News

Ibadah Shaum Rasulullah SAW

Blog Single

Puasa di bulan ramadhan adalah kewajiban kepada seluruh umat Islam. Setiap kaum Muslimin melaksanakan ibadah puasa dan ibadah lainnya untuk mengharap ridho, kasih sayang dan ampunan Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183). Kata ‘kutiba’ dalam ayat ini berarti diwajibkan.

Rasulullah memerintahkan umatnya agar memulai puasa di bulan Ramadhan karena telah melihat bulan, dan mengakhiri bulan Ramadhan untuk berlebaran karena melihat bulan. Jika bulan tak terlihat karena mendung, sempurnakan hitungan hari pada bulan Sya'ban atau bulan Ramadhan sampai tiga puluh hari.

Hadits riwayat Abu Daud dan An-Nasa'i ini menggambarkan betapa berhati-hatinya Rasulullah dalam menghitung masuknya bulan Ramadhan dan selesainya kewajiban berpuasa. Sehingga karena tak bisa melihat bulan, hitungan harinya disempurnakan menjadi tiga puluh seperti Ramadhan tahun ini. Dalam hitungan kalender hijriyah hanya berkisar antara 29 hari atau 30 hari.

Perbedaan sudut pandangan muncul. Apa yang dimaksud dengan melihat bulan sebagai penentu masuknya bulan Ramdhan dan mulainya berlebaran?

Sebagian ulama ada yang menganggap melihat bulan itu harus langsung menggunakan mata telanjang. Biasanya bulan dapat dilihat (imkanurru'yah) manakala ketinggian hilal di atas dua derajat.

Pendapat ini mengertikan cara melihat bulan yang diajarkan oleh Hadits adalah bersifat ta'abbudi (ibadah) sehingga tak dapat diterjemahkan secara rasional menggunakan ilmu astronomi saja. Adapun pendapat lain, melihat bulan itu bisa menggunakan mata telanjang dan dapat juga dilihat menggunakan ilmu astronomi (falak).

Menurut pendapat kedua ini, masuknya bulan Ramadhan dan mulai lebaran dapat ditentukan menggunakan ilmu falak, yaitu wujudul hilal (adanya bulan) di ufuk meskipun tak harus dilihat oleh mata karena mendung atau karena dibawah dua derajat.
Bulan kesabaran

Ketika hendak memasuki bulan Ramadhan, Rasulullah menyampaikan khotbah pada hari terakhir bulan Sya'ban.

"Wahai manusia telah datang kepada kalian bulan yang agung, bulan penuh berkah, di dalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa-Nya wajib, dan qiyamul lail-Nya sunnah. Siapa yang mendekatkan diri dengan ibadah sunnah maka seperti mendekatkan diri dengan ibadah wajib di bulan yang lain. Siapa yang melaksanakan ibadah wajib maka seperti melaksanakan 70 kewajiban di bulan lainnya."

Rasulullah menyebut Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan balasannya adalah surga. Ramadhan adalah bulan solidaritas, dan bulan ditambahkan rezeki orang beriman.

Siapa yang memberi makan orang berpuasa, maka diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan mendapatkan pahala seperti orang-orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi pahalanya sedikitpun.

Sahabat berkata, "Wahai Rasulullah SAW, tidak semua kita dapat memberi makan orang yang berpuasa."

Rasulullah bersabda, "Allah SWT memberi pahala kepada orang yang memberi buka puasa walaupun dengan satu biji kurma atau seteguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan dimana awalnya rahmah (kasih sayang), tengahnya maghfirah (maghfirah), dan akhirnya pembebasan dari api neraka. (HR Ibnu Huzaimah).

Begitu mulia bulan Ramadhan dan kesempatan emas bagi umat sehingga Nabi SAW perlu mengingatkan agar tak menyia-nyiakan kesempatan untuk meraih ampunan, rezeki, dan pembebasan dari api neraka.

Perlu mengisi Ramadhan dengan berbagai macam ibadah mahdhah (vertikal) seperti menjaga ucapan, organ tubuh dan hati dari maksiat, seraya melaksanakan ibadah yang berefek sosial kemasyarakatan (horizontal/muta'addiyah) seperti berbagi untuk berbuka dan bersedekah.

Tekait untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan harus dilakukann melalui niat di malam harinya. Berbeda dengan ibadah puasa Sunnah yang bisa diniatkan di pagi hari sebelum masuk waktu zhuhur.

Oleh karena itu Rasulullah sangat menganjurkan (sunnah muakkadah) untuk makan sahur dan niat di malam harinya. Rasulullah bersabda, "Bersahurlah kalian, karena sahur mendatangkan barakah." (HR. Ahmad).

 

Sebagai umat Islam,tentu kita menginginkan dapat melaksanakan ibadah puasa seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dalam melaksanakan ibadah yang satu ini, tentu ada aturan untuk menjalankannya. Adapun cara Rasulullah SAW dalam menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan sebagai berikut:

1.Berniat puasa sejak malam
Diriwayatkan dari Hafsah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang tidak berniat untuk puasa Ramadhan sejak malam, maka tak ada puasa baginya.” (HR Abu Dawud).

2.Mengawali dengan sahur
Setiap akan melaksanakan puasa, Rasul SAW selalu makan sahur dengan mengakhirkannya atau menjelang datangnya waktu imsak.

3.Menyegerakan berbuka dan shalat
Dan ketika berbuka itu, Rasul SAW hanya memakan tiga biji kurma dan segelas air putih, lalu segera berwudhu untuk mengerjakan shalat Maghrib secara berjamaah. Dari Abu ‘Athiyah RA, dia berkata, “Saya bersama Masruq datang kepada Aisyah RA. Kemudian Masruq berkata kepadanya, “Ada dua sahabat Nabi Muhammad SAW yang masing-masing ingin mengejar kebaikan, dan salah seorang dari keduanya itu segera mengerjakan shalat Maghrib dan kemudian berbuka. Sedangkan yang seorang lagi, berbuka dulu baru kemudian mengerjakan shalat Maghrib.” Aisyah bertanya, “Siapakah yang segera mengerjakan shalat Maghrib dan berbuka?” Masruq menjawab, “Abdullah bin Mas’ud.” Kemudian Aisyah berkata, “Demikianlah yang diperbuat oleh Rasulullah SAW.” (HR Muslim No 1242).

4.Memberbanyak ibadah
Di bulan Ramadhan, Rasul SAW senantiasa memperbanyak amalan, seperti shalat malam, tadarus Alquran, zikir, tasbih, dan sedekah.

5.Iktikaf
Memasuki 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, Rasul SAW meningkatkan aktivitas ibadahnya, terutama dengan iktikaf.

Sumber: http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/06/04/or0dzc313-shaum-ala-rasulullah

Share this Post: