan Tirmadzi.)

Sedangkan orang yang rendah diri, dalam pergaulan cenderung tertutup. Dikarenakan ia tidak yakin terhadap kemampuan dirinya. Akibatnya, orang lain pun tidak mampu memahami ataupun menghargai kemampuan atau kelebihannya.

Sumber :

https://cybermujahidah.wordpress.com/2015/02/14/sebaik-baik-manusia-di-hadapan-allah/

https://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2011/04/29/3653/menjadi-mulia-dengan-memuliakan-diri-di-hadapan-allah.html

Share this Post: