Gambar Tidak Tersedia

Berbagi Dengan Autodebet Mandiri

Sebagai Lembaga Filantropi profesional, Rumah Zakat dengan Layanan Kemudahan Donasi berusaha untuk selalu berinovasi dalam memberikan layanan yang mempermudah Sahabat Zakat semua dalam menyalurkan zakat ataupun donasi lainnya. Terbaru, Rumah Zakat meluncurkan program Auto Zakat.

Auto Zakat adalah layanan yang memudahkan Sahabat Zakat untuk berdonasi dengan menggunakan fasilitas Kartu Kredit. Berbasis proses Recurring Payment System (RPS), setiap Sahabat Zakat dalam hal ini pengguna kartu Visa atau Master tinggal mengisi form kesediaan penarikan donasi sejumlah program yang diinginkan. Sahabat Zakat dapat mengatur apakah ingin berdonasi rutin (autodebet bulanan) maupun insidental (sekali bayar).

Bagi yang memiliki Kartu Kredit Mandiri, layanan Auto Zakat ini sudah bisa digunakan melalui Autodebet Mandiri sehingga akan sangat mempermudah Sahabat Zakat semua dalam menunaikan zakat ataupun donasi lainnya.

Berikut ini langkah-langkah untuk berdoansi ataupun membayar zakat dengan layan Auto Zakat melalui Autodebet Mandiri :

1.       Mengisi formulir Auto Debet Donasi di Kantor Layanan Rumah Zakat terdekat

2.      Melampirkan copy KTP yang berlaku dan copy Buku Tabungan Mandiri

3.      Melampirkan copy NPWP (bila ada)

Gambar Tidak Tersedia

Sambut Ramadhan dengan Berbagi melalui Elevenia

Sahabat, sejalan dengan semakin canggihnya teknologi, tren pembayaran zakat dan tren untuk berbagi kepada sesama pun mengalami pergeseran signifikan. Di era serba digital saat ini, masyarakat sudah dapat menunaikan salahsatu rukun Islam tersebut secara online, melalui platform e-commerce, Elevenia.

Rumah Zakat sebagai Lembaga Penyalur Dana Sosial profesional saat ini hadir dan bersinergi dengan Elevenia berupaya menjadi penghubung antara mereka yang memiliki dan mereka yang membutuhkan

Menjelang Ramadhan yang hanya tinggal mengihtung hari lagi, bagi Sahabat yang ingin menunaikan zakat di Rumah Zakat sekaligus berbagi kepada sesama melalui Elevenia kini tersedia beberapa pilihan program donasi seperti Syiar Qur'an, Bingkisan Lebaran, Kado Lebaran Anak Yatim, hingga Paket Buka Puasa Anak Yatim.

Berikut langkah-langkah membayar zakat atau donasi lainnya ke Rumah Zakat melalui Elevenia :

1.       Akses website http://www.elevenia.co.id/search?q=rumah+zakat

2.      Pilih Jenis Layanan Zakat atau Donasi lainnya

3.      Pilih Rumah Zakat sebagai lembaga pilihan Penyalur Zakat, dengan klik Lanjut

4.      Pilih Cara Pembayaran. Klik Selanjutnya untuk proses pembayaran

5.      Selesai

Gambar Tidak Tersedia

Berbagi Kebahagiaan di Rumah Zakat dengan Mandiri Fiesta Poin

Sahabat, berbagi pada saat ini bisa menjadi sesuatu yang bisa terabaikan. Bisa karena kesibukan kita setiap hari. Sehingga kita lupa bahwa ada salahsatu kewajiban kita yang terabaikan yaitu berbagi dan membantu meringankan beban kepada sesama kita. Meski begitu saat ini sudah banyak jalan mudah untuk kita berbagi kepada sesama.

Berbagi semakin mudah melalui Mandiri Fiesta dengan cara tukar poin, caranya sebagai berikut :

a.       Login di www.mandirifiestapoin.com atau aplikasi mobile Mandiri Fiestapoin

b.      Ambil menu “Katalog” dan pilih kategori “Lain-lain”

c.      Klik ikon keranjang, masukkan nomor HP

d.      Kemudian klik “tick mark” setuju dengan syarat dan ketentuan berlaku, dan klik lanjut

e.      Masukkan password mandiri fiestapoin sebagai konfirmasi penukaran. Selesai

f.        Jika berhasil akan muncul keterangan “transaksi berhasil”

g.      Transaksi selesai

Gambar Tidak Tersedia

Olahraga yang di Sunnahkan Rasul

Olahraga adalah salah satu cara untuk menjaga kesehatan tubuh kita agar tak mudah terkena penyakit. Tubuh yang bugar usai berolahraga akan membuat kita lebih produktif menjalani hari-hari kita dengan serangkaian aktivitas, tak terkecuali ibadah. Ternyata ajaran Islam pun sangat menyarankan umatnya untuk berolahraga, hal ini terbukti dari beberapa hadist mengenai aktivitas olahraga Rasulullah. Kata olahraga memang tidak secara langsung disebutkan, tapi kita dapat memahaminya dari penjelasan hadist tersebut.

1. Lari

Diceritakan oleh Aisyah RA: "Rasulullah SAW mendahuluiku, kemudian aku mendahului beliau, begitulah seterusnya. Hingga saat badanku sudah gemuk, kami pernah berlomba dan beliau yang memenangkan perlombaan itu. Kata beliau, "Kemenangan kali ini merupakan balasan atas kekalahan yang lalu." (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Hadist ini bercerita tentang perlombaan lari antara Rasulullah dengan istrinya. Para sahabat dulu juga terbiasa melakukan perlombaan lari cepat, dan Rasulullah SAW mengizinkannya. Lari adalah salah satu olahraga paling mudah yang bisa kita lakukan karena tanpa harus menggunakan alat tertentu. Adakah di antara kalian yang sudah terbiasa jogging atau berlari tiap harinya?

2. Gulat

Rukanah, seorang pegulat terkenal di Makkah pernah mengajak Rasulullah bergulat,

“Sesungguhnya Rasulullah gulat dengan Rukanah yang terkenal kekuatannya itu, kemudian ia berkata; Domba lawan domba. Kemudian Rasulullah bergulat dan beliau bersabda : Berjanjilah denganku untuk (melakukan gulat) lagi di lain waktu. Kemudian Rasulullah bergulat seraya bersabda: Berjanjilah denganku, lalu Rasulullah saw bergulat untuk ketiga kalinya. Kemudian orang itu bertanya; apa yang harus saya katakan kepada keluargaku? Rasulullah saw menjawab: Katakan “domba telah dimakan oleh serigala, dan seekor dombapun lari.” Kemudian apa pula yang saya katakan untuk yang ketiga? Rasulullah saw menjawab : Kami tidak dapat mengalahkan kamu untuk bergulat karena itu ambillah hadiahmu.” (HR. Abu Daud).

Kalau olahraga yang satu ini butuh kemampuan khusus dan harus sering latihan agar mampu melakukannya dengan baik.

3. Panahan

Memanah adalah olahraga yang paling banyak disebutkan dalam hadist maupun Alquran. Beberapa hadist yang menganjurkan kita untuk belajar memanah adalah,

Rasulullah bersabda : “Lemparlah panahmu itu, dan saya bersama kamu sekalian.” (HR. Bukhari).

Rasulullah bersabda : “Kamu harus belajar memanah, karena memanah itu termasuk sebaik-baik permainanmu.” (HR. Bazzar dan Thabrani).

Namun harus diperhatikan bahwa sasaran panahnya tidak boleh makhluk hidup, Ibnu Umar mengatakan: “Sesungguhnya Rasulullah melaknat orang yang menjadikan sesuatu yang bernyawa sebagai sasaran memanah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

4. Anggar

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, ia berkata : “Ketika orang-orang Habasyah sedang bermain anggar di hadapan Nabi , tiba-tiba Umar masuk kemudian mengambil kerikil dan melemparkannya kepada mereka. kemudian Rasulullah berkata kepada Umar : Biarkanlah mereka itu, wahai Umar.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Orang-orang Habasyah atau Ethiopia bermain anggar di dalam Masjid Nabawi, tempat yang mulia dan Rasulullah membiarkannya. Karena itu banyak yang menganggap permainan anggar ini sebagai salah satu olahraga yang disarankan oleh Rasulullah.

5. Berkuda

Hadits-hadits Rasulullah tentang berkuda sebenarnya sangat banyak. Beberapa di antaranya adalah,

“Sesungguhnya Rasulullah pernah mengadakan pacuan kuda dan memberi hadiah kepada pemenangnya.” (HR. Muslim).
Dalam riwayat Ibnu Majah: “Setiap hal yang melalaikan seorang Muslim hukumnya batil kecuali memanah dengan busur, melatih kuda, dan canda dengan istri.”

Dulu kuda digunakan sebagai kendaraan, kira-kira mengendarai mobil dan motor yang merupakan kendaraan zaman sekarang dianjurkan juga nggak ya?

6. Berenang

Dari segi kesehatan, olahraga renang sangat dianjurkan karena memiliki banyak sekali manfaat bagi tubuh karena mengombinasikan banyak hal. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: "Ajarilah anakmu (olahraga) berenang dan memanah " (HR. Dailami). Sayangnya hadist ini dianggap lemah, tapi tidak ada salahnya juga kalau kita mencoba menekuni olahraga renang.

Hadist-hadist di atas menjelaskan bahwa Islam sangat peduli dengan kesehatan, yuk mulai terapkan gaya hidup sehat mulai sekarang

Sumber : http://taiwanhalal.com/post/171/6-olahraga-yang-dianjurkan-islam-dan-tertulis-dalam-hadist-nabi.html

Gambar Tidak Tersedia

Bicara Baik atau Diam

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, Seseorang mati karena tersandung lidahnya dan seseorang tidak mati karena tersandung kakinya tersandung mulutnya akan menambah (pening) kepalanya sedang tersandung kakinya akan sembuh perlahan.”

Sungguh beruntung orang yang banyak diam ucapannya dihitung sebagai makanan pokok tidak semua yang kita ucapkan ada jawabnya jawaban yang tidak disukai adalah diam sungguh mengherankan orang yang banyak berbuat aniaya sementara meyakini bahwa ia akan mati.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya (hadits no. 6474) dari Sahl bin Sa’id bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

???? ??ض?????? ?ِ? ??اب????? ?ِح??????ِ ????ا ب????? رِج??????ِ أ?ض????? ???ُ ا??ج????ة?

Barang siapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) sesuatu yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, kuberikan kepadanya jaminan masuk surga.”

Yang dimaksud dengan “sesuatu yang ada di antara dua janggutnya” adalah mulut, sedangkan “sesuatu yang ada di antara dua kakinya” adalah kemaluan.

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

???? ??ا?? ?ُؤ??ِ?ُ بِا?????ِ ??ا???????ِ ا??آخِرِ ف?????ُ?? خ???ر?ا أ??? ?ِ??ص??ُت

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)

Ibnu Hajar menjelaskan, “Ini adalah sebuah ucapan ringkas yang padat makna; semua perkataan bisa berupa kebaikan, keburukan, atau salah satu di antara keduanya. Perkataan baik (boleh jadi) tergolong perkataan yang wajib atau sunnah untuk diucapkan. Karenanya, perkataan itu boleh diungkapkan sesuai dengan isinya. Segala perkataan yang berorientasi kepadanya (kepada hal wajib atau sunnah) termasuk dalam kategori perkataan baik. (Perkataan) yang tidak termasuk dalam kategori tersebut berarti tergolong perkataan jelek atau yang mengarah kepada kejelekan. Oleh karena itu, orang yang terseret masuk dalam lubangnya (perkataan jelek atau yang mengarah kepada kejelekan) hendaklah diam.” (lihat Al-Fath, 10:446)

Imam An-Nawawi rahimahullah menyebutkan dalam Syarah Arbain, bahwa Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang hendak berbicara maka hendaklah dia berpikir terlebih dahulu. Jika dia merasa bahwa ucapan tersebut tidak merugikannya, silakan diucapkan. Jika dia merasa ucapan tersebut ada mudharatnya atau ia ragu, maka ditahan (jangan bicara).”

Sebagian ulama berkata, “Seandainya kalian yang membelikan kertas untuk para malaikat yang mencatat amal kalian, niscaya kalian akan lebih banyak diam daripada berbicara.”

Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata dalam kitabnya, Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala, hlm. 45, “Orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara, karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicara dan sedikit yang menyesal karena diam. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak mau jalan”.

Beliau berkata pula di hlm. 47, “Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi dua telinga, sedangkan diberi hanya satu mulut, supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Sering kali orang menyesal pada kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah membawa penyesalan. Menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan itu lebih mudah daripada menarik perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Hal itu karena biasanya apabila seseorang tengah berbicara maka perkataan-perkataannya akan menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang berbicara maka dia akan mampu mengontrol perkataan-perkataannya.”

Beliau menambahkan di hlm. 49, “Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat maka dia akan diam. Sementara orang yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap agamanya.”

Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahih-nya, hadits no.10; dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ا???ُس??ِ?ُ ???? س??ِ?? ا???ُس??ِ?ُ??? ?ِ?? ?ِس?ا?ِ?ِ ????دِ?ِ

Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya.”

Hadits di atas juga diriwayatkan oleh Muslim, no. 64, dengan lafal,

إِ??? ر?جُ?ا? س?أ??? ر?سُ??? ا?????ِ ص????? ا?????ُ ع??????ِ ??س?????? أ???ِ ا???ُس??ِ?ِ???? خ???ر? ??ا?? ???? س??ِ?? ا???ُس??ِ?ُ??? ?ِ?? ?ِس?ا?ِ?ِ ????دِ?ِ

Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Siapakah orang muslim yang paling baik?’ Beliau menjawab, ‘Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya.’

Hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir, hadits no. 65, dengan lafal seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abdullah bin Umar.

Al-Hafizh (Ibnu Hajar Al-Asqalani) menjelaskan hadis tersebut. Beliau berkata, “Hadits ini bersifat umum bila dinisbatkan kepada lisan. Hal itu karena lisan memungkinkan berbicara tentang sesuatu yang telah berlalu, yang sedang terjadi sekarang, dan juga yang akan terjadi pada masa mendatang. Berbeda dengan tangan; pengaruh tangan tidak seluas pengaruh lisan. Walaupun begitu, tangan bisa juga mempunyai pengaruh yang luas sebagaimana lisan, yaitu melalui tulisan. Dan pengaruh tulisan juga tidak kalah hebatnya dengan pengaruh lisan.”

Oleh karena itu, dalam sebuah syair disebutkan,
Aku menulis dan aku yakin pada saat aku menulisnya
Tanganku kan lenyap, namun tulisan tanganku kan abadi
Bila tanganku menulis kebaikan, kan diganjar setimpal
Jika tanganku menulis kejelekan, tinggal menunggu balasan.”

Tentang hadits (yang artinya), “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam,” Imam Ibnu Daqiqil ‘Id rahimahullah mengatakan dalam Syarah Hadits Arbain, “‘Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir‘, maknanya: siapa saja yang beriman dengan keimanan yang sempurna, yang menyelamatkan dari azab Allah dan mengantarkan kepada keridhaan Allah maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dengan keimanan yang sebenarnya, ia takut ancaman-Nya, mengharap pahala-Nya, berusaha mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya, dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya. Kemudian memelihara seluruh anggota tubuhnya yang menjadi gembalaannya, dan ia bertangung jawab terhadapnya, sebagaimana firman-Nya,

إِ??? ا?س????ع? ??ا??ب?ص?ر? ??ا??فُؤ?اد? ?ُ??ُ أُ???ٰئِ?? ??ا?? ع????ُ ??س?ئُ????ا

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung-jawaban.’ (QS. Al-Isra’:36)

??ا ????فِظُ ?ِ?? ?????ٍ إِ???ا ??د????ِ ر??ِ?ب? ع?تِ?د?

Tiada suatu kalimat pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.’ (QS. Qaf :18)

Yakni selalu mengawasinya dan menyaksikan hal ihwalnya, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya,

??إِ??? ع??????ُ?? ??ح?افِظِ???( )?ِر?ا??ا ??اتِبِ???( )??ع????ُ??? ??ا ت?ف?ع??ُ???

Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah), dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ (QS. Al-Infithar:10–12)”

Demikian pula, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada yang menyungkurkan leher manusia di dalam neraka melainkan hasil lisan mereka.” (Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’, no. 5136)

Siapa pun yang mengetahui hal itu dan mengimaninya dengan keimanan yang sebenarnya maka ia bertakwa kepada Allah berkenaan dengan lisannya, sehingga ia tidak berbicara kecuali kebaikan atau diam.” (Tafsir As-Sa’di)

Semoga Allah selalu menjaga lisan kita dari hal-hal yang tidak berguna, agar tidak menuai sesal di hari akhir dengan tidak membawa amal sedikit pun dari jerih payah amal kita di dunia.

ع? أب? ?ر?رة : أ? رس?? ا??? ص?? ا??? ع??? ? س?? ?ا? أ?ت?د?رُ??? ??ا ا???ُف??ِسُ ??ا?ُ??اا???ُف??ِسُ فِ????ا ??ا ر?سُ? ?? ا?????ِ ???? <span style="font-size: 11.0p

Gambar Tidak Tersedia

Manfaat Mendengarkan Cerita Anak

Anak-anak pada dasarnya adalah sosok manusia baru yang benar - benar baru  yang ada didunia ini sehingga mereka memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Serta mereka juga perlu untuk memiliki wawasan yang luas dari orang - orang yang lebih dewasa disekitar mereka yang otomatis memiliki lebih banyak pengetahuan dan pengalaman dibanding mereka. Anak - anak sangat amat perlu untuk dituntun dan ditunjukkan mana baik dan mana buruk. Karena memang benar mereka layaknya kertas putih sehingga perlu coretan baiknyang menjadikan mereka sesuatu yang bermanfaat.

Perlu diketahui bahwa anak - anak juga memiliki perasaan layaknya kita, walaupun mereka sendiri tidak bisa mendefinisikan perasaan mereka sendiri. Bahkan mereka memiliki perasaan yang lebih halus daripada pada orang dewasa. Maka perlu digaris bawahi bahwa anak - anak juga perlu tempat untuk bercerita, perlu orang - orang yang mau mendengarkan cerita mereka dan mampu memilahkan mana yang baik dan buruk untuk mereka, sekali lagi agar mereka tidak tersesat.


Mereka juga ingin mendapat perhatian anda walau hanya seujung jari, sehingga beberapa anak akan terus mengulang pertanyaan yang sama dengan ditambah memanggil - manggil anda serta sedikit tarikan ujung baju. Maka alangkah baiknya anda luangkan sedikit waktu untuk menatap mata anak anda dengan dalam, fokuskan perhatian anda untuk anak anda, dan dengarkan kisahnya sejenak saja agar ia merasa bahagia karena ia merasa dianggap atau diakui keberadaannya.      

Dengan melakukan hal terdebut niscaya anda akan takjub dan merasa bahwa banyak sekali waktu berharga yang anda lewatkan dengan anak anda.


  Dengan cara anda yang selalu perhatian, ingin tahu apa kegiatannya sehari - hari dan selalu mendengarkan ceritannya anda dan anak akan sama - sama mendapat manfaat, berikut manfaatnya.

Beberapa manfaat untuk anak :


1. Merasa Diakui
  Anak akan merasa diakui karena ia didengarkan dan mendapat perhatian dan solusi, sehingga dengan dilakukannya ini anak tidak akan menjadi pribadi yang penyendiri, memendam masalah sendiri dan melakukan hal- hal yang tidak diinginkan.


2. Merasa Aman dan Terlindungi
  Ketika anda sabar dan penuh perhatian ketika mendengarkan anak anda, maka anak anda akan merasa aman berada didekat anda serta membagi semuannya dengan anda serta ketika anda dapat memberikan solusi terbaik untuk masalahnya maka sianak akan merasa terlindungi karena ia dapat menyelesaikan masalahnya dengan pertimbangan solusi dari anda, tapi tetap yang pertama tanya dulu anak anda dulu bagaimana baiknya menurutnya lalu anda sebagai orang tua bisa mengarahkan.


3. Menjadi Pribadi yang Jujur
  Karena ia akan terbiasa mengatakan apa yang sesungguhnya, dan sesuai dengan yang benar - benar terjadi.


  Sedangkan manfaat untuk
orang tua adalah


1. Orang Tua rasa Sahabat


  Anak pada umumnya akan merasa lebih percaya teman dekat daripada orang tua. Dengan anda sharing dengan anak anda maka anak anda akan merasa bahwa anda adalah sosok terbaik dan sosok yang pas untuk bercerita sehingga secara langsung anda juga dapat mengkritik,memberi saran secara langsung tanpa menyinggung. Karena pada dasarnya anak sudah merasa nyaman

. Tapi tetap saya ingatkan anda sendiri juga harus mengontrol jangan terlalu menekan, mengekang anda harus tahu kondisi agar anak tidak merasa kecewa dengan menjadikan anda teman ngobrolnya, atau teman menyalurkan keluh kesahnya.


2. Memantau Perkembangan
  Anda dapat memantau perkembangan anak tanpa menjadi mata - mata (anda harus memiliki lebih besar rasa percaya daripada rasa waspada) karena disini anda akan tahu bagaimana anak disekolah, atau hubungan dengan teman, atau lainnya dan saya rasa ia berkata jujur karena mengingat anda teman terbaik untuk bercerita.

Sumber : https://www.kompasiana.com/dianaputri/5a01d63c8dc3fa65fe4f32f2/manfaat-mendengarkan-cerita-dari-anak

Gambar Tidak Tersedia

Berdonasi Lebih Mudah Melalui Blibli.com

Sejak munculnya berbagai layanan E-Commerce atau pusat jual beli online, sebagian kalangan masyarakat mengalihkan cara belanja sampai transaksi mereka secara online.

Begitu pula dengan cara pembayaran Zakat, Infak/Shadaqah dan donasi lainnya. Biasanya, masyarakat menunaikannya dengan bertatap muka langsung, tetapi kini mayoritas masyarakat lebih suka dan memilih membayar Zakat, Infaq/Shadaqah dan donasi lainnya secara online.

Sebagai Lembaga penyalur kebahagiaan antara para donatur dan juga penerima manfaat, Rumah Zakat tidak hanya berkomitmen menjadi lembaga yang terpercaya, progresif, dan profesional, tapi juga dapat berkolaborasi dengan beragam pihak salahsatunya dengan layanan E-Commerce atau pusat jual beli online Blibli.com.

Seperti halnya transaksi jual beli online, di Rumah Zakat kini Sahabat Berbagi bisa  menunaikan Zakat, Infak/Shadaqah dan donasi lainnya dengan lebih mudah, lebih cepat dan lebih praktis melalui Blibli.com.

Berikut langkah praktis berdonasi melalui Blibli.com :

1.       Akses website https://www.blibli.com/jual/rumah-zakat?s=rumah+zakat

Lakukan pendaftaran apabila Sahabat Berbagi belum terdaftar di Blibli.com

Jika sudah terdaftar, bisa langsung masuk.

2.      Pilih Jenis Layanan Zakat, Ramadhan, Qurban atau donasi lainnya

Bisa dengan lansung meng-klik Salurkan pada masing-masing Layanan

3.      Masukan jumlah nominal

4.      Pilih Cara Pembayaran. Klik Selanjutnya untuk proses pembayaran

5.      Selesai

 

Pilih cara donasi lebih mudah di Blibli.com, Big Choice, Big Dea

Gambar Tidak Tersedia

Mudahnya Donasi dengan e-Pay BRI

Sebagai Lembaga Filantropi yang mengelola Zakat, Infak, Shadaqah, serta Dana Sosial lainnya, Rumah Zakat terus berkomitmen untuk memberikan Layanan Kemudahan Donasi kepada seluruh Sahabat Zakat.

Kini semua kebutuhan pembayaran Zakat, Infaq/Shadaqah, Fidyah, Wakaf dan Program Kemanusiaan Sahabat Zakat yang akan disalurkan melalui Rumah Zakat akan menjadi lebih mudah dan lebih praktis dengan e-Pay BRI.

Berikut langkah-langkah Transaksi melalui e-Pay BRI :

1.        Kunjungi website www.sharinghappiness.org

2.       Pilih jenis donasi

3.       Masukkan jumlah donasi

4.      Pilih e-Pay BRI

5.       Input User ID, input Password/PIN dan Paycode

6.      Konfirmasi transaksi

Dengan hadirnya Layanan Kemudahan Donasi melalui e-Pay BRI, semoga bisa memudahakan kebutuhan Sahabat Zakat untuk berbagi.

Gambar Tidak Tersedia

Cara Rasulullah SAW Sambut Ramadhan

Persiapan Rasul tersebut bukan hanya bersifat jasmani, melainkan paduan jasmani dan rohani mengingat puasa sebagaimana ibadah yang lain adalah paduan ibadah jasmani dan rohani, di samping ibadah yang paling berat di antara ibadah wajib (fardu) lainnya.

Oleh sebab itu, ia disyariatkan paling akhir di antara ibadah wajib lainnya. Persiapan jasmani tersebut dilakukan oleh Rasul SAW melalui puasa Senin-Kamis dan puasa hari-hari putih (tanggal 13,14 dan 15) setiap bulan sejak bulan syawal hingga Sya’ban.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW senantiasa puasa Senin dan Kamis. Dikatakan kepada beliau, “Wahai Rasul, engkau senantiasa puasa Senin dan Kamis.”

Beliau menjawab, “Sesungguhnya pada setiap hari Senin dan Kamis Allah SWT mengampuni dosa setiap Muslim, kecuali dua orang yang bermusuhan. Allah berfirman, ‘Tangguhkanlah keduanya sampai keduanya berdamai’.” (HR. Ibnu Majah).

Dalam kaitannya dengan puasa tiga hari setiap bulan, Rasul SAW bersabda kepada Abu Dzar Al-Ghifari RA, “Wahai Abu Dzar, jika engkau ingin berpuasa setiap bulan, maka puasalah tanggal 13,14 dan 15.” (HR. Tirmidzi).

Sedangkan persiapan rohani dilakukan oleh Rasul SAW melalui pembiasaan shalat tahajud setiap malam serta zikir setiap waktu dan kesempatan. Bahkan, shalat tahajud yang hukumnya sunah bagi kaum Muslimin menjadi wajib bagi pribadi Rasul SAW.

Diriwayatkan oleh Aisyah RA yang bertanya kepada Rasul SAW mengenai pembiasaan ssalat tahajud, padahal dosa-dosa beliau telah diampuni oleh Allah SWT, Rasul SAW menjawab dengan nada yang sangat indah, “Apakah tidak boleh aku menjadi hamba yang pandai bersyukur?”

Memasuki bulan Sya’ban, Rasul SAW meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah puasa, qiyamul lail, zikir dan amal salehnya. Peningkatan tersebut dikarenakan semakin dekatnya bulan Ramadhan yang akan menjadi puncak aktifitas kesalehan dan spiritualitas seorang Muslim.

Jika biasanya dalam sebulan Rasul SAW berpuasa rata-rata 11 hari, maka di bulan Sya’ban ini beliau berpuasa hampir sebulan penuh. Dikisahkan oleh Aisyah RA bahwasanya, “Rasulullah banyak berpuasa (di bulan Sya’ban) sehingga kita mengatakan, beliau tidak pernah berbuka dan aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah banyak berpuasa (di luar Ramadhan) melebihi Sya’ban.” (HR. Bukhari-Muslim).

Dalam riwayat Usama bin Zayed RA dikatakan, “Aku bertanya kepada Rasul, ‘Wahai Rasulullah, Aku tidak melihatmu banyak berpuasa seperti di bulan Sya’ban?’ Beliau menjawab, ‘Sya’ban adalah bulan yang dilupakan manusia, letaknya antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan tersebut amal manusia diangkat (ke langit) oleh Allah SWT dan aku menyukai pada saat amal diangkat aku dalam keadaan berpuasa’.” (HR. An-Nasa’i).

Sya’ban adalah bulan penutup rangkaian puasa sunah bagi Rasulullah SAW sebelum berpuasa penuh di bulan Ramadhan. Jika Rasul telah mempersiapkan penyambutan Ramadhan dengan berpuasa minimal 11 hari di luar Sya’ban dan 20-an hari di bulan Sya’ban, berarti untuk menyambut Ramadhan Rasulullah SAW telah berpuasa paling sedikitnya 130 hari atau sepertiga lebih dari jumlah hari dalam setahun.

Maka, hanya persiapan yang baiklah yang akan mendapat hasil yang baik, dan demikian pula sebaliknya. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan kepada kita untuk mempersiapkan diri di bulan Sya’ban sehingga memperoleh hasil yang maksimal di akhir Ramadhan.

Demi memperoleh gambaran utuh dan mendetail dari manajamen Ramadhan Rasulullah, setidaknya ada empat  situasi yang perlu kita perhatikan.

1.        Sebelum memasuki Ramadhan

Para Salafus shalih selalu merindukan kedatangan Ramadhan. Untaian doa selalu terucap dari lisan-lisan mereka agar diberi kesempatan menemui Ramadhan sejak enam bulan sebelum Ramadhan tiba.

Contohnya, Imam Malik setelah pengajiannya sering menyarankan para murid dan sahabatnya untuk mempelajari bagaimana para sahabat memenej kehidupan ini, termasuk hal-hal yang terkait dengan Ramadhan mereka. Meskipun tidak mendapatkan kesempatan untuk hidup bersama para Sahabat, namun nya mampu meneladani mereka melalui sejarah hidup mereka.

Ma’la Bin Fadhal berkata: “Dulu Sahabat Rasulullah berdoa kepada Allah sejak enam bulan sebelum masuk Ramadhan agar Allah sampaikan umur mereka ke bulan yang penuh berkah itu. Kemudian selama enam bulan sejak Ramadhan berlalu, mereka berdoa agar Allah terima semua amal ibadah mereka di bulan itu. Di antara doa mereka ialah : Yaa Allah, sampaikan aku ke Ramadhan dalam keadaan selamat. Yaa Allah, selamatkan aku saat Ramadhan dan selamatkan amal ibadahku di dalamnya sehingga menjadi amal yang diterima.” (HR. at Thabrani: 2/1226).

Melihat kepada sikap dan doa yang mereka lakukan, terlihat jelas bagi kita bahwa para sahabat dan generasi setelahnya sangat merindukan kedatangan Ramadhan. Mereka sangat berharap dapat berjumpa dengan Ramadhan demi mendapatkan semua janji dan tawaran Allah dan Rasul-Nya dengan berbagai keistimewaan yang tidak terdapat di bulan-bulan lain.

Hal tersebut menunjukkan bahwa para sahabat dan generasi setelahnya betul-betul memahami dan yakin  akan keistimewaan dan janji Allah dan Rasul-Nya yang amat luar biasa seperti rahmah (kasih sayang), maghfirah (ampunan) dan keselamatan dari api neraka. Inilah yang diungkapkan Imam Nawawi, “Celakalah kaum Ramadhaniyyin. Mereka tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan.”

Sesungguhnya Rasulullah, sahabat dan generasi setelahnya mengenal Allah sejak jauh-jauh hari sebelum Ramadhan dan di bulan Ramadhan pengenalan mereka kepada Allah lebih bertingkat.

2.       Saat memasuki Ramadhan

Ketika terbitnya hilal di ufuk pertanda Ramadhan tiba, Rasul dan para sahabat menyambutnya dengan suka cita sembari membacakan doa seperti yang diceritakan Ibnu Umar dalam hadits berikut :

 “Dari Ibnu Umar dia berkata : Bila Rasul melihat hilal dia berkata : Allah Maha Besar. Ya Allah, jadikanlah hilal ini bagi kami membawa keamanan, keimanan, keselamatan, keislaman dan taufik kepada yang dicintai Robb kami dan diridhai-Nya. Robb kami dan Robbmu (hilal) adalah Allah.” (HR. Addaromi).

Itulah gambaran nyata dari Rasul  dan para sahabat ketika meyambut kedatangan bulan penuh berkah ini. Bukan dengan hiruk pikuk yang penuh kebisingan dan tabdzir dengan pawai disertai pesta kembang api atau petasan di jalanan sambil keliling kota atau desa memukul beduk dan sebagainya.

Namun, Rasulullah dan para sahabat menyambutnya dengan keyakinan, dan perasaan rindu yang mendalam  akan kebesaran Ramadhan. Dengan harapan, jika amal ibadah Ramadhan dijalankan dengan ikhlas dan khusyu’, mereka akan meraih rahmat, ampunan dan terbebas dari api neraka. Ketiga nikmat itu tidak akan ternilai harganya bagi mereka dibandingkan dengan dunia dan seisinya.

3.       Setelah memasuki Ramadhan

Setelah memasuki awal Ramadhan hingga akhir, Rasulullah dan para sahabat meningkatkan ketaqwaan untuk menahan diri dari berbagai syahwat dan perbuatan yang dapat merusak kesempurnaan puasa. Mereka menutup setiap celah syahwat dengan “mengetuk” setiap pintu kebajikan. Seperti syahwat anggota tubuh atau menyakiti orang lain dan semacamnya. Semuanya dilakukan sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari.

Rasulullah dan para sahabat menghidupkan siang dan malam dengan berbagai amal ibadah. Seperti bersedekah, shalat taraweh, berzikir, membaca dan tadabbur Al-Qur’an dan berbagai ibadah lainnya. (Bahkan, ibunda Aisyah pernah berkata bahwa Rasulullah adalah orang yang paling dermawan dan lebih dermawan lagi ketika di bulan Ramadhan.(Muhammad ad-tirmidzi: 164). Artinya, selama Ramadhan Rasulullah dan para sahabat benar-benar menfokuskan diri bertaqorrub kepada Allah melalu training manajemen syahwat dan sekaligus training manajemen ibadah. Dua hal inilah yang mesti dimiliki oleh setiap hamba yang ingin mendapat ridha Allah di dunia dan bertemu dengan-Nya di syurga.

4.      Ketika memasuki sepertiga akhir Ramadhan

Ketika memasuki sepertiga akhir Ramadhan, akan kita temukan sesuatu yang sangat berbeda pada diri Rasulullah  dengan mayoritas Muslim hari ini. Rasulullah mengencangkan tali ikat pinggangnya pertanda bertambahnya kesungguhan nya untuk beribadah dan menghidupkan malam-malamnya dan  membangunkan keluarganya untuk shalat dan berdzikir agar tidak kehilangan keberkahan yang melimpah ruah pada malam-malam tersebut. danNya menghabiskan waktu tersebut terkhusus untuk beri’tikaf di masijid. (Muttafaq ‘alaihi)

Adapun masyarakat Muslim dewasa ini mayoritas menghabiskan waktu mereka di pasar atau pusat perbelanjaan. Artinya, Rasulullah dan para sahabat lebih giat dalam beribadah di sepertiga akhir Ramadhan, sedangkan mayoritas umat Muslim menghabiskan waktu dan kekayaannya demi kepentingan dunia semata.

v  Ini 3 Hal Yang Dilakukan Rasulullah Menyambut Ramadhan

Berbagai cara dan tradisi menyambut datangnya bulan Ramadhan banyak dimanfaatkan umat muslim mulai dari untuk bersilaturahmi, mensucikan diri dan jiwa, saling memaafkan hingga berbagi rezeki kepada kepada mereka yang tidak mampu. Tidak berbeda jauh dengan umat muslim di masa sekarang, pada masa Nabi Muhammad SAW-pun, cara dan tradisi menyambut Ramadhan juga terbilang cukup unik dan patut dicontoh. Rasulullah menganjurkan umatnya untuk agar mempersiapkan diri menyambut kedatangan bulan yang mulia ini, salah satunya yaitu dengan memperbanyak ibadah.

Rasulullah sendiri, telah terbiasa menjalankan puasa sunah pada hari Senin dan Kamis yang juga diikuti dengan makan sebelumnya. Hal ini dilakukan semata-mata untuk mempersiapkan mental sekaligus fisik saat bulan Ramadhan tiba. Ingin tahu apa yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya saat menyambut bulan Ramadhan?

  1. Menyambut dengan suka-cita

Pada masa Rasulullah, digambarkan bahwa seorang muslim, terutama Rasulullah dan para sahabatnya menyambut bulan Ramadhan dengan hati yang dipenuhi rasa suka cita. Dalam dirinya sudah terbayang suasana indah Ramadhan dan suasana itupun sudah tergambar dalam hati dan terukir dalam pikirannya. Kehadiran bulan Ramadhan selalu dirindukan dan dinanti-nantikan.

  1. Memikirkan hal-hal sekecil-kecilnya

Hal yang bisa dikatakan cukup lucu ini, yaitu saat para sahabat Rasulullah tak bedanya seperti calon pengantin yang sudah menanti-nantikan hari pernikahannya. Jauh hari sebelum bulan Ramadhan tiba, mereka sudah memikirkan hal-hal yang paling kecil dan terlihat sepele sekalipun. Beberapa hal, seperti gaun apa yang akan dikenakan, apa yang akan mereka ucapkan, hingga bagaimana menata jalan dan senyum mereka sudah terpikirkan oleh para sahabat Rasul. Di masa itu juga, tidak ada seorang muslim yang bersedih hati ketika menyambut Ramadhan. Sebaliknya, mereka menyambut Ramadhan dengan antusias dan hati yang dipenuhi rasa suka cita.

  1. Berkumpul di masjid dan mendengarkan khutbah

Saat berkumpul di masjid ini juga dimanfaatkan oleh kaum muslimin untuk saling meminta maaf. Seperti seorang sahabat kepada sahabatnya, seorang anak kepada orang tuanya, seorang adik kepada kakaknya, dan seterusnya. Hal ini dilakukan karena mereka ingin memasuki bulan suci ini tanpa beban dosa dan memasuki bulan Ramadhan dengan keadaan diri yang suci dan bersih.

Demi meraih tujuan tersebut, maka momentum yang penuh berkah ini perlu dijadikan sebagai momentum Training Manajemen Syahwat, dan sekaligus menjadi Training Manajemen Ibadah. Inilah yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam.

Oleh karena itu,  demi tercapainya tujuan tersebut mengetahui manajemen Ramadhan Rasulullah menjadi suatu keharusan.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/07/15/m76wv6-cara-rasulullah-sambut-ramadhan

https://www.1001inspirasiramadhan.com/article/puasa/ini-3-hal-yang-dilakukan-rasulullah-menyambut-ramadhan

Gambar Tidak Tersedia

Pilar Utama Keikhlasan

Ikhlas ialah, menghendaki keridhaan Allah dalam suatu amal, membersihkannya dari segala individu maupun duniawi. Tidak ada yang melatarbelakangi suatu amal, kecuali karena Allah dan demi hari akhirat. Tidak ada noda yang mencampuri suatu amal, seperti kecenderungan kepada dunia untuk diri sendiri, baik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan, atau karena mencari harta rampasan perang, atau agar dikatakan sebagai pemberani ketika perang, karena syahwat, kedudukan, harta benda, ketenaran, agar mendapat tempat di hati orang banyak, mendapat sanjungan tertentu, karena kesombongan yang terselubung, atau karena alasan-alasan lain yang tidak terpuji; yang intinya bukan karena Allah, tetapi karena sesuatu; maka semua ini merupakan noda yang mengotori keikhlasan.

Landasan niat yang ikhlas adalah memurnikan niat karena Allah semata. Setiap bagian dari perkara duniawi yang sudah mencemari amal kebaikan, sedikit atau banyak, dan apabila hati kita bergantung kepadanya, maka kemurniaan amal itu ternoda dan hilang keikhlasannya. Karena itu, orang yang jiwanya terkalahkan oleh perkara duniawi, mencari kedudukan dan popularitas, maka tindakan dan perilakunya mengacu pada sifat tersebut, sehingga ibadah yang ia lakukan tidak akan murni, seperti shalat, puasa, menuntut ilmu, berdakwah dan lainnya.

Kedudukan Ikhlas

Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162). Surat Al-Bayyinah ayat 5 menyatakan, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” Rasulullah saw. bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama; cukup bagimu amal yang sedikit.”

Tatkala Jibril bertanya tentang ihsan, Rasul saw. berkata, “Engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu.” Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.”

Fudhail bin Iyadh memahami kata ihsan dalam firman Allah surat Al-Mulk ayat 2 yang berbunyi, “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” dengan makna akhlasahu (yang paling ikhlas) dan ashwabahu (yang paling benar). Katanya, “Sesungguhnya jika amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Dan jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima. Sehingga, amal itu harus ikhlas dan benar. Ikhlas jika dilakukan karena Allah Azza wa Jalla dan benar jika dilakukan sesuai sunnah.” Pendapat Fudhail ini disandarkan pada firman Allah swt. di surat Al-Kahfi ayat 110.

Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”

Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”

 

Makna Ikhlas

Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.

Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.

Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.

Karena itu, bagi seorang dai makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, sebutan, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian si dai menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.” Dai yang berkarakter seperti itulah yang punya semboyan ‘Allahu Ghayaatunaa‘, Allah tujuan kami, dalam segala aktivitas mengisi hidupnya.

 

Buruknya Riya

Makna riya adalah seorang muslim memperlihatkan amalnya pada manusia dengan harapan mendapat posisi, kedudukan, pujian, dan segala bentuk keduniaan lainnya. Riya merupakan sifat atau ciri khas orang-orang munafik. Disebutkan dalam surat An-Nisaa ayat 142, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat itu) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”

Riya juga merupakan salah satu cabang dari kemusyrikan. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takuti pada kalian adalah syirik kecil.” Sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Riya. Allah berkata di hari kiamat ketika membalas amal-amal hamba-Nya, ‘Pergilah pada yang kamu berbuat riya di dunia dan perhatikanlah, apakah kamu mendapatkan balasannya?'” (HR Ahmad).

Dan orang yang berbuat riya pasti mendapat hukuman dari Allah swt. Orang-orang yang telah melakukan amal-amal terbaik, apakah itu mujahid, ustadz, dan orang yang senantiasa berinfak, semuanya diseret ke neraka karena amal mereka tidak ikhlas kepada Allah. Kata Rasulullah saw., “Siapa yang menuntut ilmu, dan tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan perhiasan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan wangi-wangi surga di hari akhir.” (HR Abu Dawud)

 

Ciri Orang Yang Ikhlas

Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat, diantaranya:

1.        Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.”

Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad.

Al-Qur’an telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang ikhlas dan sifat orang-orang munafik, membuka kedok dan kebusukan orang-orang munafik dengan berbagai macam cirinya. Di antaranya disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 44-45, “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.”

2.       Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah)

Tujuan yang hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun.

3. Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa senang jika kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai, sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya.


Sumber : https://www.dakwatuna.com/2008/05/03/582/tiga-ciri-orang-ikhlas/

Ceramah Aa Gym

Gambar Tidak Tersedia

Menjadi Pribadi yang Menyenangkan di Hadapan Allah SWT

Menjadi mulia adalah keinginan setiap manusia, namun tidak setiap manusia mengetahui hakekat kemuliaan. Kemuliaan yang hakiki adalah mulia di sisi Allah.

Mulia di sisi Allah pasti mendatangkan keberkahan yang sebenarnya. Lalu ukuran apakah yang bisa digunakan untuk menilai seseorang mulia di sisi Allah atau tidak?
Satu-satunya ukurannya adalah ketaqwaaan. Jika seseorang sudah mencapai derajat taqwa, dia telah mulia di sisi Allah. Semakin tinggi tingkat ketaqwaannya, semakin mulia kedudukannya di sisi Allah. Sekadar ber-Islam dan beriman tanpa bertaqwa bukanlah ukuran mulia di sisi Allah. Apatah lagi harta, kedudukan, jabatan, profesi, gelar akademik dan gelar-gelar lainnya, prestasi akademik dan prestasi-prestasi lainnya, pakaian kebesaran dan pakaian-pakaian lainnya, popularitas, ketampanan atau kecantikan, dan hal-hal yang bersifat duniawi lainnya.

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat [49]:13)

Dengan berpedoman pada wahyu-Nya tersebut, manusia bisa melihat dirinya sendiri dan orang lain secara kasat mata apakah telah mencapai derajat taqwa dan seberapa tinggi tingkat ketaqwaanya.

Salah satu ciri orang-orang yang bertaqwa dalam al-Quran adalah “yuqiimuun ash-sholah” (mendirikan shalat) sebagaimana tersebut dalam dua ayat berikut ini.
“Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah [2]:2-3)

Kata ash-sholah di dalam al-Qur’an bergandengan dengan kata kerja dasar aqooma (mendirikan) bukan ’amala (mengerjakan). Dalam ayat tersebut di atas, kata yang bergandengan dengan kata as-sholah adalah yuqiimuna (mendirikan), bukan ya’maluuna (mengerjakan). Yang dimaksud dengan mendirikan shalat adalah memelihara atau menjaga shalat, dalam arti tidak melalaikannya. Definisi tidak melalaikan shalat adalah sebagai berikut: Shalat wajib lima waktu tidak ada yang bolong. Melakukan setiap shalat dengan khusyu’ dan tuma’ninah. Melaksanakan shalat fardhu tepat waktu (tidak menunda-nunda) dan bagi laki-laki wajib berjama’ah di masjid (musholla/surau/nama lainnya).

Selain mendirikan shalat. ciri orang bertaqwa lainnya yang juga penting untuk dikemukakan di sini adalah sedikit tidur di malam hari dengan cara segera tidur di awal malam dan segera bangun di tengah malam atau di akhir malam sebelum fajar menyingsing untuk beribadah kepada Allah dengan mendirikan shalat Lail (tahajjud), membaca al-Qur’an, berdzikir, memanjatkan do’a, dan memohon ampun kepada Allah.

Al-Quran menyebutkan;

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Adz-Dzaariyaat [51]:15-18)

Sedangkan ciri lain orang yang paling bertaqwa adalah menafkahkan hartanya di jalan Allah.

“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya.” (QS. Al-Lail [92]:17-18)

Kemudian, keuntungan apa saja yang pasti diperoleh oleh orang-orang bertaqwa?
Salah satu keuntungan yang didapatkan orang bertaqwa di dunia adalah ketika ajal datang kepadanya malaikat mencabut nyawanya dalam keadaan baik. Ketika meninggal, setiap orang berbeda keadaannya, ada yang baik dan ada yang tidak baik. Baik atau tidak tergantung masing-masing individu, apakah telah mencapai derajad taqwa atau tidak.

“(yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Salaamun’alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”.” (QS. An-Nahl [16]: 31-32)

Di akhirat, keuntungan yang akan didapatkan orang-orang bertaqwa adalah memperoleh surga yang memang sudah disediakan khusus oleh Allah untuk mereka.

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali I’mron [3]:133)

Dengan mengetahui keberkahan yang pasti diperoleh oleh orang-orang yang bertaqwa yang tidak bisa diragukan lagi pasti mulia di sisi Allah apakah kita masih mengejar kemuliaan diri dan memuliakan manusia yang dimuliakan menurut kaca mata dan di mata manusia?

Karenanya, marilah kita jadikan diri kita, apapun profesi kita. Baik sebagai pemimpin, pejabat, pemilik dan pelaku media, selebritis, maupun lainnya berusaha menjadikan diri kita sendiri mulia di sisi Allah dan memuliakan orang-orang yang mulia di sisi Allah.

Inilah kriteria orang yang paling baik di hadapan Allah :

1.       Orang yang paling bermanfaat untuk orang lain.
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lainnya.” (HR. Thabrani)

2.       Orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain.
“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah mereka yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari-Muslim)
“Manusia yang paling baik adalah mereka yang paling banyak bacaan dan ilmu Al Qur’an, paling bertakwa, dan paling suka ber-amar ma’ruf nahi munkar serta paling rajin menyambung silaturahim.” (HR. Ahmad)

3.      Suami yang paling baik kepada keluarganya.
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan aku adalah yang terbaik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi)

4.      Orang yang paling baik akhlaknya dalam menuntut ilmu.
Ilmu yang penting dipelajari (wajib ‘ain) oleh setiap muslim adalah ilmu mengenai akidah, akhlak, dan fikih.

5.       Orang yang panjang umur dan paling baik amalannya.
“Sebaik-baik kalian adaalah yang terbaik akhlaknya.” (HR. Bukhari-Muslim)

6.      Orang yang paling diharapkan kebaikannya dan terjaga keburukannya.
“Sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang kebaikannya selalu diharapkan dan orang lain merasa aman dari keburukannya.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

7.       Orang yang tidak sukar melunasi hutangnya.

8.      Orang yang suka memberi makanan pada saudaranya.

Bagaimana cara menjadi pribadi yang menyenangkan menurut Islam yang bisa anda lakukan? Berikut tipsnya.

1.        Tersenyumlah

Dalam Islam, orang yang paling menyenangkan adalah sosok dari Rasulullah SAW. Ia tidak hanya disegani oleh lawan. Namun, jika berhadapan dengan kaum muslim ia menjadi pribadi yang menyenangkan.Rasulullah SAW wajib kita contoh pribadinya termasuk cara beliau menyenangkan orang lain. Salah satunya anjuran beliau untuk memberikan senyum kepada saudara muslim yang lain.
Sabdanya,  “Senyum manismu dihadapan saudaramu adalah shadaqah” (HR. Tirmidzi).
Coba bayangkan, jika ada seseorang yang bertemu dengan kita kemudian kita tersenyum maka bisa jadi orang tersebut merasa terhibur. Ia ikut juga ikut senyum karena kita memulai senyum kepadanya, maka hilanglah sedikit kedukaan yang ada dalam hatinya.

2.       Jangan Sungkan Menyapa Orang Lain.

Menyapa orang lain membuat ia merasa diperhatikan dan merasa dihargai.
Berilah sapaan kepada tetangga, teman, atau saudara anda. Maka mereka akan merasa  dirinya penting buat anda. Efeknya, rasa persahabatan diantara anda akan semakin erat. Sehingga, orang lain akan merasa senang di saat berada di dekat anda.

Menyapa orang lain hendaknya dengan sesuatu yang baik. Di dalam Islam, ummatnta diajarkan untuk senantiasa mengamalkan saling sapa diantara mereka dengan salam. Saling memberi ucapan salam kepada mereka satu sama lain.

Hadits dari Rasulullah SAW yang artinya, "Sebarkanlah salam diantara kamu" (HR. Muslim).

Bahkan salam ini merupakan perkataan para penduduk surga kelak di akhirat. Mereka saling memberi salam satu sama lain, berharap diberikan keselamatan dan kebahagiaan buat mereka.
Menyapa orang lain, termasuk di dalamnya adalah kemampuan untuk mengingat nama orang lain. Berlatihlah untuk mengingat nama orang lain di saat anda bertemu atau berkenalan.
Di saat anda mengingatnya dan bertemu pada kesempatan selanjutnya maka hal itu menjadi sesuatu yang sangat berharga baginya.

3.       Hindari Buruk Sangka

Orang yang bisa diterima di dalam pergaulan adalah orang yang mampu memperlakukan orang sama satu sama lain. Ia tidak membedakan perlakuannya adil.
Nabi SAW berpesan dalam haditsnya, "Jauihilah olehmu berburuk sangka" (HR. Muttafaq alaih)

4.      Berilah Empati

Sifat empati adalah kemampuan seseorang untuk ikut merasakan dan memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang lain. Rasakan dengan baik-baik apa yang dirasakan oleh orang lain. Kenali jalan pikirannya dan berikan solusi baginya jika ia membutuhkan.
Karena sesungguhnya solusi atau nasihat yang engkau berikan kepadanya merupakan salah satu tanda engkau berempati, peduli terhadap orang lain.
Nabi SAW berpesan kepada ummatnya untuk senantiasa saling menasehati, bahkan dikatakan bahwa agama adalah nasihat.
“Agama adalah nasihat” (HR Muslim, Abu Dawud dan an-Nasai’i).

5.       Jadilah Pendengar yang Baik

Keahlian untuk menjadi pendengar yang baik harus juga diasah dalam diri agar menjadi sebuah kebiasaan positif.
Kita biasanya akan susah menjadi orang yang berempati kepada orang lain, jika kita tidak mampu menjadi pendengar yang baik.
Pendengar yang baik mampu dan mau mendengarkan penjelasan orang lain sebelum ia bertindak atau mengambil keputusan. Seorang ibu atau istri yang tidak mau mendengarkan penjelasan anak atau suaminya, maka bisa membuat hubungan menjadi tidak harmonis.

Cobalah untuk dengarkan penjelasannya. Dengarkan kesahnya. Dan jangan terlalu cepat men-justice seseorang itu salah dan anda adalah pihak yang benar. Ingat, bahwa disaat anda marah di saat mengambil keputusan, walaupun anda berada pada pihak yang benar tetapi bisa saja anda terjatuh pada keputusan yang salah dikarenakan anda mengambil keputusan dalam keadaan emosional, marah.

Nabi SAW memberikan nasihat buat kita agar tidak mudah marah, “Jika di antara kalian marah maka hendaklah ia diam” (HR Imam Ahmad).
“Jangan marah, maka bagimu syurga” (HR.Thabrani).

6.      Kontak Mata

Di saat anda berbicara dengan orang lain, hendaknya anda memperhatikan ia berbicara.
Lakukan kontak mata dengan lawan bicara anda agar ia merasa di hargai.
Hal sederhana ini bisa membuat anda menjadi pribadi yang menyenangkan bagi orang lain karena ia merasa di hargai disaat anda menatapnya saat berbicara.
Orang yang cenderung tidak mau menatap mata lawan bicaranya disaat berkomunikasi, secara
psikologi berarti ada sesuatu yang ia sembunyikan kepada lawan bicaranya.
Bisa juga berarti ia tidak menaruh minat atau perhatian kepada orang lain. Sehingga bisa saja, orang lain merasa diabaikan. Hal ini bisa menimbulkan kesan kesombongan.
Oleh karena itu, tataplah mata lawan bicara anda disaat ia berbicara kepada anda. Maka hal itu bisa membuat anda menjadi sosok yang menyenangkan dalam pandangan orang lain.

7.       Berilah Pujian, Ia akan Sangat Suka Hal Demikian

Untuk menjadi pribadi yang menyenangkan, maka tidak ada salahnya anda sesekali memberikan pujian kepada orang lain.
Berilah pujian kepadanya pada hal yang sesuai dengan kelebihan yang ada dalam dirinya. Entah itu karena sikapnya, kemampuannya ataupun yang lain.
Ia akan merasa sangat dihargai dengan pujian kecil yang anda berikan. Selain itu, orang yang dipuji misal dalam pekerjaan, maka ia akan cenderung lebih termotivasi untuk semakin lebih baik.

 

8.      Jadilah Orang yang Rendah Hati

Rendah hati beda dengan sifat rendah diri.
Rendah hati berarti tidak menyombongkan terhadap apa yang kita miliki.
Kalau rendah diri, ini adalah sifat mental dalam diri yang cenderung pemalu.
Orang yang rendah hati kepada orang lain, dalam pergaulan cenderung akan disenangi banyak orang.
Ia disenangi orang lain dikarenakan kebanggaannya terhadap apa yang ia miliki tidak membuatnya meremehkan orang lain.
Berusaha untuk selalu rendah hati dalam pergaulan akan menjauhkan kita dari sifat selalu merasa benar.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam benci kepada orang yang berdiri menghormatinya.  dari Anas radhiyallahu 'anhu berkata, " Tak seorang pun yang mereka cintai lebih dari cinta mereka kepada Rasulullah SAW, tapi jika mereka melihat Rasulullah SAW mereka tidak berdiri untuk menghormatinya karena beliau membenci hal yang demikian. (HR. Ahmad Dan Tirmadzi.)

Sedangkan orang yang rendah diri, dalam pergaulan cenderung tertutup. Dikarenakan ia tidak yakin terhadap kemampuan dirinya. Akibatnya, orang lain pun tidak mampu memahami ataupun menghargai kemampuan atau kelebihannya.

Sumber :

https://cybermujahidah.wordpress.com/2015/02/14/sebaik-baik-manusia-di-hadapan-allah/

https://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2011/04/29/3653/menjadi-mulia-dengan-memuliakan-diri-di-hadapan-allah.html

Gambar Tidak Tersedia

Mau Donasi? Di BUKALAPAK Aja

Menunaikan zakat, infaq dan donasi lainnya di Rumah Zakat kini akan menjadi lebih mudah, dan praktis dengan BukaLapak.

Rumah Zakat sampai saat ini terus berinovasi memberikan pelayanan terbaik. Salah satunya dengan meluncurkan inovasi BukaZakat di fitur BukaLapak.

Dengan fitur BukaZakat ini, kini Sahabat Berbagi bisa menunaikan zakat, infaq dan donasi lainnya dengan sangat mudah, praktis, aman, dan tanpa repot di BukaLapak.

Berikut langkah-langkahnya :

1.      Akses website https://www.bukalapak.com/rumah-zakat-official

2.      Pilih Jenis Layanan Zakat, Donasi atau Qurban

3.      Pilih Rumah Zakat sebagai lembaga pilihan Penyalur Zakat, dengan klik Lanjut pada kolom BukaZakat

4.      Pilih halaman BukaZakat dengan memasukan nominal Zakat yang harus dibayarkan.

Dihalaman BukaZakat ini tersedia informasi mengenai Perhitungan untuk Zakat Profesi serta Formulir Pengurang Pajak (Opsional).

5.      Jika nominal sudah diinput, pilih Cara Pembayaran. Klik Selanjutnya untuk proses pembayaran.

6.      Selesai