Lima Perusak Amal di Bulan Ramadhan
Lima hal ini patut dihindari ketika kita menjalankan puasa di Bulan Ramadhan. Inilah hal-hal perusak di bulan Ramadhan.
1. Tanpa Ilmu
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
اَنَّ العَامÙÙ„ÙŽ بÙلَا عÙÙ„Ù’Ù…Ù ÙƒÙŽØ§Ù„Ø³ÙŽÙ‘Ø§Ø¦ÙØ±Ù بÙلاَ دَلÙيْل٠وَمَعْلÙوْمٌ اَنَّ عَطَبَ Ù…ÙØ«Ù’ل٠هَذَا اَقْرَب٠مÙنْ سَلاَمَتÙه٠وَاÙنْ Ù‚ÙØ¯Ùّرَ سَلاَمَتÙÙ‡Ù Ø§ÙØªÙÙ‘Ùَاقًا Ù†ÙŽØ§Ø¯ÙØ±Ù‹Ø§ ÙÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ غَيْر٠مَØÙ’Ù…Ùوْد٠بَلْ مَذْمÙوْمٌ عÙنْدَ العÙقَلاَءÙ
“Orang yang beramal tanpa ilmu bagai orang yang berjalan tanpa ada penuntun. Sudah dimaklumi bahwa orang yang rusak karena berjalan tanpa penuntun tadi akan mendapatkan kesulitan dan sulit bisa selamat. Taruhlah ia bisa selamat, namun itu jarang. Menurut orang yang berakal, ia tetap saja tidak dipuji bahkan dapat celaan.”
Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berkata,
مَنْ Ùَارَقَ الدَّلÙيْل ضَلَّ السَّبÙيْل وَلاَ دَلÙيْلَ Ø¥Ùلاَّ بÙمَا جَاءَ بÙه٠الرَّسÙوْل
“Siapa yang terpisah dari penuntun jalannya, maka tentu ia bisa tersesat. Tidak ada penuntun yang terbaik bagi kita selain dengan mengikuti ajaran Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.” (Lihat Miftah Dar As-Sa’adah, 1:299)
2. Masih meneruskan maksiat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ø±ÙØ¨ÙŽÙ‘ صَائÙÙ…Ù ØÙŽØ¸Ùّه٠مÙنْ صÙيَامÙه٠الجÙوْع٠وَالعَطَشÙ
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga saja.” (HR. Ahmad, 2:373. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanadnya jayyid)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزÙّور٠وَالْعَمَلَ بÙÙ‡Ù Ùَلَيْسَ Ù„Ùلَّه٠ØÙŽØ§Ø¬ÙŽØ©ÙŒ ÙÙÙ‰ أَنْ يَدَعَ طَعَامَه٠وَشَرَابَهÙ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari, no. 1903)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الصÙّيَام٠مÙÙ†ÙŽ الأَكْل٠وَالشَّرَب٠، Ø¥Ùنَّمَا الصÙّيَام٠مÙÙ†ÙŽ اللَّغْو٠وَالرَّÙَث٠، ÙÙŽØ¥Ùنْ سَابَّكَ Ø£ÙŽØÙŽØ¯ÙŒ أَوْ جَهÙÙ„ÙŽ عَلَيْكَ ÙَلْتَقÙلْ : Ø¥ÙÙ†Ùّي صَائÙÙ…ÙŒ ØŒ Ø¥ÙÙ†Ùّي صَائÙÙ…ÙŒ
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, ‘Aku sedang puasa, aku sedang puasa’.” (HR. Ibnu Khuzaimah, 3:242. Al-A’zhami mengatakan bahwa sanad hadits tersebut shahih). Lagwu adalah perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah. Sedangkan rofats adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada wanita atau dapat pula bermakna kata-kata kotor.
3. Masih pelit dengan harta
Padahal di bulan Ramadhan adalah waktu terbaik untuk berderma.
Dari ‘Ali, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« Ø¥ÙÙ†ÙŽÙ‘ ÙÙÙ‰ Ø§Ù„Ù’Ø¬ÙŽÙ†ÙŽÙ‘Ø©Ù ØºÙØ±ÙŽÙًا ØªÙØ±ÙŽÙ‰ ظÙÙ‡ÙورÙهَا Ù…Ùنْ Ø¨ÙØ·ÙونÙهَا ÙˆÙŽØ¨ÙØ·ÙونÙهَا Ù…Ùنْ ظÙÙ‡ÙورÙهَا ». Ùَقَامَ أَعْرَابÙىٌّ Ùَقَالَ Ù„Ùمَنْ Ù‡ÙÙ‰ÙŽ يَا رَسÙولَ اللَّه٠قَالَ « Ù„Ùمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصÙّيَامَ وَصَلَّى Ù„ÙÙ„ÙŽÙ‘Ù‡Ù Ø¨ÙØ§Ù„لَّيْل٠وَالنَّاس٠نÙيَامٌ »
“Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.” Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari diwaktu manusia pada tidur.” (HR. Tirmidzi, no. 1984. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
4. Puasa tetapi tidak shalat
Pakar fikih Kerajaan Saudi Arabia pada masa silam, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah pernah ditanya, “Apa hukum orang yang berpuasa namun meninggalkan shalat?” Beliau rahimahullah menjawab, “Puasa yang dilakukan oleh orang yang meninggalkan shalat tidaklah diterima karena orang yang meninggalkan shalat berarti kafir dan murtad. Dalil bahwa meninggalkan shalat termasuk bentuk kekafiran adalah firman Allah Ta’ala,
ÙÙŽØ¥Ùنْ تَابÙوا وَأَقَامÙوا الصَّلَاةَ ÙˆÙŽØ¢ÙŽØªÙŽÙˆÙØ§ الزَّكَاةَ ÙÙŽØ¥ÙØ®Ù’وَانÙÙƒÙمْ ÙÙÙŠ الدÙّين٠وَنÙÙَصÙّل٠الْآَيَات٠لÙقَوْم٠يَعْلَمÙونَ
”Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.” (QS. At-Taubah: 11)
Alasan lain adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
بَيْنَ الرَّجÙل٠وَبَيْنَ الشÙّرْك٠وَالْكÙÙْر٠تَرْك٠الصَّلاَةÙ
“Pembatas antara seorang muslim dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim, no. 82)
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah melanjutkan, “Kami katakan, ‘Shalatlah kemudian tunaikanlah puasa.’ Adapun jika engkau puasa namun tidak shalat, amalan puasamu akan tertolak karena orang kafir (sebab meninggalkan shalat) tidak diterima ibadah darinya.” (Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Ibnu ‘Utsaimin, 17:62)
5. Shalat tarawih super ngebut
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ø£ÙŽÙْضَل٠الصَّلاَة٠طÙول٠الْقÙÙ†ÙوتÙ
“Sebaik-baik shalat adalah yang lama berdirinya.” (HR. Muslim, no. 756)
Dari Abu Hurairah, beliau berkata,
أَنَّه٠نَهَى أَنْ ÙŠÙØµÙŽÙ„Ùّىَ الرَّجÙÙ„Ù Ù…ÙØ®Ù’ØªÙŽØµÙØ±Ù‹Ø§
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang shalat mukhtashiron.” (HR. Bukhari, no. 1220 dan Muslim, no. 545).
Ibnu Hajar rahimahullah membawakan hadits di atas dalam kitab beliau Bulughul Maram, Bab “Dorongan agar khusyu’ dalam shalat.” Sebagian ulama menafsirkan ikhtishor (mukhtashiron) dalam hadits di atas adalah shalat yang ringkas (terburu-buru), tidak ada thuma’ninah ketika membaca surat, ruku’ dan sujud. (Lihat Syarh Bulughul Maram, Syaikh ‘Athiyah Muhammad Salim, 49:3, Asy-Syamilah)
Sumber https://rumaysho.com/17472-lima-perusak-amal-di-bulan-ramadhan.html