Belajar dari Qurban Nabi Ibrahim
Kisah Ibrahim saat akan menyembelih putranya Ismail bisa jadi pelajaran berharga. Perhatikan dalam Khutbah Idul Adha berikut ini.
الْØÙŽÙ…ْد٠لÙلَّه٠الَّذÙÙŠ هَدَانَا Ù„Ùهَذَا وَمَا ÙƒÙنَّا Ù„ÙنَهْتَدÙÙŠÙŽ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّه٠لَقَدْ جَاءَتْ Ø±ÙØ³Ùل٠رَبÙّنَا Ø¨ÙØ§Ù„Ù’ØÙŽÙ‚ÙÙ‘ ÙˆÙŽÙ†ÙودÙوا أَنْ تÙلْكÙم٠الْجَنَّة٠أÙÙˆØ±ÙØ«Ù’تÙÙ…Ùوهَا بÙمَا ÙƒÙنْتÙمْ تَعْمَلÙونَ
أَشْهَد٠أَنْ لاَ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلاَّالله٠وَØÙ’دَه٠لاَ شَرÙيْكَ لَه٠وَأَشْهَد٠أَنَّ Ù…ÙØÙŽÙ…ÙŽÙ‘Ø¯Ø§Ù‹ عَبْدÙه٠وَرَسÙوْلÙÙ‡Ù.
اَللَّهÙمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى Ù…ÙØÙŽÙ…Ù‘Ø¯Ù ÙˆÙŽØ¹ÙŽÙ„Ù‰ آلÙÙ‡Ù ÙˆÙØ£ÙŽØµÙ’ØÙŽØ§Ø¨Ùه٠وَمَنْ ØªÙŽØ¨ÙØ¹ÙŽÙ‡Ùمْ Ø¨ÙØ¥ÙØÙ’سَان٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ يَوْم٠الدّيْن
يَا Ø£ÙŽÙŠÙّهَا الَّذÙينَ آمَنÙوا اتَّقÙوا اللَّهَ ØÙŽÙ‚ÙŽÙ‘ تÙقَاتÙه٠وَلَا تَمÙوتÙÙ†ÙŽÙ‘ Ø¥Ùلَّا وَأَنْتÙمْ Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…Ùونَ
يَا Ø£ÙŽÙŠÙّهَا النَّاس٠اتَّقÙوا رَبَّكÙم٠الَّذÙÙŠ خَلَقَكÙمْ Ù…Ùنْ Ù†ÙŽÙْس٠وَاØÙدَة٠وَخَلَقَ Ù…Ùنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ Ù…ÙنْهÙمَا Ø±ÙØ¬ÙŽØ§Ù„ًا ÙƒÙŽØ«Ùيرًا ÙˆÙŽÙ†ÙØ³ÙŽØ§Ø¡Ù‹ وَاتَّقÙوا اللَّهَ الَّذÙÙŠ تَسَاءَلÙونَ بÙه٠وَالْأَرْØÙŽØ§Ù…ÙŽ Ø¥ÙÙ†ÙŽÙ‘ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكÙمْ رَقÙيبًا
يَا Ø£ÙŽÙŠÙّهَا الَّذÙينَ آمَنÙوا اتَّقÙوا اللَّهَ ÙˆÙŽÙ‚ÙولÙوا قَوْلًا سَدÙيدًا
ÙŠÙØµÙ’Ù„ÙØÙ’ Ù„ÙŽÙƒÙمْ أَعْمَالَكÙمْ وَيَغْÙÙØ±Ù’ Ù„ÙŽÙƒÙمْ ذÙÙ†ÙوبَكÙمْ وَمَنْ ÙŠÙØ·Ùع٠اللَّهَ وَرَسÙولَه٠Ùَقَدْ Ùَازَ Ùَوْزًا عَظÙيمًا أَمَّا بَعْدÙ
الله٠أَكْبَر٠الله٠أَكْبَر٠لاَ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلاَّ الله٠وَالله٠أَكْبَر٠الله٠أَكْبَر٠وَلله٠الØÙŽÙ…ْدÙ
Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd. (artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya).
Segala puji bagi Allah pemberi berbagai macam nikmat dan karunia. Shalawat dan salam pada nabi akhir zaman yang syariatnya sama dengan nabi-nabi sebelumnya yaitu mengajarkan ajaran tauhid, yang nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Puji syukur, kita bisa berada di hari Idul Adha dan hari Jumat sekaligus di mana di dalamnya berarti bertemu dua Id. Apa istimewanya?
Diriwayatkan dari Iyas bin Abi Ramlah Asy-Syamiy, ia berkata, “Aku pernah menemani Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan ia bertanya pada Zaid bin Arqam,
Ø£ÙŽØ´ÙŽÙ‡ÙØ¯Ù’تَ مَعَ رَسÙول٠اللَّه٠-صلى الله عليه وسلم- عÙيدَيْن٠اجْتَمَعَا ÙÙÙ‰ يَوْم٠قَالَ نَعَمْ. قَالَ ÙَكَيْÙÙŽ صَنَعَ قَالَ صَلَّى الْعÙيدَ Ø«ÙÙ…ÙŽÙ‘ رَخَّصَ ÙÙÙ‰ الْجÙÙ…ÙØ¹ÙŽØ©Ù Ùَقَالَ مَنْ شَاءَ أَنْ ÙŠÙØµÙŽÙ„Ùّىَ ÙÙŽÙ„Ù’ÙŠÙØµÙŽÙ„ÙÙ‘
“Apakah engkau pernah menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu dengan dua Id (hari Id bertemu dengan hari Jumat) dalam satu hari?” “Iya”, jawab Zaid. Kemudian Mu’awiyah bertanya lagi, “Apa yang beliau lakukan ketika itu?” “Beliau melaksanakan shalat Id dan memberi keringanan untuk meninggalkan shalat Jumat”, jawab Zaid lagi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mau shalat Jumat, maka silakan.” (HR. Abu Daud, no. 1070; An-Nasa’i, no. 1592; Ibnu Majah, no. 1310. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.)
Dalil di atas menjadi dalil boleh memilih antara shalat Jumat dan shalat Id. Akan tetapi, mengerjakan kedua shalat tersebut lebih baik. Bagi yang memilih tidak shalat Jumat karena di pagi harinya telah shalat Id, maka hendaklah mengganti dengan shalat Zhuhur.
Namun bagi imam masjid, kami ingatkan untuk tidak meliburkan shalat Jumat demi kepentingan orang-orang yang ingin hadir.
الله٠أَكْبَر٠الله٠أَكْبَر٠لاَ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلاَّ الله٠وَالله٠أَكْبَر٠الله٠أَكْبَر٠وَلله٠الØÙŽÙ…ْدÙ
Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd. (artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya).
Kali ini kita akan melihat kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam mengenai mimpinya yang menyembelih putranya Ismail. Kisah ini yang dijadikan landasan ibadah qurban yang kita jalani saat ini.
Kisahnya dijelaskan dalam ayat berikut,
وَقَالَ Ø¥ÙنّÙÙŠ Ø°ÙŽØ§Ù‡ÙØ¨ÙŒ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ رَبّÙÙŠ سَيَهْدÙينÙ
“Dan Ibrahim berkata: “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Rabbku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.
Yang dimaksud adalah nabi Ibrahim pergi menghadap Allah untuk menyembah-Nya dan Ibrahim ditunjuki dan diberi taufik pada kebaikan dunia dan akhirat.
رَبّ٠هَبْ Ù„ÙÙŠ Ù…ÙÙ†ÙŽ Ø§Ù„ØµÙ‘ÙŽØ§Ù„ÙØÙينَ
Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih.
Dalam ayat ini, Nabi Ibrahim meminta pada Allah agar dikaruniakan keturunan yang shalih yang dapat memberi manfaat ketika hidup dan saat orang tua telah meninggal dunia.
Itulah yang semestinya kita minta dalam doa-doa kita, meminta pada Allah agar dikaruniakan anak yang shalih yang menjadi penyejuk mata. Seperti dalam doa lainnya dari Nabi Zakariya ‘alaihis salam,
رَبّ٠هَبْ Ù„ÙÙŠ Ù…Ùنْ لَدÙنْكَ Ø°ÙØ±Ù‘Ùيَّةً Ø·ÙŽÙŠÙ‘ÙØ¨ÙŽØ©Ù‹ Ø¥Ùنَّكَ سَمÙÙŠØ¹Ù Ø§Ù„Ø¯Ù‘ÙØ¹ÙŽØ§Ø¡Ù
“ROBBI HAB LII MIN LADUNKA DZURRIYYATAN THOYYIBATAN, INNAKA SAMII’UD DU’AA’” [Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengdengar doa].” (QS. Ali Imran: 38).
‘Ibadurrahman (hamba Allah Yang Maha Pengasih) pun berdo’a agar dikaruniakan anak yang menjadi penyejuk mata,
رَبَّنَا هَبْ لَنَا Ù…Ùنْ أَزْوَاجÙنَا ÙˆÙŽØ°ÙØ±Ù‘ÙيَّاتÙنَا Ù‚ÙØ±Ù‘َةَ أَعْيÙن٠وَاجْعَلْنَا Ù„ÙÙ„Ù’Ù…ÙØªÙ‘ÙŽÙ‚Ùينَ Ø¥Ùمَامًا
“ROBBANAA HAB LANAA MIN AZWAJINAA WA DZURRIYATINAA QURROTA A’YUN WAJ’ALNAA LIL MUTTAQIINA IMAAMAA” [Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa].” (QS. Al Furqon: 74)
Apa yang dimaksud anak yang shalih?
Shalih sendiri berarti,
الْقَائÙÙ… بÙمَا ÙŠÙŽØ¬ÙØ¨ عَلَيْه٠مÙنْ ØÙÙ‚Ùوق اللَّه ÙˆÙŽØÙÙ‚Ùوق Ø¹ÙØ¨ÙŽØ§Ø¯Ù‡ وَتَتَÙَاوَت دَرَجَاته
“Orang yang menjalankan kewajiban terhadap Allah dan kewajiban terhadap sesama hamba Allah. Kedudukan shalih pun bertingkat-tingkat.” Demikian kata Ibnu Hajar dalam Fath Al-Bari, 2: 314.
Anak shalih tidak mesti mendapat juara kelas atau berhasil kuliah hingga S1, S2, atau S3. Anak shalih berarti anak yang memperhatikan ibadah pada Allah, juga berbakti pada orang tua serta menunjukkan kebaikan akhlak dengan sesama.
Percuma anak kita berhasil dalam belajar ilmu dunia, namun shalat saja tidak kenal, bangun Shubuh saja sulit, baca Al-Qur’an baru sampai tingkatan Iqra’ 2, juga tutur kata sangat kasar pada orang tuanya sendiri, lebih-lebih seringnya bertingkah laku jelek terhadap sesama. Sudah semestinya orang tua mendidik anak bukan hanya mengejar sukses dalam dunianya. Seharusnya yang lebih ditekankan adalah pendidikan anak. Anak yang dididik menjadi shalih itulah yang menjadi amal jariyah berharga bagi orang tuanya kelak. Ingat dan kecamkan ini!
Selanjutnya Nabi Ismail dikaruniakan anak yang halim.
ÙÙŽØ¨ÙŽØ´Ù‘ÙŽØ±Ù’Ù†ÙŽØ§Ù‡Ù Ø¨ÙØºÙلَام٠ØÙŽÙ„ÙيمÙ
Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.
Apa arti “halim” dalam ayat ini?
Halim itu mencakup beberapa sifat:
- Sabar
- Berakhlak mulia
- Lapang dada
- Memaafkan yang berbuat salah padanya
Doa Nabi Ibrahim untuk meminta anak shalih benar-benar terkabul dengan dikaruniakan Ismail pada beliau.
Ketika anak tersebut dewasa dijelaskan selanjutnya.
Ùَلَمَّا بَلَغَ مَعَه٠السَّعْيَ قَالَ يَا بÙنَيَّ Ø¥ÙنّÙÙŠ أَرَى ÙÙÙŠ الْمَنَام٠أَنّÙÙŠ أَذْبَØÙÙƒÙŽ ÙÙŽØ§Ù†Ù’Ø¸ÙØ±Ù’ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَت٠اÙْعَلْ مَا ØªÙØ¤Ù’Ù…ÙŽØ±Ù Ø³ÙŽØªÙŽØ¬ÙØ¯ÙÙ†ÙÙŠ Ø¥Ùنْ شَاءَ اللَّه٠مÙÙ†ÙŽ Ø§Ù„ØµÙ‘ÙŽØ§Ø¨ÙØ±Ùينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?” Ia menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
Ketika Isma’il berada dalam usia gulam dan ia telah sampai pada usia sa’ya, yaitu usia di mana anak tersebut sudah mampu bekerja yaitu usia tujuh tahun ke atas. Pada usia tersebut benar-benar Ibrahim sangat mencintainya dan orang tuanya merasa putranya benar-benar sudah bisa mendatangkan banyak manfaat. Saat anaknya seperti itulah Ibrahim mendapatkan ujian berat.
Ayat ini jadi dalil pula bahwa penglihatan para nabi dalam mimpi adalah wahyu. Dalam hadits mawquf—hanya sampai pada perkataan sahabat Ibnu ‘Abbas—disebutkan,
Ø±ÙØ¤Ù’يَا الأَنْبÙيَاء٠ÙÙÙŠ المنَام٠وَØÙ’ÙŠÙŒ
“Penglihatan para nabi dalam mimpi itu wahyu.” (Syaikh Musthafa Al-‘Adawi dalam Tafsir Surat Ash-Shaffaat mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa mimpi para nabi adalah wahyu karena para nabi itu ma’shum dari setan. Demikian disepakati oleh para ulama. Selain nabi tidak menjadi wahyu dan tidak bisa diamalkan. Lihat Majmu’ah Al-Fatawa, 4:30.
Lihatlah ketika mendengar mimpi ayahnya untuk menyembelihnya, Ismail sangatlah patuh. Ia pun menyatakan dirinya bisa bersabar dan mendorong ayahnya untuk bersabar pula.
Perhatikanlah Ismail, ia begitu patuh pada perintah Allah. Hal ini sama dengan ibu Ismail. Ketika Ibrahim meninggalkan istrinya, Hajar dan putranya, Isma’il di sisi Masjidil Haram, coba perhatikan bagaimanakah istrinya, Sarah berkata,
آللَّه٠أَمَرَكَ بÙهَذَا قَالَ : نَعَمْ قَالَتْ : Ø¥ÙØ°Ù‹Ø§ لاَ ÙŠÙØ¶ÙŽÙŠÙ‘ÙØ¹ÙŽÙ†ÙŽØ§
“Apakah Allah yang memerintahkanmu untuk ini?” Ibrahim menjawab, “Iya.” Istrinya berkata, “Kalau begitu, Allah tidak mungkin menelantarkan kami di lembah ini.” (HR. Al-Baihaqi dalam Al-Kubra, 5:98)
Inilah yang seharusnya jadi teladan kita, yaitu patuh, sabar dan tawakkal pada Allah. Mudah-mudahan kita mendapatkan istri dan anak yang patuh pada Allah, sabar dan benar-benar bertawakkal pada-Nya, begitu pula kita menjadi orang yang demikian.
Juga pelajaran lainnya, orang beriman mesti diuji. Ujian pada Nabi Ibrahim adalah dengan perintah menyembelih putranya sendiri. Ini untuk membuktikan apakah benar beliau murni lebih mencintai Allah, menjadi khalilullah (kekasih Allah) dibanding mencintai istri dan anak.
Setiap orang memang akan diuji sesuai kualitas imannya. Dari Mush’ab bin Sa’id, seorang tabi’in dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسÙولَ اللَّه٠أَىّ٠النَّاس٠أَشَدّ٠بَلاَءً
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
الأَنْبÙيَاء٠ثÙمَّ الأَمْثَل٠Ùَالأَمْثَل٠ÙÙŽÙŠÙØ¨Ù’تَلَى الرَّجÙل٠عَلَى ØÙŽØ³ÙŽØ¨Ù دÙينÙÙ‡Ù ÙÙŽØ¥Ùنْ كَانَ دÙينÙه٠صÙلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤÙÙ‡Ù ÙˆÙŽØ¥Ùنْ كَانَ ÙÙÙ‰ دÙينÙه٠رÙقَّةٌ ابْتÙÙ„ÙÙ‰ÙŽ عَلَى ØÙŽØ³ÙŽØ¨Ù دÙينÙÙ‡Ù Ùَمَا يَبْرَØÙ Ø§Ù„Ù’Ø¨ÙŽÙ„Ø§ÙŽØ¡Ù Ø¨ÙØ§Ù„ْعَبْد٠ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ يَتْرÙكَه٠يَمْشÙÙ‰ عَلَى الأَرْض٠مَا عَلَيْه٠خَطÙيئَةٌ
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi, no. 2398; Ibnu Majah, no. 4023. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan.)
Ùَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّه٠لÙلْجَبÙينÙ
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya).
وَنَادَيْنَاه٠أَنْ يَا Ø¥ÙØ¨Ù’رَاهÙيمÙ
Dan Kami memanggilnya, “Hai Ibrahim,
قَدْ صَدَّقْتَ Ø§Ù„Ø±Ù‘ÙØ¤Ù’يَا Ø¥Ùنَّا كَذَلÙÙƒÙŽ نَجْزÙÙŠ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØÙ’Ø³ÙÙ†Ùينَ
Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Ø¥Ùنَّ هَذَا Ù„ÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ Ø§Ù„Ù’Ø¨ÙŽÙ„ÙŽØ§Ø¡Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ¨ÙينÙ
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
Ketika Nabi Ibrahim pasrah atau berserah diri pada Allah; juga Ismail pasrah karena menjalankan perintah Rabbnya; mereka ridha dengan ketetapan Allah, Ibrahim lalu membaringkan anaknya Ismail di atas tanah; saat itu wajah Ismail di atas tanah; Allah pun memanggil Ibrahim dan menyatakan bahwa mimpinya benar dan telah benarlah yang dijalankan karena patuh pada perintah-Nya.
Lalu Allah membalas orang-orang yang berbuat ihsan atas ketaatannya, yaitu cobaan yang berat terganti dengan sembelihan yang besar. Terselamatkanlah Ibrahim dan Ismail dari ujian yang berat.
Ibnu Rajab rahimahullah pernah berkata, “Jika kesempitan itu semakin terasa sulit dan semakin berat, maka seorang hamba akan menjadi putus asa dan demikianlah keadaan makhluk yang tidak bisa keluar dari kesulitan. Akhirnya, ia pun menggantungkan hatinya pada Allah semata. Inilah hakikat tawakkal pada-Nya. Tawakkal inilah yang menjadi sebab terbesar keluar dari kesempitan yang ada. Karena Allah sendiri telah berjanji akan mencukupi orang yang bertawakkal pada-Nya.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:493)
Ingatlah ayat,
ÙÙŽØ¥ÙÙ†ÙŽÙ‘ مَعَ Ø§Ù„Ù’Ø¹ÙØ³Ù’Ø±Ù ÙŠÙØ³Ù’رًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyrah: 5)
Ayat ini pun diulang setelah itu,
Ø¥ÙÙ†ÙŽÙ‘ مَعَ Ø§Ù„Ù’Ø¹ÙØ³Ù’Ø±Ù ÙŠÙØ³Ù’رًا
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyrah: 6)
Di ayat selanjutnya disebutkan,
1. ÙˆÙŽÙÙŽØ¯ÙŽÙŠÙ’Ù†ÙŽØ§Ù‡Ù Ø¨ÙØ°ÙبْØÙ عَظÙيمÙ
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Itulah balasan dari orang yang taat pada Allah, ia akan dipalingkan dari kesulitan dan musibah, akan dibukakan jalan keluar dengan mudah.
Sebagaimana disebutkan pula dalam ayat lainnya,
وَمَنْ يَتَّق٠اللَّهَ يَجْعَلْ لَه٠مَخْرَجًا (2) وَيَرْزÙقْه٠مÙنْ ØÙŽÙŠÙ’ث٠لَا ÙŠÙŽØÙ’ØªÙŽØ³ÙØ¨Ù وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّه٠ÙÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ ØÙŽØ³Ù’بÙه٠إÙنَّ اللَّهَ Ø¨ÙŽØ§Ù„ÙØºÙ أَمْرÙه٠قَدْ جَعَلَ اللَّه٠لÙÙƒÙلّ٠شَيْء٠قَدْرًا (3)
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Apa yang dimaksud sembelihan yang besar di sini? Kebanyakan ulama berpendapat bahwa sembelihan tersebut adalah kabsy (domba jantan).
Selanjutnya disebutkan,
وَتَرَكْنَا عَلَيْه٠ÙÙÙŠ Ø§Ù„Ù’Ø¢ÙŽØ®ÙØ±Ùينَ
Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian
Maksud ayat ini, Allah membiarkan Nabi Ibrahim terus mendapatkan pujian terbaik setelah itu hingga hari kiamat.
سَلَامٌ عَلَى Ø¥ÙØ¨Ù’رَاهÙيمَ
(yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.”
Apa maksud salam pada Ibrahim? Yaitu salam dari Allah pada Nabi Ibrahim (Al-Khalil). Walaupun manusia memuji Nabi Ibrahim, tetap pujian Allah untuk beliau lebih bagus dan terbaik.
كَذَلÙÙƒÙŽ نَجْزÙÙŠ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØÙ’Ø³ÙÙ†Ùينَ
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Ø¥Ùنَّه٠مÙنْ Ø¹ÙØ¨ÙŽØ§Ø¯Ùنَا Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ¤Ù’Ù…ÙÙ†Ùينَ
Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” (QS. Ash-Shaaffaat: 99-111)
Demikianlah balasan atas Nabi Ibrahim dengan pujian terbaik setelah beliau meninggal dunia. Ia termasuk hamba yang beriman, benar-benar bertauhid dan yakin pada Allah.
الله٠أَكْبَر٠الله٠أَكْبَر٠لاَ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلاَّ الله٠وَالله٠أَكْبَر٠الله٠أَكْبَر٠وَلله٠الØÙŽÙ…ْدÙ
Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd. (artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya).
Moga menjadi kisah yang berharga bagi kita sekalian. Moga kita bisa menyontoh Nabi Ibrahim dalam bertauhid, kesabaran, patuh dan tawakkal. Serta moga ibadah kita dalam berqurban hari Nahr ini dan hari-hari tasyrik diterima oleh Allah.
الله٠أَكْبَر٠الله٠أَكْبَر٠لاَ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلاَّ الله٠وَالله٠أَكْبَر٠الله٠أَكْبَر٠وَلله٠الØÙŽÙ…ْدÙ
Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd. (artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya).
Marilah kita tutup khutbah Idul Adha ini dengan do’a. Moga pada hari penuh berkah ini, setiap do’a kita diperkenankan oleh Allah.
اللهÙمَّ اغْÙÙØ±Ù’ Ù„ÙÙ„Ù’Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…Ùيْنَ وَالمسْلÙمَات٠وَالمؤْمÙÙ†Ùيْنَ وَالمؤْمÙنَات٠الأَØÙ’يَاء٠مÙنْهÙمْ وَالأَمْوَاتÙ
اللَّهÙمَّ Ø¥Ùنَّا نَسْأَلÙÙƒÙŽ أَنَّا نَشْهَد٠أَنَّكَ أَنْتَ اللَّه٠لاَ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلاَّ أَنْتَ الأَØÙŽØ¯Ù الصَّمَد٠الَّذÙÙ‰ لَمْ ÙŠÙŽÙ„ÙØ¯Ù’ وَلَمْ ÙŠÙولَدْ وَلَمْ ÙŠÙŽÙƒÙنْ Ù„ÙŽÙ‡Ù ÙƒÙÙÙوًا Ø£ÙŽØÙŽØ¯ÙŒ
رَبَّنَا اغْÙÙØ±Ù’ لَنَا ÙˆÙŽÙ„ÙØ¥ÙخْوَانÙنَا الَّذÙيْنَ سَبَقÙوْنَا Ø¨ÙØ§Ù„ْإÙيْمَان٠وَلَا تَجْعَلْ ÙÙيْ Ù‚ÙÙ„ÙوْبÙنَا غÙلًّا Ù„ÙلَّذÙيْنَ آمَنÙوا رَبَّنَا Ø¥Ùنَّكَ رَءÙÙˆÙÙŒ رَØÙيمٌ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا Ù…Ùنْ أَزْوَاجÙنَا ÙˆÙŽØ°ÙØ±Ù‘ÙيَّاتÙنَا Ù‚ÙØ±Ù‘َةَ أَعْيÙن٠وَاجْعَلْنَا Ù„ÙÙ„Ù’Ù…ÙØªÙ‘ÙŽÙ‚Ùيْنَ Ø¥Ùمَامًا
اللَّهÙمَّ أَلّÙÙÙ’ بَيْنَ Ù‚ÙÙ„ÙوبÙنَا، ÙˆÙŽØ£ÙŽØµÙ’Ù„ÙØÙ’ ذَاتَ بَيْنÙنَا، وَاهْدÙنَا Ø³ÙØ¨ÙÙ„ÙŽ Ø§Ù„Ø³Ù‘ÙŽÙ„ÙŽØ§Ù…ÙØŒ وَنَجّÙنَا Ù…ÙÙ†ÙŽ الظّÙÙ„Ùمَات٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ النّÙÙˆØ±ÙØŒ ÙˆÙŽØ¬ÙŽÙ†Ù‘ÙØ¨Ù’نَا الْÙَوَاØÙØ´ÙŽ مَا ظَهَرَ Ù…Ùنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارÙكْ لَنَا ÙÙÙŠ أَسْمَاعÙنَا، وَأَبْصَارÙنَا، ÙˆÙŽÙ‚ÙÙ„ÙوبÙنَا، وَأَزْوَاجÙنَا، ÙˆÙŽØ°ÙØ±Ù‘ÙيَّاتÙنَا، ÙˆÙŽØªÙØ¨Ù’ عَلَيْنَا Ø¥Ùنَّكَ أَنْتَ التَّوَّاب٠الرَّØÙÙŠÙ…ÙØŒ وَاجْعَلْنَا Ø´ÙŽØ§ÙƒÙØ±Ùينَ Ù„ÙÙ†ÙØ¹ÙŽÙ…ÙÙƒÙŽ Ù…ÙØ«Ù’Ù†Ùينَ بÙهَا عَلَيْكَ، قَابÙÙ„Ùينَ لَهَا، وَأَتÙÙ…Ùمْهَا عَلَيْنَا
اَللَّهÙمَّ Ø£ÙŽØµÙ’Ù„ÙØÙ’ ÙˆÙلَاةَ Ø£ÙÙ…ÙوْرÙنَا، اَللَّهÙمَّ ÙˆÙŽÙÙ‘ÙقْهÙمْ Ù„Ùمَا ÙÙيْه٠صَلَاØÙÙ‡Ùمْ وَصَلَاØÙ Ø§Ù’Ù„Ø¥ÙØ³Ù’Ù„ÙŽØ§Ù…Ù ÙˆÙŽØ§Ù„Ù’Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…Ùيْنَ،
رَبَّنَا آتÙنَا ÙÙÙŠ الدّÙنْيَا ØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ©Ù‹ ÙˆÙŽÙÙÙŠ Ø§Ù„Ù’Ø¢Ø®ÙØ±ÙŽØ©Ù ØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ©Ù‹ ÙˆÙŽÙ‚Ùنَا عَذَابَ النَّارÙ
وَصَلَّى الله٠عَلَى نَبÙيّÙنَا Ù…ÙØÙŽÙ…Ù‘ÙŽØ¯Ù ÙˆÙŽØ¹ÙŽÙ„ÙŽÙ‰ آلÙه٠وَصَØÙ’بÙÙ‡Ù Ùˆ َمَنْ ØªÙŽØ¨ÙØ¹ÙŽÙ‡Ùمْ Ø¨ÙØ¥ÙØÙ’سَان٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ يَوْم٠الدّيْن
ÙˆÙŽØ¢Ø®ÙØ±Ù دَعْوَانَا أَن٠الْØÙŽÙ…ْد٠لله رَبّ٠الْعَالَمÙيْنَ
Selamat Hari Raya Idul Adha 1438 H
Taqabbalallahu minna wa minkum, kullu ‘aamin wa antum bi kheir
Sumber https://rumaysho.com/16325-khutbah-idul-adha-belajar-dari-qurban-nabi-ibrahim.html