News

Gambar Tidak Tersedia

Bangun Shalat Subuh itu Penting

Pertama: Menjaga shalat Shubuh dapat jaminan masuk surga

Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barangsiapa yang mengerjakan shalat bardain (yaitu shalat Shubuh dan Ashar) maka dia akan masuk surga.” (HR. Bukhari, no. 574 dan Muslim, no. 635)

 

Kedua: Menjaga shalat Shubuh dapat jaminan masuk surga

Dari ‘Umaroh bin Ruwaibah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَنْ يَلِجَ النَّارَ أَحَدٌ صَلَّى قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا

Tidaklah akan masuk neraka orang yang melaksanakan shalat sebelum terbitnya matahari (yaitu shalat Shubuh) dan shalat sebelum tenggelamnya matahari (yaitu shalat Ashar).” (HR. Muslim, no. 634).

Ketiga: Yang menjaga shalat Shubuh akan mendapatkan jaminan Allah

Dari Jundab bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فَهُوَ فِى ذِمَّةِ اللَّهِ فَلاَ يَطْلُبَنَّكُمُ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَىْءٍ فَيُدْرِكَهُ فَيَكُبَّهُ فِى نَارِ جَهَنَّمَ

Barangsiapa yang shalat Shubuh, maka ia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu, janganlah menyakiti orang yang shalat Shubuh tanpa jalan yang benar. Jika tidak, Allah akan menyiksanya dengan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam.” (HR. Muslim, no. 657)

Keempat: Shalat Shubuh disaksikan oleh para malaikat

Allah Ta’ala berfirman,

أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا

Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Shubuh. Sesungguhnya shalat Shubuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al-Isra’: 78)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَتَجْتَمِعُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ ، يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ : اقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ : (وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا

“Malaikat malam dan malaikat siang berkumpul pada shalat Shubuh.” Abu Hurairah berkata, ‘Bacalah ketika itu sesukamu karena Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Lakukanlah shalat Shubuh karena sesungguhnya shalat Shubuh itu disaksikan (oleh malaikat)’” (HR. Bukhari, no. 4717 dan Muslim, no. 649)

Imam Al-Qurthubi rahimahullah dalam Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an tentang ayat di atas menyatakan, “Shalat Shubuh dalam surah Al-Isra’ ayat 78 disebutkan dengan ‘Qur’anal Fajri’ (shalat lainnya dalam ayat yang sama tidak disebutkan demikian, pen.) karena Al-Qur’an itu paling lama didengar dalam shalat Shubuh, yaitu begitu lamanya Al-Qur’an dibaca saat itu.”

Kelima: Shalat Shubuh itu berat bagi orang-orang munafik

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ صَلاَةٌ أثْقَلَ عَلَى المُنَافِقِينَ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ وَالعِشَاءِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْواً

Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan shalat Isya. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR. Bukhari, no. 657)

Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan bahwa semua shalat itu berat bagi orang munafik sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,

وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى

Dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas.” (QS. At-Taubah: 54). Akan tetapi, shalat Isya dan shalat Shubuh lebih berat bagi orang munafik karena rasa malas yang menyebabkan enggan melakukannya. Karena shalat Isya adalah waktu di mana orang-orang beristirahat, sedangkan waktu Shubuh adalah waktu nikmatnya tidur. (Fath Al-Bari, 2:141)

 

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Lalu Bagaimana Kiat Bangun Shubuh?

Pertama: Tidur di awal malam dan tidak begadang kecuali saat butuh. Diriwayatkan dari Abu Barzah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat Isya dan bincang-bincang setelahnya.” (HR. Bukhari, no. 568)

‘Umar bin Al-Khatthab sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!” (Syarh Al-Bukhari, 3:278).

Kedua: Menjaga adab Islami sebelum tidur, seperti berwudhu; membaca ayat kursi; membaca tiga surat (Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas) lalu mengusapkan pada anggota badan yang bisa dijangkau (dilakukan seperti itu tiga kali); dan membaca doa sebelum tidur seperti “BISMIKA ALLOOHUMMA AMUUTU WA AHYAA” (Ya Allah, dengan menyebut nama-Mu, aku hidup dan dengan menyebut nama-Mu, aku mati) seperti diajarkan dalam riwayat Bukhari.

Ketiga: Menggunakan alat-alat pengingat seperti pada jam tangan atau pada handphone. Sebagaimana untuk pengingat waktu Shubuh ada ayam jantan. Makanya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, “Janganlah kalian mencaci ayam jantan karena ayam jantan itu biasa membangunkan untuk shalat.” (HR. Abu Daud, no. 5101, dengan sanad yang shahih, dari hadits Zaid bin Khalid Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu)



Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/17389-khutbah-jumat-biar-semangat-bangun-shubuh.html

Gambar Tidak Tersedia

Empat Sebab Kenakalan Anak

Pertama: Orang Tua Jauh dari Agama

Dari Abu Waqid Al-Harits bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sedang duduk di masjid dan orang-orang sedang bersamanya, tiba-tiba datanglah tiga orang. Maka dua orang menghampiri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan yang satu pergi. Lalu kedua orang tua itu berdiri di depan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satunya melihat tempat yang kosong di perkumpulan tersebut, maka ia duduk di sana. Sedangkan yang satu lagi, duduk di belakang mereka. Adapun orang yang ketiga pergi. Maka ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai, beliau berkata, “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang tiga orang?

أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأوَى إِلَى اللهِ فآوَاهُ اللهُ إِلَيْهِ . وَأمَّا الآخَرُ فاسْتَحْيَى فَاسْتَحْيَى اللهُ مِنْهُ ، وأمّا الآخَرُ ، فَأعْرَضَ ، فَأَعْرَضَ اللهُ عَنْهُ

Yang pertama, ia berlindung kepada Allah, maka Allah pun melindunginya. Yang kedua, ia malu, maka Allah pun malu terhadapnya. Sedangkan yang ketiga, ia berpaling maka Allah pun berpaling darinya.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 66 dan Muslim, no. 2176)

Berarti yang mau berada dalam majelis ilmu yang diisi oleh seorang yang alim terhadap ilmu, akan mendapatkan kebaikan. Sedangkan yang menjauhinya, akan jauh dari kebaikan.

Kapan orang tua mau menghadiri majelis ilmu yang diisi oleh para kyai dan para ustadz, pasti di situ akan berbuah kebaikan untuk orang tua itu sendiri dan akan berdampak baik pada anak. Jauh dari majelis ilmu seperti ini akan berdampak juga pada istri dan anak. Mungkin istri dan anak telah mendapatkan nafkah cukup dari suami. Namun itu saja belum cukup, jika belum dibimbing pada ilmu agama, istri dan anak belum bisa mendapatkan kebaikan.

Kedua: Lingkungan dan Teman yang Buruk

Semakin baik lingkungan sekitar anak, pasti akan mendukungnya pula dalam kebaikan. Coba bayangkan jika anak berada di lingkungan para pemabuk, pecandu narkoba, penggila games, apa yang terjadi pada diri anak kita?

Diriwayatkan dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً

Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari, no. 2101)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi  wa sallam bersabda,

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Daud, no. 4833; Tirmidzi, no. 2378; dan Ahmad, 2:344. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Ketiga: Perlakuan yang Buruk dari Orang Tua

Bisa jadi sebab anak nakal adalah karena didikan kasar dari orang tua, dididik dengan pukulan, dididik dengan perkataan yang pedas, dan kadang menghina anak itu sendiri sehingga akhirnya timbul perangai dan akhlak yang jelek pada anak.

Allah telah memerintahkan kepada kita,

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 83)

Dalam ayat lain disebutkan,

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖوَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159)

Dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Amr disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَانُ، اِرْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

Orang-orang yang mengasihi dirahmati oleh Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih). Karenanya kasihilah yang ada di bumi nicaya Yang di langit (yaitu Allah) akan mengasihi kalian.”(HR. Tirmidzi, no. 1924 dan Abu Daud, no. 4941. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Keempat: Tayangan Film Kekerasan

Dua sebab terakhir ini juga jadi sebab anak mudah nakal. Sukanya melihat orang tuanya berselisih dan bertengkar (broken home), membuat anak berperangai buruk. Termasuk pula karena sukanya nonton film-film keras, anak-anak mudah meniru apa yang dilihat di film.



Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/19331-khutbah-jumat-lima-sebab-kenakalan-anak.html

 

Gambar Tidak Tersedia

Diet Ala Rasulullah SAW

Jika menela’ah kehidupan Rasulullah SAW, beliau jarang sekali sakit. Pola hidupnya sangatlah sehat. Dari mulai pola makan, istirahat, berolahraga dan sebagainya. Dan mungkin saja bisa dibuat metoda Diet syar’i yang mengikuti pola beliau.

Tentu perlu kajian lebih lanjut dikarenakan makanan-makanan yang berbeda jenisnya dengan makanan kita. Namun ada baiknya kita simak bagaimana islam menuntun umatnya, sebagaimana Alloh swt berfirman; “Hai sekalian manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan jangan kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena syaitan musuh yang nyata bagimu.” (QS Al Baqarah, 2 : 168).

Sesungguhnya pangkal penyakit kebanyakan bersumber dari makanan. Maka tak heran bila Rasulullah memberi perhatian besar dalam masalah ini. Prinsip pertama makanan dan minuman harus halal dan thoyib (baik).

Maksudnya selain masuk kategori halal, maka makanan dan minuman kaum muslimin juga harus bersih dan mengandung kandungan gizi yang cukup. Juga menghindari dari pola makan yang berlebihan. Sebagaimana ayat ; Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al A’raf, 7 : 31).

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang manusia memenuhi satu wadah yang lebih berbahaya dibandingkan perutnya sendiri. Sebenarnya seorang manusia itu cukup dengan beberapa suap makanan yang bisa menegakkan tulang punggungnya. Namun jika tidak ada pilihan lain, maka hendaknya sepertiga perut itu untuk makanan, sepertiga yang lain untuk minuman dan sepertiga terakhir untuk nafas.” (HR. Ibnu Majah no. 3349 dan dinilai shahih oleh Al Albani dalam shahih sunan Ibnu Majah no. 2720).

Al Fudhail bin Iyyadh mengatakan, “Ada dua hal yang menyebabkan hati menjadi beku dan keras yaitu banyak berbicara dan banyak makan.”“Orang beriman itu makan dengan menggunakan satu lambung sedangkan orang yang kafir makan dengan menggunakan tujuh lambung.” (HR. Bukhari no. 5393, dan Muslim no. 2060).

Mengkonsumsi makanan berlebih selain menyebabkan berbagai macam penyakit juga memotivasi keinginan terhadap dunia yang berlebih. Menurut kajian tasawuf sumber malapetaka yang menimpa manusia itu disebabkan oleh kerakusan terhadap dunia, yang memotivasinya adalah perut dan alat kelamin.

Syahwat kelamin berkaitan dengan perut yang kekenyangan, sedang lapar adalah satu sarana menutup pintu kebinasaan. Ilmu tidak akan masuk kedalam perut yang terisi penuh makanan, banyak makan, banyak minum dan banyak tidur.

Nabi selalu mengambil makanan yang terdekat, memberikan keteladanan kepada orang yang beriman agar tidak diperkenankan “rakus” dan serakah dalam soal makanan.

Rasul lebih sering makan Nabati meski juga memakan daging tapi sesekali saja dan tidak banyak. Daging yang disukai nabi adalah daging yang mudah dicerna yaitu daging bagian lengan. Makanan favorit Rasul adalah labu.

Dari Anas bin Malik mengisahkan, “Seorang tukang jahit mengundang Rasulullah SAW untuk menikmati hidangan makan yang disajikannya. Maka aku mendatangi undangan makan itu bersama Rasulullah. Dia pun menghidangkan di hadapan Rasulullah roti gandum serta kuah berisi labu dan daging. Lalu aku melihat Rasulullah menjumputi labu dari pinggiran pinggan. Maka sejak hari itu aku selalu menyukai labu.”(HR Bukhari).

Berikut secara ringkas pola sehat kebiasaan Rasulullah SAW. Beliau bangun di sepertiga malam sebelum subuh dan melaksanakan qiyamul lail. Rasulullah SAW juga biasa bersiwak.

Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda "Seandainya tidak memberatkan ummatku, maka sungguh aku sudah memerintahkan mereka Untuk bersiwak (sikat gigi) setiap kali berwudlu" (HR.Malik, Ahmad, dan Nasai dan dinilai Shohih oleh Ibnu Khuzaimah).

Menu sarapannya dengan segelas air yang dicampur dengan madu. Tujuh butir kurma ajwa (matang) menjadi kebiasaan Rasulullah saw Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, diriwayatkan hadits dari Sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash, dari Nabi SAW, bahwa beliau pernah bersabda.“Artinya : Barangsiapa mengkonsumsi tujuh butir kurma Ajwah pada pagi hari, maka pada hari itu ia tidak akan terkena racun maupun sihir”.

Hal ini terbukti ketika seorang wanita Yahudi menaruh racun dalam makanan Rasulullah pada sebuah percobaan pembunuhan di perang Khaibar, racun yang tertelan oleh beliau kemudian bisa dinetralisir oleh zat-zat yang terkandung dalam kurma. Sementara itu Bisyir ibnu Al Barra’, salah seorang sahabat yang ikut makan racun tersebut akhirnya meninggal, tetapi Rasulullah saw selamat dari racun tersebut.

Menjelang sore hari, menu Rasulullah biasanya adalah Khol (cuka) adalah sejenis cairan. Jika kurma dimasukkan ke dalamnya, cairan tersebut akan terasa manis sehingga bisa diminum,dan minyak zaitun dikonsumsi dengan makanan pokok seperti roti gandum. Manfaatnya banyak sekali, di antara mencegah lemah tulang, kepikunan, melancarkan sembelit, menghancurkan kolesterol dan melancarkan pencernaan.

 Di malam hari, menu utama makan malam adalah sayur- sayuran. Secara umum, sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama, yaitu menguatkan daya tahan tubuh dan melindunginya dari serangan penyakit. Sayyidina Umar ra, berkata : Jangan kau jadikan perutmu sebagai binatang ternak. Maka makanan Komposisi terbaik adalah : 10 % Hewani, 60 % biji-bijian, 30 % Sayuran dan buah.

Nabi makan dari berbagai makanan karena sesungguhnya bila makanan yang satu panas akan dipadamkan oleh makanan lain yang dingin. Sebagaimana hadist dari Abdullah bin Ja’far ra, ia menceritakan, bahwasanya ia melihat Rasulullah SAW menyantap kurma dengan mentimun. (HR. Bukhari dan Muslim)

Setelah makan malam Rasulullah tidak langsung tidur. Beliau beraktivitas seperti sholat terlebih dahulu supaya makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan cepat dan mudah dicerna. Nabi bersabda: “Hancurkan makanmu dengan dzikir dan shalat serta Janganlah tidur setelah makan maka hatimu menjadi keras.” (HR. Ibnu Sunni, Thabrani dan Baihaqi).

Dengan pola seperti itu belum lagi ditambah, pengelolaan hati yang sempurna seperti tidak mudah marah, tidak terganggu stress, selalu berbaik sangka, selalu menjaga kebersihan badan dan lingkungan, jika sakit minum obat-obatan herbal, seperti habbats, madu, juz kurma, dan banyak lagi faktor yang membuat Rasulullah SAW mengajarkan kita bahwa pola hidup sehat adalah pola hidup islami.

Dalam Islam diet bukan dilakukan semata untuk memperindah bentuk tubuh agar terlihat menarik dan cantik, namun juga untuk menjaga kesehatan seseorang dan agar lebih mudah dalam mencari pakaian. Orang yang memiliki berat badan berlebihan cenderung mengalami beberapa penyakit, misal seperti penyakit jantung, sesak napas, kolestrol, obesitas dan lain-lain. Maka dari itu dalam Islam diperbolehkan untuk melakukan diet, namun dengan cara yang benar sesuai cara diet dalam Islam, cara hidup sehat Rasulullah, dan mengikuti tips sehat ala Rasulullah.

Berikut ada beberapa cara diet yang aman bagi kesehatan dan diperbolehkan dalam Islam :

  1. Selalu Mengkonsumsi Makanan Yang Halal, Sehat dan Bergizi

Sebagai seorang muslim sudah menjadi keharusan bagi kita untuk mengkonsumsi makanan halal menurut Islam dan juga minuman halal dalam Islam. Dan Allah SWT. pun telah memerintahkan hambanya untuk memakan makanan yang dibolehkan dalam Islam, seperti firman Allah dalam (QS. Al-Baqarah:168) :

“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah syaitan. Sungguh, syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Allah memerintah umatnya untuk mengkonsumsi makanan yang halal dikarenakan setiap makanan yang masuk kedalam tubuh kita akan diolah dan dicerna oleh tubuh, lalu memberikan fungsi tertentu melalui kandungan gizi dan vitamin makanan tersebut, yang kemudian akan berpengaruh pada tubuh kita. Jadi makanan bukan hanya sekedar untuk menghilangkan rasa lapar, namun juga berperan untuk kelangsungan hidup.

  1. Makan Minum Secukupnya dan Tidak Berlebihan

Makan yang berlebihan sudah pasti akan membuat kita menjadi hilang kendali dalam mengendalikan nafsu dan berat badan kita sudah dapat dipastikan akan semakin bertambah. Oleh karena itu di dalam Islam dianjurkan agar kita makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW. bersabda :

“Tidaklah anak anak cucu Adam mengisi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Sebenarnya beberapa suap saja sudah cukup untukk menegakan tulang rusuknya. Kalau dia harus mengisinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk bernapas, dan sepertiga lagi untuk bernapas.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Muslim)

Dalam hadits tersebut dikatakan bahwa perut manusia adalah wadah yang paling buruk. Dan batas maksimum dalam mengisi perut adalah sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga selanjutnya oksigen untuk bernapas.

Dan dalam (QS. Al-A’rf ayat 31) Allah SWT. berfirman :

“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap memasuki masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.

  1. Tidak Tidur Setelah Makan

Tidur setelah makan hanya akan membuat kalori dan lemak semakin tertimbun didalam tubuh. Untuk membakar atau mengurangi kalori dan lemak dalam tubuh yang berlebihan diperlukan aktivitas aktif. Rasulullah SAW. semasa hidupnya selalu melakukan banyak kegiatan setelah makan, seperti berdzikir, shalat, dan lain-lain.

  1. Perbanyak Berpuasa Sunnah dan Menjalankan Puasa Wajib

Sebagai seorang muslim kita diwajibkan untuk menunaikan ibadah puasa wajib pada saat bulan Ramadhan, dan dianjurkan untuk melakukan puasa sunnah diluar setelah bulan Ramadhan. Puasa bukan hanya akan melatih hawa nafsu dan kesabaran, namun juga untuk membersihkan dan mengistirahatkan perut kita dari kegiatan pengolahan dan pencernaan makanan. Melakukan puasa sunnah atau wajib dapat menjadi salah satu alternative cara untuk diet secara Islam. Dan perlu diingat, kita tidak boleh menitik beratkan niat puasa karena ingin diet agar memiliki tubuh yang bagus, namun kita harus meniatkan puasa tersebut karena untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

Sumber : https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-diet-dalam-islam

Gambar Tidak Tersedia

Jangan Marah

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.” (HR. Bukhari no. 6116}

Lima Kiat Meredam Marah
 1- Membaca ta’awudz, meminta perlindungan pada Allah dari godaan setan
Kenapa sampai meminta tolong pada Allah agar dilindungi dari setan? Karena dalil-dalil berikutnya akan terlihat jelas bahwa marah bisa dari setan. Maka kita mengamalkan firman Allah dari ayat berikut,
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚإِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 200)
Sulaiman bin Shurod radhiyallahu ‘anhu berkata,
كُنْتُ جَالِسًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَجُلاَنِ يَسْتَبَّانِ، فَأَحَدُهُمَا احْمَرَّ وَجْهُهُ، وَانْتَفَخَتْ أَوْدَاجُهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ، ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ“
“Pada suatu hari aku duduk bersama-sama Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam sedang dua orang lelaki sedang saling mengeluarkan kata-kata kotor satu dan lainnya. Salah seorang daripadanya telah merah mukanya dan tegang pula urat lehernya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya aku tahu satu perkataan sekiranya dibaca tentu hilang rasa marahnya jika sekiranya ia mau membaca, ‘A’udzubillahi minas-syaitani’ (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan), niscaya hilang kemarahan yang dialaminya.” (HR Bukhari, no. 3282)
Juga ada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
إِذَا غَضِبَ الرَّجُلُ فَقَالَ أَعُوْذُ بِاللهِ ، سَكَنَ غَضْبُهُ
“Jika seseorang dalam keadaan marah, lantas ia ucapkan, ‘A’udzu billah (Aku meminta perlindungan kepada Allah)’, maka redamlah marahnya.” (HR. As-Sahmi dalam Tarikh Jarjan, 252. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1376)
 
2- Diam
Karena yang namanya marah itu jika keluar bisa jadi keluar kata-kata yang tidak Allah ridhai. Ada yang marah keluar kata-kata kufur, ada yang marah keluar kalimat mencaci maki, ada yang marah keluar kalimat laknat, ada yang marah keluar kalimat cerai hingga hal-hal sekitarnya pun bisa hancur. Kalau seseorang memaksa dirinya untuk diam ketika akan marah, hal-hal yang rusak tadi tidak akan terjadi.
Ada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
وَ إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ
“Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad, 1: 239. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan lighairihi).
 
3- Berganti posisi
Dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ  وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ، وَإِلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ
“Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
 
4- Mengambil air wudhu
Dari Athiyyah As-Sa’di radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ
“Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR. Abu Daud, no. 4784. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
 
5- Ingat wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan janji beliau
Dari Mu’adz radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَظَمَ غَيْظاً وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنَفِّذهُ دَعَأهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنَ الْحُوْرِ مَا شَاءَ
“Barangsiapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan.” (HR. Abu Daud, no. 4777; Ibnu Majah, no. 4186. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sanadnya hasan)
Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullah tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan dalam surga.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda,
لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ
“Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.” (HR. Thabrani dalam Al-Kabir. Lihat Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, hadits ini shahih lighairihi).
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad

 

Sumber : https://rumaysho.com

Gambar Tidak Tersedia

Sejarah Penetapan Penanggalan Tahun Hijriyah

Kalender hijriyah adalah penanggalan rabani yang menjadi acuan dalam hukum-hukum Islam. Seperti haji, puasa, haul zakat, ‘idah thalaq dan lain sebagainya. Dengan menjadikan hilal sebagai acuan awal bulan. Sebagaimana disinggung dalam firman Allah ta’ala,

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ َ

Orang-orang bertanya kepadamu tentang hilal. Wahai Muhammad katakanlah: “Hilal itu adalah tanda waktu untuk kepentingan manusia dan badi haji.”(QS. Al-Baqarah: 189)

Sebelum penanggalan hijriyah ditetapkan, masyarakat Arab dahulu menjadikan peristiwa-peristiwa besar sebagai acuan tahun. Tahun renovasi Ka’bah misalnya, karena pada tahun tersebut, Ka’bah direnovasi ulang akibat banjir. Tahun fijar, karena saat itu terjadi perang fijar. Tahun fiil (gajah), karena saat itu terjadi penyerbuan Ka’bah oleh pasukan bergajah. Oleh karena itu kita mengenal tahun kelahiran Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam dengan istilah tahun fiil/tahun gajah. Terkadang mereka juga menggunakan tahun kematian seorang tokoh sebagai patokan, misal 7 tahun sepeninggal Ka’ab bin Luai.” Untuk acuan bulan, mereka menggunakan sistem bulan qomariyah (penetapan awal bulan berdasarkan fase-fase bulan)

Sistem penanggalan seperti ini berlanjut sampai ke masa Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam dan khalifah Abu Bakr Ash-Sidiq radhiyallahu’anhu. Barulah di masa khalifah Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu, ditetapkan kalender hijriyah yang menjadi pedoman penanggalan bagi kaum muslimin.

Latar Belakang Penanggalan

Berawal dari surat-surat tak bertanggal, yang diterima Abu Musa Al-Asy-‘Ari radhiyahullahu’anhu; sebagai gubernur Basrah kala itu, dari khalifah Umar bin Khatab. Abu Musa mengeluhkan surat-surat tersebut kepada Sang Khalifah melalui sepucuk surat,

إنه يأتينا منك كتب ليس لها تاريخ

“Telah sampai kepada kami surat-surat dari Anda, tanpa tanggal.”

Dalam riwayat lain disebutkan,

إنَّه يأتينا مِن أمير المؤمنين كُتبٌ، فلا نَدري على أيٍّ نعمَل، وقد قرأْنا كتابًا محلُّه شعبان، فلا ندري أهو الذي نحن فيه أم الماضي

“Telah sampai kepada kami surat-surat dari Amirul Mukminin, namun kami tidak tau apa yang harus kami perbuat terhadap surat-surat itu. Kami telah membaca salah satu surat yang dikirim di bulan Sya’ban. Kami tidak tahu apakah Sya’ban tahun ini ataukah tahun kemarin.”
Karena kejadian inilah kemudian Umar bin Khatab mengajak para sahabat untuk bermusyawarah; menentukan kalender yang nantinya menjadi acuan penanggalan bagi kaum muslimin.

Penetapan Patokan Tahun

Dalam musyawarah Khalifah Umar bin Khatab dan para sahabat, muncul beberapa usulan mengenai patokan awal tahun.

Ada yang mengusulkan penanggalan dimulai dari tahun diutus Nabi shallallahu’alaihiwasallam. Sebagian lagi mengusulkan agar penanggalan dibuat sesuai dengan kalender Romawi, yang mana mereka memulai hitungan penanggalan dari masa raja Iskandar (Alexander). Yang lain mengusulkan, dimulai dari tahun hijrahnya Nabi shallallahu’alaihiwasalam ke kota Madinah. Usulan ini disampaikan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu. Hati Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu ternyata condong kepada usulan ke dua ini,

الهجرة فرقت بين الحق والباطل فأرخوا بها

” Peristiwa Hijrah menjadi pemisah antara yang benar dan yang batil. Jadikanlah ia sebagai patokan penanggalan.” Kata Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu mengutarakan alasan.

Akhirnya para sahabatpun sepakat untuk menjadikan peristiwa hijrah sebagai acuan tahun. Landasan mereka adalah firman Allah ta’ala,

لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيه َ

Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. (QS. At-Taubah:108)

Para sahabat memahami makna “sejak hari pertama” dalam ayat, adalah hari pertama kedatangan hijrahnya Nabi. Sehingga moment tersebut pantas dijadikan acuan awal tahun kalender hijriyah.

Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahillah dalam Fathul Bari menyatakan,

وأفاد السهيلي أن الصحابة أخذوا التاريخ بالهجرة من قوله تعالى : لمسجد أسس على التقوى من أول يوم لأنه من المعلوم أنه ليس أول الأيام مطلقا ØŒ فتعين أنه أضيف إلى شيء مضمر وهو أول الزمن الذي عز فيه الإسلام ØŒ وعبد فيه النبي – صلى الله عليه وسلم – ربه آمنا ØŒ وابتدأ بناء المسجد ØŒ فوافق رأي الصحابة ابتداء التاريخ من ذلك اليوم ØŒ وفهمنا من فعلهم أن قوله تعالى من أول يوم أنه أول أيام التاريخ الإسلامي ØŒ كذا قال ØŒ والمتبادر أن معنى قوله : من أول يوم أي دخل فيه النبي – صلى الله عليه وسلم – وأصحابه المدينة والله أعلم .

“Dan As-Suhaili memberikan tambahan informasi: para sahabat sepakat menjadikan peristiwa hijrah sebagai patokan penanggalan, karena merujuk kepada firman Allah Ta’ala,

لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيه َ

Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya.” (QS. At-Taubah: 108)

Sudah suatu hal yang maklum; maksud hari pertama (dalam ayat ini) bukan berarti tak menunjuk pada hari tertentu. Nampak jelas ia dinisbatkan pada sesuatu yang tidak tersebut dalam ayat. Yaitu hari pertama kemuliaan islam. Hari pertama Nabi shallallahu’alaihiwasallam bisa menyembah Rabnya dengan rasa aman. Hari pertama dibangunnya masjid (red. masjid pertama dalam peradaban Islam, yaitu masjid Quba). Karena alasan inilah, para sahabat sepakat untuk menjadikan hari tersebut sebagai patokan penanggalan.

Dari keputusan para sahabat tersebut, kita bisa memahami, maksud “sejak hari pertama” (dalam ayat) adalah, hari pertama dimulainya penanggalan umat Islam. Demikian kata beliau. Dan telah diketahui bahwa makna firman Allah ta’ala: min awwali yaumin (sejak hari pertama) adalah, hari pertama masuknya Nabi shallallahu’alaihiwasallam dan para sahabatnya ke kota Madinah.
. Allahua’lam. ” (Fathul Bari, 7/335)

Sebenarnya ada opsi-opsi lain mengenai acuan tahun, yaitu tahun kelahiran atau wafatnya Nabi shallallahu’alaihiwasallam. Namun mengapa dua opsi ini tidak dipilih? Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan alasannya,”

لأن المولد والمبعث لا يخلو واحد منهما من النزاع في تعيين السنة ، وأما وقت الوفاة فأعرضوا عنه لما توقع بذكره من الأسف عليه ، فانحصر في الهجرة ، .

“Karena tahun kelahiran dan tahun diutusnya beliau menjadi Nabi, belum diketahui secara pasti. Adapun tahun wafat beliau, para sahabat tidak memilihnya karena akan menyebabkan kesedihan manakala teringat tahun itu. Oleh karena itu ditetapkan peristiwa hijrah sebagai acuan tahun.” (Fathul Bari, 7/335)

Alasan lain mengapa tidak menjadikan tahun kelahiran Nabi shallallahu’alaihiwasallam sebagai acuan; karena dalam hal tersebut terdapat unsur menyerupai kalender Nashrani. Yang mana mereka menjadikan tahun kelahiran Nabi Isa sebagai acuan.

Dan tidak menjadikan tahun wafatnya Nabi shallallahu’alaihiwasallam
sebagai acuan, karena dalam hal tersebut terdapat unsur tasyabuh dengan orang Persia (majusi). Mereka menjadikan tahun kematian raja mereka sebagai acuan penanggalan.

Penentuan Bulan

Perbincangan berlanjut seputar penentuan awal bulan kalender hijriyah. Sebagian sahabat mengusulkan bulan Ramadhan. Sahabat Umar bin Khatab dan Ustman bin Affan mengusulkan bulan Muharram.

بل بالمحرم فإنه منصرف الناس من حجهم

“Sebaiknya dimulai bulan Muharam. Karena pada bulan itu orang-orang usai melakukan ibadah haji.” Kata Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu.
Akhirnya para sahabatpun sepakat.

Alasan lain dipilihnya bulan muharam sebagai awal bulan diutarakan oleh Ibnu Hajar rahimahullah,

لأن ابتداء العزم على الهجرة كان في المحرم ؛ إذ البيعة وقعت في أثناء ذي الحجة وهي مقدمة الهجرة ، فكان أول هلال استهل بعد البيعة والعزم على الهجرة هلال المحرم فناسب أن يجعل مبتدأ ، وهذا أقوى ما وقفت عليه من مناسبة الابتداء بالمحرم

“Karena tekad untuk melakukan hijrah terjadi pada bulan muharam. Dimana baiat terjadi dipertengahan bulan Dzulhijah (bulan sebelum muharom)
Dari peristiwa baiat itulah awal mula hijrah. Bisa dikatakan hilal pertama setelah peristiwa bai’at adalah hilal bulan muharam, serta tekad untuk berhijrah juga terjadi pada hilal bulan muharam (red. awal bulan muharam). Karena inilah muharam layak dijadikan awal bulan. Ini alasan paling kuat mengapa dipilih bulan muharam.” (Fathul Bari, 7/335)

Dari musyarah tersebut, ditentukanlah sistem penanggalan untuk kaum muslimin, yang berlaku hingga hari ini. Dengan menjadikan peristiwa hijrah sebagai acuan tahun dan bulan muharam sebagai awal bulan. Oleh karena itu kalender ini populer dengan istilah kalender hijriyah.

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari kisah penanggalan hijriyah di atas:

  1. Kalender hijriyah ditetapkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para sahabat. Dan kita tahu bahwa ijma’ merupakan dalil qot’i yang diakui dalam Islam.
  2. Sistem penanggalan yang dipakai oleh para sahabat adalah bulan qomariyah. Hal ini diketahui dari surat Umar bin Khatab yang ditulis untuk Abu Musa Al-Asy-‘ariy; di situ tertulis bulan sya’ban, hanya saja tidak diketahui tahunnya.
  3. Para sahabat menjadikan kalender hijriyah sebagai acuan penanggalan dalam segala urusan kehidupan mereka; baik urusan ibadah maupun dunia. Sehingga memisahkan penggunaan kalender hijriyah, antara urusan ibadah dan urusan dunia, adalah tindakan yang menyelisihi konsesus para sahabat. Seyogyanya bagi seorang muslim, menjadikan kalender hijriyah sebagai acuan penanggalan dalam kesehariannya.
  4. Kalender hijriyah merupakan syi’ar Islam, yang menbedakannya dengan agama-agama lainnya.



Baca selengkapnya https://muslim.or.id/22962-sejarah-penetapan-penanggalan-tahun-hijriyah.html

Gambar Tidak Tersedia

Maulid Nabi Muhammad SAW

Peringatan Maulid Nabi dilakukan dalam rangka mengingat kelahiran, keistimewaan, mukjizat, sirah, dan mengetahui akhlak Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita pun diperintahkan untuk melakukan hal-hal tadi dalam rangka menjadikan  meneladani beliau. Karena Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab: 21).

Inilah di antara syubhat yang dilontarkan oleh sebagian orang. Dan syubhat (kerancuan) dalam perayaan maulid ini diambil oleh ulama yang Pro Maulid semacam Muhammad bin ‘Alwi Al Maliki dalam kitab beliau Adz Dzakho-ir Al Muhammadiyyah hal. 269.

Apakah alasan di atas dapat melegalkan peringatan maulid?

Berikut beberapa sanggahan untuk menyanggah kerancuan di atas:

Pertama:

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah memerintahkan umatnya untuk memperingati maaulid dan tidak pernah memerintahkan mengingat kelahiran, karakter istimewa, mukjizat, sirah dan akhlak mulia Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara khusus melalui peringatan maulid. Bahkan hal ini merupakan bid’ah yang diada-adakan sepeninggal beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bid’ah maulid mulai muncul sekitar 600 tahun sepeninggal beliau. Padahal mengenai perkara bid’ah telah diperingatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri,

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)

Hadits-hadits semacam ini menunjukkan tercelanya peringatan maulid dan perayaan tersebut merupakan perayaan yang mardud (tertolak).

Kedua:

Mengenal kelahiran, karakteristik, mukjizat, sirah serta akhlak mulia beliau bukan hanya ketika maulid saja. Mengenal beliau dan hal-hal tadi bukan hanya pada waktu tertentu dan dalam kumpulan tertentu, akan tetapi setiap saat, sepanjang waktu. Tidak seperti orang-orang yang pro maulid yang memperingatinya hanya ketika malam maulid, malam-malam yang lain tidak demikian. Amalan semacam ini didasari pada tradisi semata yang diambil dari nenek moyang sebelum mereka,

بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آَثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ

Bahkan mereka berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka” (QS. Az Zukhruf: 22).

Sebelumnya yang menghidupkan maulid nabi adalah Sulthon Irbil. Mulai dari masa beliau, maulid nabi diperingati setiap tahunnya. Padahal perayaan ini tidaklah diizinkan dan diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Perayaan ini masuk dalam keumuman ayat,

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. Asy Syura: 21).

Ketiga:

Meneladani Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan ittiba’ (mengikuti ajaran) beliau dan berpegang dengan sunnah beliau serta mendahulukan petunjuk beliau dari yang lainnya. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31).

وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا

Dan jika kamu taat kepada Rasul, niscaya kamu mendapat petunjuk.” (QS. An Nur: 54)

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An Nisa’: 13).

Demikianlah yang diajarkan dalam Islam. Dalam suatu perayaan pun harus mengikuti petunjuk Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena merayakan maulid adalah suatu ibadah. Bagaimana mungkin tidak dikatakan sebagai suatu ibadah? Wong, orang yang rayakan saja ingin mengingat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pasti ingin cari pahala. Ini jelas ibadah, bukan perkara mubah biasa. Sedangkan dalam ibadah mesti ikhlas kepada Allah dan mengikuti syariat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika tidak memenuhi dua kriteria ini, amalan tersebut tertolak.

Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al Fatawa (1: 333) berkata,

وَبِالْجُمْلَةِ فَمَعَنَا أَصْلَانِ عَظِيمَانِ أَحَدُهُمَا : أَنْ لَا نَعْبُدَ إلَّا اللَّهَ . وَالثَّانِي : أَنْ لَا نَعْبُدَهُ إلَّا بِمَا شَرَعَ لَا نَعْبُدُهُ بِعِبَادَةِ مُبْتَدَعَةٍ . وَهَذَانِ الْأَصْلَانِ هُمَا تَحْقِيقُ ” شَهَادَةِ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

“Ini adalah dua landasan agung dalam agama ini yaitu: tidak beribadah selain pada Allah semata dan tidak beribadah kecuali dengan ibadah yang disyari’atkan, bukan dengan ibadah yang berbau bid’ah. Inilah konsekuensi atau perwujudan dari syahadat laa ilaha illallah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah) dan syahadat (pernyataan) bahwa Muhammad adalah utusan Allah”.

Keempat:

Memperingati maulid bukanlah ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan pula amalan para sahabat yang mulia, bukan pula amalan tabi’in, dan bukan pula amalan para imam yang mendapat petunjuk setelah mereka. Perayaan maulid hanyalah perayaan yang berasal dari Sulthon Irbil (pelopor maulid nabi pertama kali). Jadi, siapa saja yang memperingati maulid, dia hanyalah mengikuti ajaran Sulthon Irbil baik atas dasar ia tahu ataukah tidak, bukan mengikuti ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kelima:

Meneladani dan mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beramal dan dalam keadaan berniat yang benar, haruslah dengan mengikuti ajaran beliau dan para sahabatnya. Begitu pula  ia memperingatkan dari setiap bid’ah, di antaranya adalah bid’ah maulid.


Sumber : https://rumaysho.com/2226-memperingati-maulid-dalam-rangka-mengingat-kelahiran-nabi.html

Gambar Tidak Tersedia

Doa ketika Gempa dan Tsunami

للَّهُمّ إِنّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا، وَخَيْرَ مَا أَرْسَلْتَ بِهِ؛ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا، وَشَرِّمَافِيْهَا وَشَرِّمَا أَرْسَلْتَ بِهِ

allahumma innii as’aluka khoirohaa, wa khoiromaa fiihaa wa khoiro maa arsalta bih, wa a’udzubika min syarrihaa wasyarri maa fiihaa wa syarri maa arsalta bih.

https://1.bp.blogspot.com/-6f0Fm8NP7GY/WNLd0HmX1WI/AAAAAAAAFhY/sCSAKn_FQjMSfX3BAgf5Fy_awSvsgFY3gCLcB/s400/Picture1.png

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kehadirat-Mu kebaikan atas apa yang terjadi, dan kebaikan  apa yang didalamnya, dan kebaikan atas apa yang Engkau kirimkan dengan kejadian ini. Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari keburukan atas apa yang terjadi, dan keburukan atas apa yang terjadi didalamnya, dan aku juga memohon perlindungan kepada-Mu atas apa-apa yang Engkau kirimkan.

Sumber : https://ulinuhaasnawi.blogspot.com/2014/01/doa-ketika-gempa-bumi.html

Gambar Tidak Tersedia

Tiga Kenikmatan Hidup

Setiap manusia, apalagi sebagai muslim kita tentu mendambakan kehidupan yang menyenangkan di dunia ini, bahkan kalau perlu seolah-olah dunia ini menjadi milik kita. Untuk bisa merasakan kehikmatan hidup di dunia ini, ada tiga perkara yang harus dicapai oleh seorang muslim, hal ini disebutkan dalam hadits Nabi:

Barangsiapa yang di pagi hari sehat badannya, tenang jiwanya dan dia mempunyai makanan di hari itu, maka seolah-olah dunia ini dikaruniakan kepadanya (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Untuk memahami lebih dalam tentang apa yang dimaksud oleh Rasulullah Saw, hadits di atas perlu kita pahami dengan baik.

Badan yang sehat

Badan yang sehat merupakan suatu kenikmatan tersendiri bagi manusia yang tidak ternilai harganya, rasanya tidak ada artinya segala sesuatu yang kita miliki bila kita tidak memiliki kesehatan jasmani. Apa artinya harta yang berlimpah dengan mobil yang mahal harganya, rumah yang besar dan bagus, kedudukan yang tinggi dan segala sesuatu yang sebenarnya menyenangkan untuk hidup di dunia ini bila kita tidak sehat. Oleh karena kesehatan bukan hanya harus dibanggakan dihadapan orang lain, tapi yang lebih penting lagi adalah harus disyukuri kepada yang menganugerahkannya, yakni Allah Swt.

Kesehatan badan bisa diraih dengan mencegah dari segala penyakit yang akan menyerang tubuh dan mengatur segala keseimbangan yang diperlukannya. Oleh karena itu tubuh manusia punya hak-hak yang harus dipenuhi, diantara hak-hak itu adalah bersihkan jasmani bila kotor, makan bila lapar, minum bila haus, istirahat bila lelah, lindungi dari panas dan dingin, obati bila terserang penyakit, dll. Ini merupakan salah satu bentuk dari rasa syukur kepada Allah yang harus kita tunjukkan. Bentuk syukur yang lain adalah memanfaatkan kesehatan jasmani dengan segala kesegaran dan kekuatannya untuk melakukan berbagai aktivitas yang menggambarkan pengabdian kita kepada Allah Swt.

Namun yang amat disayangkan dan ini diingatkan betul oleh Rasulullah Saw adalah banyak manusia yang lupa dengan kondisi kesehatannya. Saat sehat ia tidak mencegah kemungkinan datangnya penyakit, tidak memenuhi hak-hak jasmani dan tidak menggunakan kesehatannya itu untuk melakukan aktivitas pengabdian kepada Allah sehingga pada saat sakit, barulah ia menyesal dengan penyesalan yang sangat dalam, Rasulullah Saw bersabda:

Ada dua nikmat yang sering dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang (HR. Bukhari).

Jiwa yang tenang

Hal yang tidak kalah pentingnya dari badan yang sehat adalah jiwa yang tenang, sebab apa artinya manusia memiliki jiwa yang sehat bila jiwanya tidak tenang, bahkan badan yang sakit sekalipun tidak menjadi persoalan yang terlalu memberatkan bila dihadapi dengan jiwa yang tenang, apalagi ketenangan jiwa bila menjadi modal yang besar untuk bisa sembuh dari berbagai penyakit.

Jiwa yang tenang adalah jiwa yang selalu berorientasi kepada Allah Swt, karena itu, orang yang ingin meraih ketenangan hidup dijalani kehidupan dengan segala aktivitasnya karena Allah, dengan ketentuan yang telah digariskan Allah dan untuk meraih ridha dari Allah Swt. Dengan demikian, sumber ketenangan hidup bagi seorang muslim adalah keimanan kepada Allah Swt dan ia selalu berdzikir kepada Allah dengan segala aplikasinya, Allah Swt berfirman yang artinya: Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram (tenang) dengan mengingat Allah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenang (QS 13:28).

Oleh karena itu, keimanan kepada Allah yang merupakan sumber ketenangan akan membuat seorang muslim merasa senang untuk mendapatkan beban-beban berat dan tidak ada kegelisahan sedikitpun di dalam hatinya dalam menjalankan tugas-tugas yang berat itu. Abu Na’im dan Ibnu Hibban meriwayatkan bahwa para sahabat Nabi bahu membahu membawa satu persatu batu bata yang besar untuk membangun masjid. Tapi Ammar bin Yasir justeru membawa dua tumpukan batu bata besar. Ketika Nabi melihatnya, beliau membersihkan debu dari kepala Ammar sambil bersabda: “Wahai Ammar, tidakkah cukup bagimu untuk membawa seperti yang dilakukan para sahabatmu?”. Ammar menjawab: “Saya mengharapkan pahala dari Allah”. Lalu Nabi bersabda: “Sesungguhnya Ammar memiliki keimanan yang penuh dari ujung rambut sampai ke ujung kakinya atau tulangnya”.

Disamping itu, seandainya kematian akan menjemput dirinya, keimanan kepada Allah dengan segala aplikasinya tidak akan membuat seorang muslim takut kepada mati, bahkan ia akan sambut kematian itu dengan jiwa yang tenang, Allahpun memanggilnya dengan panggilan yang menyenangkan: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS 89:27-30).

Dengan demikian, jiwa yang tenang membuat kehidupan manusia bisa dijalani dengan sebai-baiknya dan memberi manfaat yang besar, tidak hanya bagi dirinya tapi juga bagi orang lain, sedangkan kematiannya justeru akan menjadi kenangan manis bagi orang yang hidup dan ia akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki dengan masuk ke dalam surga dengan segala kenikmatan yang tiada terbayangkan.

Makanan yang cukup

Makanan, termasuk di dalamnya adalah minuman merupakan kebutuhan yang sangat pokok dalam kehidupan manusia. Kesehatan manusia tidak bisa dipertahankan bila ia tidak makan dan tidak minum, bahkan tidak sedikit orang yang semula memiliki kekuatan iman tidak bisa lagi dipertahankan keimanannya karena lapar, sedangkan bila situasinya sangat darurat, seorang muslimpun terpaksa harus memakan sesuatu yang pada dasarnya haram untuk dimakan, namun apakah seorang muslim bisa untuk berlama-lama dalam situasi darurat?.

Oleh karena itu, memiliki makanan yang cukup atau perekonomian yang memadai merupakan suatu kenikmatan tersendiri dalam hidup ini, sedangkan bila kondisi kehidupan seseorang dalam keadaan lapar, dan ia tidur dalam keadaan yang demikian, maka hal itu merupakan sesuatu yang sangat jelek, karenanya Rasulullah Saw selalu berdo’a sebagaimana terdapat dalam hadits:

Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari lapar, karena ia adalah teman tidur yang paling jelek (HR. Abu Daud, Nasa’I, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).

Untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan, seorang muslim sangat dituntut untuk mencari nafkah, baik untuk diri maupun keluarganya, apalagi bila ia bisa membantu orang lain seperti anak yatim, fakir miskin dan sebagainya. Itu sebabnya, orang yang mencari nafkah secara halal dan terhormat (bukan dengan cara mengemis atau meminta-minta) sangat dimuliakan oleh Allah Swt. Karenanya setiap muslim harus bersungguh-sungguh dalam mencari nafkah guna memenuhi kebutuhannya. Bila sudah terpenuhi dan selalu bisa dipenuhi kebutuhan nafkah diri dan keluarganya, maka hal ini merupakan suatu kenikmatan dalam kehidupan dan iman bila dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya pada masa-masa mendatang. Paling tidak, salah satu faktor yang membuat seseorang bisa menjadi kufur telah teratasi.

Demikian tiga faktor penting yang membuat manusia bisa dikatakan memperoleh kenikmatan dalam hidupnya di dunia yang sangat berpengaruh pada upaya memperoleh kenikmatan di akhirat kelak.

Sumber : https://risalahrasul.wordpress.com/2008/07/21/tiga-kenikmatan-hidu/

Gambar Tidak Tersedia

Obat untuk penyakit hati

Allah SWT berfirman jika ada penyakit di dalam hati Kamu, maka penyakit itu akan menambah kekafiran seseorang sampai ia mati. Naudzubillahi min dzalik, Moeslemates, jangan sampai ada penyakit di dalam hati kita. Lalu muncul pertanyaan, apa aja sih penyakit hati itu? Penyakit hati diantaranya, sombong, iri, riya/pamer, kikir dan ujub/kagum akan diri sendiri. Siapa sih sebenernya yang ingin punya penyakit hati macam itu? Yuk kita obati segala macam bentuk penyakit hati dan mulai menghindari penyakit hati dengan beberapa tips berikut ini!

1. Bertaubat & Banyak Beristighfar

Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nisa: 110)

Moeslemates, obat penyakit hati dalam Islam yang pertama adalah dengan mengingat Allah dengan segera bertaubat dan banyak beristighfar. Sesungguhnya Allah SWT adalah sebaik-baiknya pengampun, maka hendaknya kita bersungguh-sungguh meminta ampunannya dan meminta pertolongan Allah SWT agar terhindar dari penyakit hati yang menggerogoti jiwa dan menguras iman. Bertaubat dan banyak istighfar ini juga kaitannya dengan berdzikir atau mengingat Allah sebanyak-banyaknya. Orang yang sering berdzikir sepanjang malam, ia akan terhindar dari segala macam penyakit hati dan perbuatan maksiat.

2. Baca Qur'an dan Maknanya

https://res.cloudinary.com/he2ebbhcc/image/upload/c_fill,dpr_1.0,f_auto,w_700/v1500436795/ettva4arivyqxjbpep5m.png 

Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Al-Isra: 82)

Obat penyakit hati dalam Islam yang kedua adalah membaca Al-Qur'an dan maknanya. Allah SWT tidak akan menurunkan penyakit tanpa obatnya, jika sakit kepala saja ada obatnya, maka penyakit hati pun ada obatnya. Sebagaimana firman Allah SWT bahwa Dia tidak menurunkan Al-Qur'an kecuali menjadi penawar bagi mereka yang beriman. Maka untuk menghindari segala penyakit hati, yuk kita perbanyak membaca Al-Qur'an, tidak hanya dibaca, tapi juga dimaknai dan kita aplikasikan di kehidupan sehari-hari. Insya Allah dengan membaca Al-Qur'an tidak hanya menyembuhkan penyakit hati, tapi juga membuat hati menjadi tentram.

3. Berpuasa Sunnah

Tidaklah seorang hamba yang puasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka sejauh tujuh puluh musim” [Hadits Riwayat Bukhari 6/35, Muslim 1153 dari Abu Sa’id Al-Khudry, ini adalah lafadz Muslim. Sabda Rasulullah : “70 musim” yakni : perjalanan 70 tahun, demikian dikatakan dalam Fathul Bari 6/48]

Moeslemates, memperbanyak puasa sunnah juga bisa mengobati penyakit hati loh. Karena sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa puasa itu bisa menjauhkan kita dari api neraka sejauh 70 tahun. Karena hakikatnya puasa itu tidak hanya menahan lapar dan haus, tapi mampu menahan diri dari berbuat maksiat. Hindari penyakit hati dengan memperbanyak puasa sunnah yuk!

4. Mendirikan Shalat Malam

Kerjakanlah shalat malam, karena shalat malam itu kebiasaan orang-orang yang shaleh sebelum kamu dahulu, juga suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada TUHAN kalian, juga sebagai penebus pada segala kejahatan (dosa) mencegah dosa serta dapat menghindarkan penyakit dari badan (HR.Imam Tarmidji & Ahmad)

Moeslemates, shalat di sepertiga malam atau bisa disebut shalat tahajud memiliki banyak manfaat sekaligus syafaatnya loh. Diantaranya adalah menjauhkan kita dari berbagai penyakit hati. Shalat malam atau shalat tahajud merupakan kebiasaan orang-orang yang shaleh, dengan menjadi orang yang shaleh kita akan terhindar dari segala macam penyakit hati sekaligus penebus dosa bahkan menghindari segala penyakit yang bersifat lahiriyyah. Yuk mulai belajar shalat malam dari sekarang!

5. Berkumpul dengan Orang Shaleh

https://res.cloudinary.com/he2ebbhcc/image/upload/c_fill,dpr_1.0,f_auto,w_700/v1500437165/kzsfrmeckcok8pxm2dbc.png 

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (Al-Kahfi: 28)

Pernah dengar pepatah yang menyebutkan temanmu adalah cerminan dirimu? Ternyata pepatah ini tidak hanya sekedar pepatah loh, tapi merupakan sabda Rasulullah SAW dan firman Allah SWT agar berkumpul dengan orang-orang shaleh. Salah satu manfaat berkumpul dengan orang-orang shaleh adalah terhindar dari maksiat, dan bisa mencegah dari penyakit hati. Karena jika kita bergaul dengan orang shaleh insya Allah akan saling mengingatkan dalam kebaikan dan ketakwaan. Sesungguhnya manusia itu tempatnya salah dan lupa, maka kita perlu orang lain untuk terus mengingatkan kita pada kebaikan.

Sumber : https://moeslema.com/4340

Gambar Tidak Tersedia

Inilah 7 Pesan Rasulullah SAW Kepada Abu Dzar Al-Ghifari

Abu Dzar Al-Ghifari adalah sahabat Rasulullah SAW. Ia termasuk golongan orang-orang yang terdahulu memeluk Islam. Beliau menyatakan keislamannya dengan sukarela dengan mendatangi Rasulullah langsung ke Mekkah. Beliau juga dikenal sebagai orang yang sangat baik, setia kepada Rasulullah, ramah, dan santun perangainya.

Sejak Abu Dzar ra. menjadi seorang Muslim, beliau benar-benar telah menghias sejarah hidupnya dengan bintang kehormatan yang tinggi. Dengan keberanian yang tinggi, beliau selalu siap berkorban untuk menegakkan kebenaran ajaran Islam. Kejujuran dan kesetiaannya dinilai Rasul sebagai “cahaya yang terang benderang“.

Rasulullah SAW telah berwasiat kepada Abu Dzar ra. yang telah termaktub dalam Bughyatul Bahits ‘an Zawaid Musnad Harits karya Ibnu Abi Usamah. Isi dari wasiat Rasul kepada beliau yaitu:

Artinya: “Kekasihku  (Rasulullah SAW) mewasiatkan kepadaku dengan tujuh hal, yaitu: agar aku senantiasa melihat orang yang di bawahku dan jangan sekali-kali melihat orang yang di atas, mencintai orang miskin dan mendekati mereka, selalu berkata benar meskipun pahit, tidak meminta-minta kepada siapapun, menjalin tali silaturahmi sekalipun mereka berpaling, tidak takut dicaci ketika berdakwah di jalan Allah, memperbanyak membaca laa haula walaa quwwata illa billah (tidak ada daya dan kekuatan melainkan hanya pertolongan Allah)“.

Ketujuh pesan yang disampaikan Rasul tersebut tidak hanya dikhususkan untuk Abu Dzar semata. Namun juga berlaku untuk semua umat Muslim dan para pengikutnya. Siapapun dianjurkan bahkan diwajibkan melaksankan apa-apa yang diperintahkannya.

Dilihat dari isi wasiatnya, sebagian besar nasihat Rasulullah tersebut berupa panduan dalam menjalani kehidupan diantaranya berisikan cara beretika, motivasi hidup, bersosialisasi dan beribadah (jihad fii sabilillah).

1. Jangan Melihat Ke Atas

Agar hidup bahagia dan selalu bersyukur, maka lihatlah orang-orang yang ada dibawah kita, jangan melihat orang yang berada di atas kita. Tujuannya agar kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu“. (HR. Bukhari)

Melihat ke atas diperbolehkan jika untuk memotivasi dalam meraih mimpi dan cita-cita, tapi untuk urusan materi dan penghidupan hendaklah melihat ke bawah agar kita selalu merasa bersyukur atas segala nikmat dan karunia Allah SWT.

2. Mencintai Orang-Orang Miskin

Orang-orang miskin bukan untuk dijauhi tetapi didekati bahkan Rasul memerintahkan untuk mencintainya. Lalu seperti apakah orang-orang miskin yang dimaksud Rasulullah? “Mereka ialah orang yang hidupnya tidak berkecukupan dan tidak memiliki kepandaian untuk itu, lalu dia diberi shodaqoh (zakat) dan mereka tidak mau meminta-minta sesuatu pun kepada orang lain“. (HR. Muslim, Abu Dawud dan An-Nasa’i)

Rasulullah bersabda yang artinya: “Wahai orang-orang yang miskin, aku akan memberikan kabar gembira kepada kalian, bahwa orang mukmin yang miskin akan lebih dahulu masuk surga daripada orang mukmin yang kaya, dengan tenggang waktu setengah hari, itu sama dengan lima ratus tahun. Bukankah Allah berfirman: Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu“.

3. Berkata Benar Meskipun Pahit

Rasulullah SAW berpesan agar selalu berkata benar meskipun pahit, artinya Rasul melarang untuk berdusta atau berbohong dan jujur merupakan suatu kebaikan meskipun hal yang disampaikan itu menyakitkan.

Untuk berkata benar dan selalu berkata jujur memang sangat sulit, apalagi yang harus disampaikan atau diucapkan adalah sesuatu yang sangat pahit. Namun itulah mengapa derajat orang-orang yang berani menyampaikan sesuatu yang benar akan diangkat oleh Allah SWT dan diberikan kedudukan yang tinggi.

4. Tidak Meminta-minta Kepada Siapapun

Rasulullah memerintahkan kepada umatnya untuk tidak meminta-minta kepada siapapun. Karena pada awalnya hukum meminta-minta kepada manusia adalah haram. Oleh karena itu, Rasulullah menyuruh kita untuk berikhtiar semampu kita. Rasulullah bersabda:

Artinya: “Sungguh, seseorang dari kalian mengambil talinya lalu membawa seikat kayu bakar di atas punggungnya, kemudian ia menjualnya, sehingga dengannya Allah menjaga kehormatannya. Itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada manusia. Mereka memberinya atau tidak memberinya“. (HR. Bukhari)

5. Menjalin Tali Silaturahmi

Menyambung silaturahmi yang dimaksud adalah menyambung hubungan kekerabatan yang telah retak dan putus dan berbuat baik kepada kerabat yang berbuat jahat kepada kita. Sebagaimana Rasulullah bersabda:

 

Artinya: “Orang yang menyambung kekerabatan bukanlah orang yang membalas kebaikan, tetapi orang yang menyambungnya adalah orang yang menyambung kekerabatannya apabila diputus“. (HR. Bukhari, Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

Silaturahmi yang paling utama adalah silaturahmi kepada kedua orangtua. Orangtua adalah kerabat yang paling dekat dengan kita, yang memiliki jasa sangat besar dan merekalah yang memberikan kasih sayangnya kepada kita sepanjang hidupnya. Maka tidak aneh jika hak-hak mereka memiliki tingkat yang paling besar setelah beribadah kepada Allah. Birrul-walidain (berbuat baik kepada kedua orangtua) ini adalah perbuatan baik yang paling baik setelah ibadah sholat.

6. Tidak Takut Dicaci ketika Berdakwah di Jalan Allah

Sejak dulu, berdakwah itu bukanlah perkara yang mudah. Akan banyak cacian, tudingan buruk bahkan dibenci oleh orang-orang yang tidak beriman. Rasulullah SAW dan para sahabatnya ketika berdakwah dan menyampaikan ajaran Islam banyak sekali cobaan, hambatan, cacian bahkan serangan yang tidak ada hentinya, namun Perjuangan beliau tak gentar sedikitpun dan tidak lagi diragukan kehebatannya dalam menegakkan Agama Allah.

Rasulullah mengajarkan kepada umatnya agar tidak takut dalam menyampaikan risalah dan ajaran Islam. Beliaupun mengajarkan kepada kita untuk bersikap berani menyampaikan kebenaran dan kebaikan. Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang berjihad di jalan Allah dan mereka yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.

7. Memperbanyak Membaca “laa haula walaa quwwata illa billah”

Pada hakikatnya seorang hamba tidak ada yang memiliki daya dan upaya serta kekuatan kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Sudah semestinya sebagai orang yang beriman kita meyakini bahwa segala sesuau itu terjadi atas kehendak-Nya sehingga kita harus banyak mengingat Allah dan memohon pertolongan hanya kepada-Nya.

Dalam kehidupan ini tidak ada yang lebih Kuasa melainkan Allah, hanya kepada Allah lah kita mohon pertolongan. Apapun yang dilakukan manusia semuanya hanya karena pertolongan dari Allah. Jika Allah tidak menolong, maka tidak ada kemungkinan seorang hamba dapat melakukan segala sesuatu. Artinya, dengan mengucapkan kalimat “laa haula walaa quwwata illa billah“, berarti seorang hamba telah menunjukkan kelemahan, ketidakmampuan dirinya dan menunjukkan bahwa ia adalah orang yang sangat membutuhkan pertolongan dari Allah SWT.

Sumber : https://www.catatanmoeslimah.com/2016/08/inilah-7-pesan-rasulullah-saw-kepada-abu-dzar-al-ghifari.html

Gambar Tidak Tersedia

Malaikat pun turun ketika kamu sholat malam

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia berkata: Orang yang saya sayangi (Nabi Saw) berpesan tiga hal kepada saya agar saya tidak meninggalkannya sampai saya mati, 1. berpuasa sunat tiga hari setiap bulan. 2. solat dhuha. 3. Solat witir sebelum tidur.[HR. Bukhari 1178]


Diriwayatkan dari 'Ubadah bin Ash-Shamit ra bahwa Nabi Saw pernah bersabda: "Siapa yang bangun pada malam hari kemudian mengucapkan bacaan (yang artinya), "Tiada tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, Dia memiliki kerajaan, segala puji bagi-Nya, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, segala puji bagi Allah, Maha Suci Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah". Kemudian dia berdoa, "Ya Allah, ampunilah dosaku", atau berdoa selain itu, maka akan dikabulkan. Jika dia berwudu kemudian mengerjakan solat, maka solatnya diterima".[HR. Bukhari 1154]

Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Dia berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku berikan. Dan siapa yang yang memohon ampun kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari, no.1145 dan Muslim, no.758)

Apakah hadits diatas benar?. Mungkin banyak kaum muslim yang mengatakan demikian. Namun apakah Allah benar-benar turun?.

Dalam pemahamanku Allah tetap berada ditempat-Nya. Allah tidak turun dan tidak naik, tidak di dalam ruang atau tidak diluar ruang. Allah tidak dapat didefinisikan secara pemikiran fisik.

Berdasarkan sebuah analisa, hal itu mungkin jika yang turun adalah Malaikat, bukannya Allah. Seperti tertulis pada ayat-ayat dibawah ini :

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS 41:30)

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an….” (QS 73:20)
 
Dalam surah Al Qadr, Malaikat turun pada malam kemuliaan sampai terbit fajar (QS 97.1-5). Hal ini dikuatkan oleh hadis Shahih Bukhari Muslim

- Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra, dia berkata: Ketika Nabi Saw masih hidup, saya bermimpi menggenggam sehelai kain sutera. Kemanapun tempat di surga yang hendak saya tuju, kain sutera itu membawa saya terbang ke sana. Saya juga bermimpi didatangi oleh dua Malaikat ... (lanjutan hadis ini seperti di muka, nomor 591).[HR. Bukhari 1156]

- Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia berkata: Rasulullah Saw pernah bersabda, Sesungguhnya Allah memiliki sejumlah malaikat yang terus berkeliling untuk mencari orang-orang yang berzikir kepada Allah.
Apabila mereka telah menemukan orang-orang yang berzikir kepada Allah, mereka berkata kepada sesama mereka, "Laksanakanlah keperluan kalian".
Maka mereka meliputkan sayap-sayap mereka hingga sampai ke langit terendah, kemudian mereka ditanya oleh Allah, meskipun sebenarnya Allah Maha Mengetahui,
"Apa yang diucapkan oleh hamba-hamba-Ku?" para Malaikat tersebut menjawab, "Mereka bertasbih, bertakbir dan bertahmid kepada-Mu serta mengagungkanMu".
Allah bertanya lagi, "Apakah mereka bisa melihatKu?" para Malaikat tersebut menjawab, "Demi Allah, mereka tidak bisa melihatMu".
Allah bertanya lagi, "Bagaimana seandainya mereka bisa melihatKU?" para Malaikat menjawab, "Seandainya mereka bisa melihatMu tentu meerka akan beribadah kepadaMu, akan mengagungkanMu, bertahmid dan bertasbih kepadaMu lebih banyak lagi".
Allah bertanya lagi, "Apa yang mereka minta dari Aku?" para Malaikat tersebut menjawab, "Mereka minta surga dariMu".
Allah bertanya lagi, "Apakah meerka pernah melihat surga?" para Malaikat tersebut menjawab, "Demi Allah, mereka tidak pernah melihat surga".
Allah bertanya lagi, "Bagaimana seandainya meerka pernah melihat surga?" para Malaikat tersebut menjawab, "Seandainya mereka pernah melihat surga niscaya mereka akan semakin menginginkannya, memintanya dan mengharapkannya".
Allah bertanya lagi, "Mereka minta dihindarkan dari apa?" para Malaikat tersebut menjawab: "Dari neraka".
Allah bertanya lagi, "Apakah mereka pernah melihat neraka?" para malaikat tersebut menjawab, "Demi Allah, ya Tuhan, mereka tidak pernah melihat neraka".
Allah bertanya lagi, "Bagaimana seandainya mereka pernah melihat neraka?" para Malaikat tersebut menjawab, "Seandainya mereka pernah melihat neraka niscaya mereka akan semakin menghindarinya dan semakin takut kepadanya".
Kemudian Allah berfirman kepada para malaikat tersebut, "Aku persaksikan kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni dosa-dosa mereka". Salah satu malaikat berkata, "Tetapi ada seorang yang sebenarnya tidak termasuk dalam kelompok mereka, karena ia datang ke majelis zikir itu hanya untuk keperluan tertentu?" Allah berfirman, "Mereka semuanya satu kelompok dan siapapun yang datang untuk berkumpul di majelis zikir itu tidak akan celaka".[HR. Bukhari 6408]


- Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda: "Setiap Nabi mempunyai satu doa khusus yang pasti dikabulkan oleh Allah. Aku ingin menyimpan doaku yang khusus tersebut, karena baru akan aku pergunakan untuk memohonkan syafaat bagi umatku kelak di akhirat".[footnote 1]
[footnote 1]: Keterangan: Nabi-Nabi yang lain sudah mempergunakan doa khusus tersebut ketika di dunia.[HR. Bukhari 6304] 

Sumber : http://rindutulisanislam.blogspot.com/2015/09/apakah-allah-atau-malaikat-yang-turun.html

Gambar Tidak Tersedia

Puasa Asyura

Apa saja keutamaan puasa Asyura? Puasa Asyura ini dilakukan pada hari kesepuluh dari bulan Muharram dan lebih baik jika ditambahkan pada hari kesembilan.

Berikut beberapa keutamaan puasa Asyura yang semestinya kita tahu sehingga semangat melakukan puasa tersebut.

1- Puasa di bulan Muharram adalah sebaik-baik puasa.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ

Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163).

Muharram disebut syahrullah yaitu bulan Allah, itu menunjukkan kemuliaan bulan tersebut. Ath Thibiy mengatakan bahwa yang dimaksud dengan puasa di syahrullah yaitu puasa Asyura. Sedangkan Al Qori mengatakan bahwa hadits di atas yang dimaksudkan adalah seluruh bulan Muharram. Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 2: 532. Imam Nawawi rahimahullah berkata bahwa bulan Muharram adalah bulan yang paling afdhol untuk berpuasa. Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 50.

Hadits di atas menunjukkan keutamaan puasa di bulan Muharram secara umum, termasuk di dalamnya adalah puasa Asyura.

2- Puasa Asyura menghapuskan dosa setahun yang lalu

Dari Abu Qotadah Al Anshoriy, berkata,

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ». قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162).

Kata Imam Nawawi rahimahullah, yang dimaksudkan pengampunan dosa di sini adalah dosa kecil sebagaimana beliau penerangkan masalah pengampunan dosa ini dalam pembahasan wudhu. Namun diharapkan dosa besar pun bisa diperingan dengan amalan tersebut. Jika tidak, amalan tersebut bisa meninggikan derajat seseorang. Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 46.

Adapun Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat secara mutlak setiap dosa bisa terhapus dengan amalan seperti puasa Asyura. Lihat Majmu’ Al Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 7: 487-501

3- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam punya keinginan berpuasa pada hari kesembilan (tasu’ah)

Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى.

“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.” Lantas beliau mengatakan,

فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ

“Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)– kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan,

فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

“Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim no. 1134)



Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/3750-keutamaan-puasa-asyura.html