Gambar Tidak Tersedia

Jangan Marah

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.” (HR. Bukhari no. 6116}

Lima Kiat Meredam Marah
 1- Membaca ta’awudz, meminta perlindungan pada Allah dari godaan setan
Kenapa sampai meminta tolong pada Allah agar dilindungi dari setan? Karena dalil-dalil berikutnya akan terlihat jelas bahwa marah bisa dari setan. Maka kita mengamalkan firman Allah dari ayat berikut,
??إِ???ا ????ز?غ?????? ?ِ?? ا?ش????ط?ا?ِ ??ز?غ? ف?اس?ت?عِذ? بِا?????ِ ?إِ????ُ س??ِ?ع? ع??ِ???
“Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 200)
Sulaiman bin Shurod radhiyallahu ‘anhu berkata,
?ُ??تُ ج?ا?ِس?ا ??ع? ا????بِ?ِ? ص????? ا???ُ ع??????ِ ??س?????? ??ر?جُ?ا??ِ ??س?ت?ب??ا?ِ? ف?أ?ح?دُ?ُ??ا اح???ر?? ??ج??ُ?ُ? ??ا??ت?ف?خ?ت? أ???د?اجُ?ُ? ف???ا?? ا????بِ?ُ? ص????? ا???ُ ع??????ِ ??س??????: ” إِ?ِ?? ??أ?ع????ُ ???ِ??ة? ???? ??ا????ا ذ???ب? ع????ُ ??ا ??جِدُ? ???? ??ا??: أ?عُ?ذُ بِا?????ِ ?ِ?? ا?ش????ط?ا?ِ? ذ???ب? ع????ُ ??ا ??جِدُ“
“Pada suatu hari aku duduk bersama-sama Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam sedang dua orang lelaki sedang saling mengeluarkan kata-kata kotor satu dan lainnya. Salah seorang daripadanya telah merah mukanya dan tegang pula urat lehernya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya aku tahu satu perkataan sekiranya dibaca tentu hilang rasa marahnya jika sekiranya ia mau membaca, ‘A’udzubillahi minas-syaitani’ (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan), niscaya hilang kemarahan yang dialaminya.” (HR Bukhari, no. 3282)
Juga ada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
إِذ?ا غ?ضِب? ا?ر??جُ?ُ ف???ا?? أ?عُ??ذُ بِا???ِ ? س????? غ?ض?بُ?ُ
“Jika seseorang dalam keadaan marah, lantas ia ucapkan, ‘A’udzu billah (Aku meminta perlindungan kepada Allah)’, maka redamlah marahnya.” (HR. As-Sahmi dalam Tarikh Jarjan, 252. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1376)
 
2- Diam
Karena yang namanya marah itu jika keluar bisa jadi keluar kata-kata yang tidak Allah ridhai. Ada yang marah keluar kata-kata kufur, ada yang marah keluar kalimat mencaci maki, ada yang marah keluar kalimat laknat, ada yang marah keluar kalimat cerai hingga hal-hal sekitarnya pun bisa hancur. Kalau seseorang memaksa dirinya untuk diam ketika akan marah, hal-hal yang rusak tadi tidak akan terjadi.
Ada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
?? إِذ?ا غ?ضِب? أ?ح?دُ?ُ?? ف?????س??ُت?
“Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad, 1: 239. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan lighairihi).
 
3- Berganti posisi
Dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذ?ا غ?ضِب? أ?ح?دُ?ُ??  ???ُ?? ??ائِ?? ف?????ج??ِس?? ف?إِ?? ذ???ب? ع????ُ ا??غ?ض?بُ? ??إِ?ا?? ف?????ض?ط?جِع?
“Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
 
4- Mengambil air wudhu
Dari Athiyyah As-Sa’di radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِ??? ا??غ?ض?ب? ?ِ?? ا?ش????ط?ا?ِ ??إِ??? ا?ش????ط?ا?? خُ?ِ?? ?ِ?? ا????ارِ ??إِ?????ا تُط?ف?أُ ا????ارُ بِا????اءِ ف?إِذ?ا غ?ضِب? أ?ح?دُ?ُ?? ف?????ت???ض??أ?
“Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR. Abu Daud, no. 4784. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
 
5- Ingat wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan janji beliau
Dari Mu’adz radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

???? ??ظ??? غ???ظا? ???ُ?? ??ادِر? ع???? أ??? ?ُ??فِ?ذ?ُ د?ع?أ?ُ ا???ُ ع?ز?? ??ج???? ع???? رُؤُ??سِ ا??خ??ا?ئِ?ِ ?????? ا???ِ??ا??ةِ ح?ت??? ?ُخ??ِ?ر??ُ ?ِ?? ا??حُ??رِ ??ا ش?اء?
“Barangsiapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan.” (HR. Abu Daud, no. 4777; Ibnu Majah, no. 4186. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sanadnya hasan)
Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullah tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan dalam surga.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda,
?ا? ت?غ?ض?ب? ?????? ا??ج????ةُ
“Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.” (HR. Thabrani dalam Al-Kabir. Lihat Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, hadits ini shahih lighairihi).
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad

 

Sumber : https://rumaysho.com

Gambar Tidak Tersedia

Sejarah Penetapan Penanggalan Tahun Hijriyah

Kalender hijriyah adalah penanggalan rabani yang menjadi acuan dalam hukum-hukum Islam. Seperti haji, puasa, haul zakat, ‘idah thalaq dan lain sebagainya. Dengan menjadikan hilal sebagai acuan awal bulan. Sebagaimana disinggung dalam firman Allah ta’ala,

??س?أ??ُ????? ع??ِ ا??أ??ِ???ةِ ? ?ُ?? ?ِ?? ????ا?ِ?تُ ?ِ????اسِ ??ا??ح?ج?ِ ? ?

Orang-orang bertanya kepadamu tentang hilal. Wahai Muhammad katakanlah: “Hilal itu adalah tanda waktu untuk kepentingan manusia dan badi haji.”(QS. Al-Baqarah: 189)

Sebelum penanggalan hijriyah ditetapkan, masyarakat Arab dahulu menjadikan peristiwa-peristiwa besar sebagai acuan tahun. Tahun renovasi Ka’bah misalnya, karena pada tahun tersebut, Ka’bah direnovasi ulang akibat banjir. Tahun fijar, karena saat itu terjadi perang fijar. Tahun fiil (gajah), karena saat itu terjadi penyerbuan Ka’bah oleh pasukan bergajah. Oleh karena itu kita mengenal tahun kelahiran Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam dengan istilah tahun fiil/tahun gajah. Terkadang mereka juga menggunakan tahun kematian seorang tokoh sebagai patokan, misal 7 tahun sepeninggal Ka’ab bin Luai.” Untuk acuan bulan, mereka menggunakan sistem bulan qomariyah (penetapan awal bulan berdasarkan fase-fase bulan)

Sistem penanggalan seperti ini berlanjut sampai ke masa Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam dan khalifah Abu Bakr Ash-Sidiq radhiyallahu’anhu. Barulah di masa khalifah Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu, ditetapkan kalender hijriyah yang menjadi pedoman penanggalan bagi kaum muslimin.

Latar Belakang Penanggalan

Berawal dari surat-surat tak bertanggal, yang diterima Abu Musa Al-Asy-‘Ari radhiyahullahu’anhu; sebagai gubernur Basrah kala itu, dari khalifah Umar bin Khatab. Abu Musa mengeluhkan surat-surat tersebut kepada Sang Khalifah melalui sepucuk surat,

إ?? ?أت??ا ??? ?تب ??س ??ا تار?خ

“Telah sampai kepada kami surat-surat dari Anda, tanpa tanggal.”

Dalam riwayat lain disebutkan,

إ???? ?أت??ا ?ِ? أ??ر ا??ؤ???? ?ُتب?? ف?ا ??در? ع?? أ??ٍ ?ع???? ??د ?رأ??ا ?تاب?ا ?ح??ُ? شعبا?? ف?ا ?در? أ?? ا?ذ? ?ح? ف?? أ? ا??اض?

“Telah sampai kepada kami surat-surat dari Amirul Mukminin, namun kami tidak tau apa yang harus kami perbuat terhadap surat-surat itu. Kami telah membaca salah satu surat yang dikirim di bulan Sya’ban. Kami tidak tahu apakah Sya’ban tahun ini ataukah tahun kemarin.”
Karena kejadian inilah kemudian Umar bin Khatab mengajak para sahabat untuk bermusyawarah; menentukan kalender yang nantinya menjadi acuan penanggalan bagi kaum muslimin.

Penetapan Patokan Tahun

Dalam musyawarah Khalifah Umar bin Khatab dan para sahabat, muncul beberapa usulan mengenai patokan awal tahun.

Ada yang mengusulkan penanggalan dimulai dari tahun diutus Nabi shallallahu’alaihiwasallam. Sebagian lagi mengusulkan agar penanggalan dibuat sesuai dengan kalender Romawi, yang mana mereka memulai hitungan penanggalan dari masa raja Iskandar (Alexander). Yang lain mengusulkan, dimulai dari tahun hijrahnya Nabi shallallahu’alaihiwasalam ke kota Madinah. Usulan ini disampaikan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu. Hati Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu ternyata condong kepada usulan ke dua ini,

ا??جرة فر?ت ب?? ا?ح? ?ا?باط? فأرخ?ا ب?ا

” Peristiwa Hijrah menjadi pemisah antara yang benar dan yang batil. Jadikanlah ia sebagai patokan penanggalan.” Kata Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu mengutarakan alasan.

Akhirnya para sahabatpun sepakat untuk menjadikan peristiwa hijrah sebagai acuan tahun. Landasan mereka adalah firman Allah ta’ala,

????س?جِد? أُس?ِس? ع???? ا?ت???????ٰ ?ِ?? أ?????ِ ?????ٍ أ?ح???ُ أ??? ت??ُ??? فِ?? ?

Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. (QS. At-Taubah:108)

Para sahabat memahami makna “sejak hari pertama” dalam ayat, adalah hari pertama kedatangan hijrahnya Nabi. Sehingga moment tersebut pantas dijadikan acuan awal tahun kalender hijriyah.

Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahillah dalam Fathul Bari menyatakan,

?أفاد ا?س???? أ? ا?صحابة أخذ?ا ا?تار?خ با??جرة ?? ???? تعا?? : ??سجد أسس ع?? ا?ت??? ?? أ?? ??? ?أ?? ?? ا??ع??? أ?? ??س أ?? ا?أ?ا? ?ط??ا ? فتع?? أ?? أض?ف إ?? ش?ء ?ض?ر ??? أ?? ا?ز?? ا?ذ? عز ف?? ا?إس?ا? ? ?عبد ف?? ا??ب? – ص?? ا??? ع??? ?س?? – رب? آ??ا ? ?ابتدأ ب?اء ا??سجد ? ف?اف? رأ? ا?صحابة ابتداء ا?تار?خ ?? ذ?? ا???? ? ?ف???ا ?? فع??? أ? ???? تعا?? ?? أ?? ??? أ?? أ?? أ?ا? ا?تار?خ ا?إس?ا?? ? ?ذا ?ا? ? ?ا??تبادر أ? ?ع?? ???? : ?? أ?? ??? أ? دخ? ف?? ا??ب? – ص?? ا??? ع??? ?س?? – ?أصحاب? ا??د??ة ?ا??? أع?? .

“Dan As-Suhaili memberikan tambahan informasi: para sahabat sepakat menjadikan peristiwa hijrah sebagai patokan penanggalan, karena merujuk kepada firman Allah Ta’ala,

????س?جِد? أُس?ِس? ع???? ا?ت???????ٰ ?ِ?? أ?????ِ ?????ٍ أ?ح???ُ أ??? ت??ُ??? فِ?? ?

Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya.” (QS. At-Taubah: 108)

Sudah suatu hal yang maklum; maksud hari pertama (dalam ayat ini) bukan berarti tak menunjuk pada hari tertentu. Nampak jelas ia dinisbatkan pada sesuatu yang tidak tersebut dalam ayat. Yaitu hari pertama kemuliaan islam. Hari pertama Nabi shallallahu’alaihiwasallam bisa menyembah Rabnya dengan rasa aman. Hari pertama dibangunnya masjid (red. masjid pertama dalam peradaban Islam, yaitu masjid Quba). Karena alasan inilah, para sahabat sepakat untuk menjadikan hari tersebut sebagai patokan penanggalan.

Dari keputusan para sahabat tersebut, kita bisa memahami, maksud “sejak hari pertama” (dalam ayat) adalah, hari pertama dimulainya penanggalan umat Islam. Demikian kata beliau. Dan telah diketahui bahwa makna firman Allah ta’ala: min awwali yaumin (sejak hari pertama) adalah, hari pertama masuknya Nabi shallallahu’alaihiwasallam dan para sahabatnya ke kota Madinah.
. Allahua’lam. ” (Fathul Bari, 7/335)

Sebenarnya ada opsi-opsi lain mengenai acuan tahun, yaitu tahun kelahiran atau wafatnya Nabi shallallahu’alaihiwasallam. Namun mengapa dua opsi ini tidak dipilih? Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan alasannya,”

?أ? ا????د ?ا??بعث ?ا ?خ?? ?احد ????ا ?? ا??زاع ف? تع??? ا?س?ة ? ?أ?ا ??ت ا??فاة فأعرض?ا ع?? ??ا ت??ع بذ?ر? ?? ا?أسف ع??? ? فا?حصر ف? ا??جرة ? .

“Karena tahun kelahiran dan tahun diutusnya beliau menjadi Nabi, belum diketahui secara pasti. Adapun tahun wafat beliau, para sahabat tidak memilihnya karena akan menyebabkan kesedihan manakala teringat tahun itu. Oleh karena itu ditetapkan peristiwa hijrah sebagai acuan tahun.” (Fathul Bari, 7/335)

Alasan lain mengapa tidak menjadikan tahun kelahiran Nabi shallallahu’alaihiwasallam sebagai acuan; karena dalam hal tersebut terdapat unsur menyerupai kalender Nashrani. Yang mana mereka menjadikan tahun kelahiran Nabi Isa sebagai acuan.

Dan tidak menjadikan tahun wafatnya Nabi shallallahu’alaihiwasallam
sebagai acuan, karena dalam hal tersebut terdapat unsur tasyabuh dengan orang Persia (majusi). Mereka menjadikan tahun kematian raja mereka sebagai acuan penanggalan.

Penentuan Bulan

Perbincangan berlanjut seputar penentuan awal bulan kalender hijriyah. Sebagian sahabat mengusulkan bulan Ramadhan. Sahabat Umar bin Khatab dan Ustman bin Affan mengusulkan bulan Muharram.

ب? با??حر? فإ?? ??صرف ا??اس ?? حج??

“Sebaiknya dimulai bulan Muharam. Karena pada bulan itu orang-orang usai melakukan ibadah haji.” Kata Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu.
Akhirnya para sahabatpun sepakat.

Alasan lain dipilihnya bulan muharam sebagai awal bulan diutarakan oleh Ibnu Hajar rahimahullah,

?أ? ابتداء ا?عز? ع?? ا??جرة ?ا? ف? ا??حر? ? إذ ا?ب?عة ??عت ف? أث?اء ذ? ا?حجة ??? ??د?ة ا??جرة ? ف?ا? أ?? ??ا? است?? بعد ا?ب?عة ?ا?عز? ع?? ا??جرة ??ا? ا??حر? ف?اسب أ? ?جع? ?بتدأ ? ??ذا أ??? ?ا ??فت ع??? ?? ??اسبة ا?ابتداء با??حر?

“Karena tekad untuk melakukan hijrah terjadi pada bulan muharam. Dimana baiat terjadi dipertengahan bulan Dzulhijah (bulan sebelum muharom)
Dari peristiwa baiat itulah awal mula hijrah. Bisa dikatakan hilal pertama setelah peristiwa bai’at adalah hilal bulan muharam, serta tekad untuk berhijrah juga terjadi pada hilal bulan muharam (red. awal bulan muharam). Karena inilah muharam layak dijadikan awal bulan. Ini alasan paling kuat mengapa dipilih bulan muharam.” (Fathul Bari, 7/335)

Dari musyarah tersebut, ditentukanlah sistem penanggalan untuk kaum muslimin, yang berlaku hingga hari ini. Dengan menjadikan peristiwa hijrah sebagai acuan tahun dan bulan muharam sebagai awal bulan. Oleh karena itu kalender ini populer dengan istilah kalender hijriyah.

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari kisah penanggalan hijriyah di atas:

  1. Kalender hijriyah ditetapkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para sahabat. Dan kita tahu bahwa ijma’ merupakan dalil qot’i yang diakui dalam Islam.
  2. Sistem penanggalan yang dipakai oleh para sahabat adalah bulan qomariyah. Hal ini diketahui dari surat Umar bin Khatab yang ditulis untuk Abu Musa Al-Asy-‘ariy; di situ tertulis bulan sya’ban, hanya saja tidak diketahui tahunnya.
  3. Para sahabat menjadikan kalender hijriyah sebagai acuan penanggalan dalam segala urusan kehidupan mereka; baik urusan ibadah maupun dunia. Sehingga memisahkan penggunaan kalender hijriyah, antara urusan ibadah dan urusan dunia, adalah tindakan yang menyelisihi konsesus para sahabat. Seyogyanya bagi seorang muslim, menjadikan kalender hijriyah sebagai acuan penanggalan dalam kesehariannya.
  4. Kalender hijriyah merupakan syi’ar Islam, yang menbedakannya dengan agama-agama lainnya.



Baca selengkapnya https://muslim.or.id/22962-sejarah-penetapan-penanggalan-tahun-hijriyah.html

Gambar Tidak Tersedia

Maulid Nabi Muhammad SAW

Peringatan Maulid Nabi dilakukan dalam rangka mengingat kelahiran, keistimewaan, mukjizat, sirah, dan mengetahui akhlak Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita pun diperintahkan untuk melakukan hal-hal tadi dalam rangka menjadikan  meneladani beliau. Karena Allah Ta’ala berfirman,

????د? ??ا?? ???ُ?? فِ? ر?سُ??ِ ا?????ِ أُس???ة? ح?س???ة? ?ِ???? ??ا?? ??ر?جُ? ا?????? ??ا???????? ا??آ?خِر? ??ذ???ر? ا?????? ??ثِ?ر?ا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab: 21).

Inilah di antara syubhat yang dilontarkan oleh sebagian orang. Dan syubhat (kerancuan) dalam perayaan maulid ini diambil oleh ulama yang Pro Maulid semacam Muhammad bin ‘Alwi Al Maliki dalam kitab beliau Adz Dzakho-ir Al Muhammadiyyah hal. 269.

Apakah alasan di atas dapat melegalkan peringatan maulid?

Berikut beberapa sanggahan untuk menyanggah kerancuan di atas:

Pertama:

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah memerintahkan umatnya untuk memperingati maaulid dan tidak pernah memerintahkan mengingat kelahiran, karakter istimewa, mukjizat, sirah dan akhlak mulia Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara khusus melalui peringatan maulid. Bahkan hal ini merupakan bid’ah yang diada-adakan sepeninggal beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bid’ah maulid mulai muncul sekitar 600 tahun sepeninggal beliau. Padahal mengenai perkara bid’ah telah diperingatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri,

???? أ?ح?د?ث? فِ? أ???رِ??ا ??ذ?ا ??ا ????س? ?ِ???ُ ف??ُ?? ر?د??

Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

???? ع??ِ?? ع????ا? ????س? ع??????ِ أ???رُ??ا ف??ُ?? ر?د??

Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)

Hadits-hadits semacam ini menunjukkan tercelanya peringatan maulid dan perayaan tersebut merupakan perayaan yang mardud (tertolak).

Kedua:

Mengenal kelahiran, karakteristik, mukjizat, sirah serta akhlak mulia beliau bukan hanya ketika maulid saja. Mengenal beliau dan hal-hal tadi bukan hanya pada waktu tertentu dan dalam kumpulan tertentu, akan tetapi setiap saat, sepanjang waktu. Tidak seperti orang-orang yang pro maulid yang memperingatinya hanya ketika malam maulid, malam-malam yang lain tidak demikian. Amalan semacam ini didasari pada tradisi semata yang diambil dari nenek moyang sebelum mereka,

ب??? ??ا?ُ?ا إِ???ا ??ج?د???ا آ?ب?اء???ا ع???? أُ???ةٍ ??إِ???ا ع???? آ?ث?ارِ?ِ?? ?ُ??ت?دُ???

Bahkan mereka berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka” (QS. Az Zukhruf: 22).

Sebelumnya yang menghidupkan maulid nabi adalah Sulthon Irbil. Mulai dari masa beliau, maulid nabi diperingati setiap tahunnya. Padahal perayaan ini tidaklah diizinkan dan diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Perayaan ini masuk dalam keumuman ayat,

أ??? ???ُ?? شُر???اءُ ش?ر?عُ?ا ???ُ?? ?ِ?? ا?د?ِ??ِ ??ا ???? ??أ?ذ??? بِ?ِ ا?????ُ

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. Asy Syura: 21).

Ketiga:

Meneladani Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan ittiba’ (mengikuti ajaran) beliau dan berpegang dengan sunnah beliau serta mendahulukan petunjuk beliau dari yang lainnya. Allah Ta’ala berfirman,

?ُ?? إِ?? ?ُ??تُ?? تُحِب?ُ??? ا?????? ف?ات??بِعُ??ِ? ?ُح?بِب??ُ?ُ ا?????ُ ????غ?فِر? ???ُ?? ذُ?ُ?ب??ُ?? ??ا?????ُ غ?فُ?ر? ر?حِ???

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31).

??إِ?? تُطِ?عُ??ُ ت???ت?دُ?ا

Dan jika kamu taat kepada Rasul, niscaya kamu mendapat petunjuk.” (QS. An Nur: 54)

?????? ?ُطِعِ ا?????? ??ر?سُ????ُ ?ُد?خِ???ُ ج????اتٍ ت?ج?رِ? ?ِ?? ت?ح?تِ??ا ا??أ?????ارُ خ?ا?ِدِ??? فِ???ا ??ذ??ِ?? ا??ف???زُ ا??ع?ظِ??ُ

Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An Nisa’: 13).

Demikianlah yang diajarkan dalam Islam. Dalam suatu perayaan pun harus mengikuti petunjuk Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena merayakan maulid adalah suatu ibadah. Bagaimana mungkin tidak dikatakan sebagai suatu ibadah? Wong, orang yang rayakan saja ingin mengingat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pasti ingin cari pahala. Ini jelas ibadah, bukan perkara mubah biasa. Sedangkan dalam ibadah mesti ikhlas kepada Allah dan mengikuti syariat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika tidak memenuhi dua kriteria ini, amalan tersebut tertolak.

Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al Fatawa (1: 333) berkata,

??بِا??جُ????ةِ ف???ع???ا أ?ص???ا?ِ ع?ظِ???ا?ِ أ?ح?دُ?ُ??ا : أ??? ??ا ??ع?بُد? إ???ا ا?????? . ??ا?ث??ا?ِ? : أ??? ??ا ??ع?بُد??ُ إ???ا بِ??ا ش?ر?ع? ??ا ??ع?بُدُ?ُ بِعِب?اد?ةِ ?ُب?ت?د?ع?ةٍ . ????ذ?ا?ِ ا??أ?ص???ا?ِ ?ُ??ا ت?ح??ِ??ُ ” ش???اد?ةِ أ??? ??ا إ???? إ???ا ا?????ُ ??أ???? ?ُح????د?ا ر?سُ??ُ ا?????ِ

“Ini adalah dua landasan agung dalam agama ini yaitu: tidak beribadah selain pada Allah semata dan tidak beribadah kecuali dengan ibadah yang disyari’atkan, bukan dengan ibadah yang berbau bid’ah. Inilah konsekuensi atau perwujudan dari syahadat laa ilaha illallah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah) dan syahadat (pernyataan) bahwa Muhammad adalah utusan Allah”.

Keempat:

Memperingati maulid bukanlah ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan pula amalan para sahabat yang mulia, bukan pula amalan tabi’in, dan bukan pula amalan para imam yang mendapat petunjuk setelah mereka. Perayaan maulid hanyalah perayaan yang berasal dari Sulthon Irbil (pelopor maulid nabi pertama kali). Jadi, siapa saja yang memperingati maulid, dia hanyalah mengikuti ajaran Sulthon Irbil baik atas dasar ia tahu ataukah tidak, bukan mengikuti ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kelima:

Meneladani dan mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beramal dan dalam keadaan berniat yang benar, haruslah dengan mengikuti ajaran beliau dan para sahabatnya. Begitu pula  ia memperingatkan dari setiap bid’ah, di antaranya adalah bid’ah maulid.


Sumber : https://rumaysho.com/2226-memperingati-maulid-dalam-rangka-mengingat-kelahiran-nabi.html

Gambar Tidak Tersedia

Sedekah Jadi Mudah dengan MY QR BRI

Sahabat, saat ini kita memasuki sebuah era dimana segalanya dituntut serba cepat, mudah dan tepat. Darisana kemudian lahirlah berbagai jasa layanan yang menawarkan pelayanan yang tepat, mudah dan cepat pula. Karena memang pelayanan yang seperti inilah yang akan memenuhi tuntutan zaman, termasuk salahsatunya pada sistem pembayaran yang dalam hal ini termasuk memabayar zakat atau sedekah melalui Lembaga Amil Zakat seperti Rumah Zakat.

Sebagai Lembaga Amil Zakat profesional yang terus mengikuti perkembangan zaman, Rumah Zakat kini hadir dengan program “Sedekah Mudah, dengan My QR BRI”.

My QR merupakan satu metode pembayaran yang dapat dilakukan Sahabat dengan cara memindai atau scan kode QR di merchant-merchant yang telah bekerjasama dengan BRI salahsatunya dengan Rumah Zakat.

Pembayaran melalui My QR menggunakan T-Bank sebagai sumber dana. T-bank sendiri adalah produk uang elektronik server based milik BRI. Untuk menggunakan My QR ini, Sahabat bisa mengunduh terlebih dahulu aplikasi BRI Mobile.

Melalui program sedekah mudah, dengan My QR BRI dari Rumah Zakat kini Sahabat bisa berdonasi ke Rumah Zakat dengan cepat, mudah dan tepat tanpa repot-repot harus ke bank atau ATM.

Berikut langkah-langkah bersedekah dengan mudah melalui My QR BRI Rumah Zakat :

1.       Buka Aplikasi BRI Mobile

2.      Pilih My QR

3.      Scan QR

4.      Selesai, nikmati kemudahan bersedekah

Dengan My QR BRI, Sedekah Sahabat ke Rumah Zakat akan menjadi lebih mudah, tepat dan cepat.

Gambar Tidak Tersedia

Daftar Rekening Donasi Rumah Zakat

Sahabat, dibawah ini kami informasikan Daftar Rekening Donasi atas nama Yayasan Rumah Zakat Indonesia. Karena saat ini, Sahabat bisa menunaikan zakatnya ke Rumah Zakat hanya dengan mentransfer via ATM terdekat.

Alhamdulillah, semakin banyak pilihan mitra Bank bagi Sahabat yang akan menitipkan zakat, infak/shadaqah dan donasi lainnya ke Rumah Zakat. Semoga hal ini bisa memudahkan Sahabat semua.

Berikut ini daftarnya :

·         Bank Permata Syariah 377 100 1555 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         Bank Syariah Mandiri 701 551 824 8 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         Bank Syariah Mandiri Rek. Dollar 701 5533 441 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         Bank Mandiri 132000 481 974 5 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         Bank Central Asia 094 301 6001 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         Bank Muamalat Indonesia 1010082208 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         BNI 1555 1555 81 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         BNI Syariah 155 555 5589 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         Bank Danamon Syariah 789 588 08 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         Bank Mega Syariah 1 000 000 270 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         BTN Syariah 702 100 1555 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         CIMB Niaga Syariah 5020 100 020 002 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         CIMB Niaga Syariah 5200 100 131 005 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         Bank DKI Syariah 701 700 7000 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         Bank BJB Syariah 001.03.01.01.005735 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         Bank Bukopin Syariah 880 1111 042 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         Bank BII Syariah 2 700 005599 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         Bank BRI Syariah 1000 859 172 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         Bank OCBC NISP Syariah 247 80000 9000 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

·         Bank BRI 1141 01 000127 30 4 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

Gambar Tidak Tersedia

Doa ketika Gempa dan Tsunami

?????ُ?? إِ???? أ?س?أ??ُ?? خ???ر???ا ??خ???ر? ??ا فِ????ا? ??خ???ر? ??ا أ?ر?س???ت? بِ?ِ? ??أ?عُ??ذُ بِ?? ?ِ?? ش?ر?ِ??ا? ??ش?ر?ِ??افِ????ا ??ش?ر?ِ??ا أ?ر?س???ت? بِ?ِ

allahumma innii as’aluka khoirohaa, wa khoiromaa fiihaa wa khoiro maa arsalta bih, wa a’udzubika min syarrihaa wasyarri maa fiihaa wa syarri maa arsalta bih.

https://1.bp.blogspot.com/-6f0Fm8NP7GY/WNLd0HmX1WI/AAAAAAAAFhY/sCSAKn_FQjMSfX3BAgf5Fy_awSvsgFY3gCLcB/s400/Picture1.png

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kehadirat-Mu kebaikan atas apa yang terjadi, dan kebaikan  apa yang didalamnya, dan kebaikan atas apa yang Engkau kirimkan dengan kejadian ini. Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari keburukan atas apa yang terjadi, dan keburukan atas apa yang terjadi didalamnya, dan aku juga memohon perlindungan kepada-Mu atas apa-apa yang Engkau kirimkan.

Sumber : https://ulinuhaasnawi.blogspot.com/2014/01/doa-ketika-gempa-bumi.html

Gambar Tidak Tersedia

Tiga Kenikmatan Hidup

Setiap manusia, apalagi sebagai muslim kita tentu mendambakan kehidupan yang menyenangkan di dunia ini, bahkan kalau perlu seolah-olah dunia ini menjadi milik kita. Untuk bisa merasakan kehikmatan hidup di dunia ini, ada tiga perkara yang harus dicapai oleh seorang muslim, hal ini disebutkan dalam hadits Nabi:

Barangsiapa yang di pagi hari sehat badannya, tenang jiwanya dan dia mempunyai makanan di hari itu, maka seolah-olah dunia ini dikaruniakan kepadanya (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Untuk memahami lebih dalam tentang apa yang dimaksud oleh Rasulullah Saw, hadits di atas perlu kita pahami dengan baik.

Badan yang sehat

Badan yang sehat merupakan suatu kenikmatan tersendiri bagi manusia yang tidak ternilai harganya, rasanya tidak ada artinya segala sesuatu yang kita miliki bila kita tidak memiliki kesehatan jasmani. Apa artinya harta yang berlimpah dengan mobil yang mahal harganya, rumah yang besar dan bagus, kedudukan yang tinggi dan segala sesuatu yang sebenarnya menyenangkan untuk hidup di dunia ini bila kita tidak sehat. Oleh karena kesehatan bukan hanya harus dibanggakan dihadapan orang lain, tapi yang lebih penting lagi adalah harus disyukuri kepada yang menganugerahkannya, yakni Allah Swt.

Kesehatan badan bisa diraih dengan mencegah dari segala penyakit yang akan menyerang tubuh dan mengatur segala keseimbangan yang diperlukannya. Oleh karena itu tubuh manusia punya hak-hak yang harus dipenuhi, diantara hak-hak itu adalah bersihkan jasmani bila kotor, makan bila lapar, minum bila haus, istirahat bila lelah, lindungi dari panas dan dingin, obati bila terserang penyakit, dll. Ini merupakan salah satu bentuk dari rasa syukur kepada Allah yang harus kita tunjukkan. Bentuk syukur yang lain adalah memanfaatkan kesehatan jasmani dengan segala kesegaran dan kekuatannya untuk melakukan berbagai aktivitas yang menggambarkan pengabdian kita kepada Allah Swt.

Namun yang amat disayangkan dan ini diingatkan betul oleh Rasulullah Saw adalah banyak manusia yang lupa dengan kondisi kesehatannya. Saat sehat ia tidak mencegah kemungkinan datangnya penyakit, tidak memenuhi hak-hak jasmani dan tidak menggunakan kesehatannya itu untuk melakukan aktivitas pengabdian kepada Allah sehingga pada saat sakit, barulah ia menyesal dengan penyesalan yang sangat dalam, Rasulullah Saw bersabda:

Ada dua nikmat yang sering dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang (HR. Bukhari).

Jiwa yang tenang

Hal yang tidak kalah pentingnya dari badan yang sehat adalah jiwa yang tenang, sebab apa artinya manusia memiliki jiwa yang sehat bila jiwanya tidak tenang, bahkan badan yang sakit sekalipun tidak menjadi persoalan yang terlalu memberatkan bila dihadapi dengan jiwa yang tenang, apalagi ketenangan jiwa bila menjadi modal yang besar untuk bisa sembuh dari berbagai penyakit.

Jiwa yang tenang adalah jiwa yang selalu berorientasi kepada Allah Swt, karena itu, orang yang ingin meraih ketenangan hidup dijalani kehidupan dengan segala aktivitasnya karena Allah, dengan ketentuan yang telah digariskan Allah dan untuk meraih ridha dari Allah Swt. Dengan demikian, sumber ketenangan hidup bagi seorang muslim adalah keimanan kepada Allah Swt dan ia selalu berdzikir kepada Allah dengan segala aplikasinya, Allah Swt berfirman yang artinya: Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram (tenang) dengan mengingat Allah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenang (QS 13:28).

Oleh karena itu, keimanan kepada Allah yang merupakan sumber ketenangan akan membuat seorang muslim merasa senang untuk mendapatkan beban-beban berat dan tidak ada kegelisahan sedikitpun di dalam hatinya dalam menjalankan tugas-tugas yang berat itu. Abu Na’im dan Ibnu Hibban meriwayatkan bahwa para sahabat Nabi bahu membahu membawa satu persatu batu bata yang besar untuk membangun masjid. Tapi Ammar bin Yasir justeru membawa dua tumpukan batu bata besar. Ketika Nabi melihatnya, beliau membersihkan debu dari kepala Ammar sambil bersabda: “Wahai Ammar, tidakkah cukup bagimu untuk membawa seperti yang dilakukan para sahabatmu?”. Ammar menjawab: “Saya mengharapkan pahala dari Allah”. Lalu Nabi bersabda: “Sesungguhnya Ammar memiliki keimanan yang penuh dari ujung rambut sampai ke ujung kakinya atau tulangnya”.

Disamping itu, seandainya kematian akan menjemput dirinya, keimanan kepada Allah dengan segala aplikasinya tidak akan membuat seorang muslim takut kepada mati, bahkan ia akan sambut kematian itu dengan jiwa yang tenang, Allahpun memanggilnya dengan panggilan yang menyenangkan: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS 89:27-30).

Dengan demikian, jiwa yang tenang membuat kehidupan manusia bisa dijalani dengan sebai-baiknya dan memberi manfaat yang besar, tidak hanya bagi dirinya tapi juga bagi orang lain, sedangkan kematiannya justeru akan menjadi kenangan manis bagi orang yang hidup dan ia akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki dengan masuk ke dalam surga dengan segala kenikmatan yang tiada terbayangkan.

Makanan yang cukup

Makanan, termasuk di dalamnya adalah minuman merupakan kebutuhan yang sangat pokok dalam kehidupan manusia. Kesehatan manusia tidak bisa dipertahankan bila ia tidak makan dan tidak minum, bahkan tidak sedikit orang yang semula memiliki kekuatan iman tidak bisa lagi dipertahankan keimanannya karena lapar, sedangkan bila situasinya sangat darurat, seorang muslimpun terpaksa harus memakan sesuatu yang pada dasarnya haram untuk dimakan, namun apakah seorang muslim bisa untuk berlama-lama dalam situasi darurat?.

Oleh karena itu, memiliki makanan yang cukup atau perekonomian yang memadai merupakan suatu kenikmatan tersendiri dalam hidup ini, sedangkan bila kondisi kehidupan seseorang dalam keadaan lapar, dan ia tidur dalam keadaan yang demikian, maka hal itu merupakan sesuatu yang sangat jelek, karenanya Rasulullah Saw selalu berdo’a sebagaimana terdapat dalam hadits:

Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari lapar, karena ia adalah teman tidur yang paling jelek (HR. Abu Daud, Nasa’I, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).

Untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan, seorang muslim sangat dituntut untuk mencari nafkah, baik untuk diri maupun keluarganya, apalagi bila ia bisa membantu orang lain seperti anak yatim, fakir miskin dan sebagainya. Itu sebabnya, orang yang mencari nafkah secara halal dan terhormat (bukan dengan cara mengemis atau meminta-minta) sangat dimuliakan oleh Allah Swt. Karenanya setiap muslim harus bersungguh-sungguh dalam mencari nafkah guna memenuhi kebutuhannya. Bila sudah terpenuhi dan selalu bisa dipenuhi kebutuhan nafkah diri dan keluarganya, maka hal ini merupakan suatu kenikmatan dalam kehidupan dan iman bila dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya pada masa-masa mendatang. Paling tidak, salah satu faktor yang membuat seseorang bisa menjadi kufur telah teratasi.

Demikian tiga faktor penting yang membuat manusia bisa dikatakan memperoleh kenikmatan dalam hidupnya di dunia yang sangat berpengaruh pada upaya memperoleh kenikmatan di akhirat kelak.

Sumber : https://risalahrasul.wordpress.com/2008/07/21/tiga-kenikmatan-hidu/

Gambar Tidak Tersedia

Obat untuk penyakit hati

Allah SWT berfirman jika ada penyakit di dalam hati Kamu, maka penyakit itu akan menambah kekafiran seseorang sampai ia mati. Naudzubillahi min dzalik, Moeslemates, jangan sampai ada penyakit di dalam hati kita. Lalu muncul pertanyaan, apa aja sih penyakit hati itu? Penyakit hati diantaranya, sombong, iri, riya/pamer, kikir dan ujub/kagum akan diri sendiri. Siapa sih sebenernya yang ingin punya penyakit hati macam itu? Yuk kita obati segala macam bentuk penyakit hati dan mulai menghindari penyakit hati dengan beberapa tips berikut ini!

1. Bertaubat & Banyak Beristighfar

Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nisa: 110)

Moeslemates, obat penyakit hati dalam Islam yang pertama adalah dengan mengingat Allah dengan segera bertaubat dan banyak beristighfar. Sesungguhnya Allah SWT adalah sebaik-baiknya pengampun, maka hendaknya kita bersungguh-sungguh meminta ampunannya dan meminta pertolongan Allah SWT agar terhindar dari penyakit hati yang menggerogoti jiwa dan menguras iman. Bertaubat dan banyak istighfar ini juga kaitannya dengan berdzikir atau mengingat Allah sebanyak-banyaknya. Orang yang sering berdzikir sepanjang malam, ia akan terhindar dari segala macam penyakit hati dan perbuatan maksiat.

2. Baca Qur'an dan Maknanya

https://res.cloudinary.com/he2ebbhcc/image/upload/c_fill,dpr_1.0,f_auto,w_700/v1500436795/ettva4arivyqxjbpep5m.png 

Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Al-Isra: 82)

Obat penyakit hati dalam Islam yang kedua adalah membaca Al-Qur'an dan maknanya. Allah SWT tidak akan menurunkan penyakit tanpa obatnya, jika sakit kepala saja ada obatnya, maka penyakit hati pun ada obatnya. Sebagaimana firman Allah SWT bahwa Dia tidak menurunkan Al-Qur'an kecuali menjadi penawar bagi mereka yang beriman. Maka untuk menghindari segala penyakit hati, yuk kita perbanyak membaca Al-Qur'an, tidak hanya dibaca, tapi juga dimaknai dan kita aplikasikan di kehidupan sehari-hari. Insya Allah dengan membaca Al-Qur'an tidak hanya menyembuhkan penyakit hati, tapi juga membuat hati menjadi tentram.

3. Berpuasa Sunnah

Tidaklah seorang hamba yang puasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka sejauh tujuh puluh musim” [Hadits Riwayat Bukhari 6/35, Muslim 1153 dari Abu Sa’id Al-Khudry, ini adalah lafadz Muslim. Sabda Rasulullah : “70 musim” yakni : perjalanan 70 tahun, demikian dikatakan dalam Fathul Bari 6/48]

Moeslemates, memperbanyak puasa sunnah juga bisa mengobati penyakit hati loh. Karena sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa puasa itu bisa menjauhkan kita dari api neraka sejauh 70 tahun. Karena hakikatnya puasa itu tidak hanya menahan lapar dan haus, tapi mampu menahan diri dari berbuat maksiat. Hindari penyakit hati dengan memperbanyak puasa sunnah yuk!

4. Mendirikan Shalat Malam

Kerjakanlah shalat malam, karena shalat malam itu kebiasaan orang-orang yang shaleh sebelum kamu dahulu, juga suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada TUHAN kalian, juga sebagai penebus pada segala kejahatan (dosa) mencegah dosa serta dapat menghindarkan penyakit dari badan (HR.Imam Tarmidji & Ahmad)

Moeslemates, shalat di sepertiga malam atau bisa disebut shalat tahajud memiliki banyak manfaat sekaligus syafaatnya loh. Diantaranya adalah menjauhkan kita dari berbagai penyakit hati. Shalat malam atau shalat tahajud merupakan kebiasaan orang-orang yang shaleh, dengan menjadi orang yang shaleh kita akan terhindar dari segala macam penyakit hati sekaligus penebus dosa bahkan menghindari segala penyakit yang bersifat lahiriyyah. Yuk mulai belajar shalat malam dari sekarang!

5. Berkumpul dengan Orang Shaleh

https://res.cloudinary.com/he2ebbhcc/image/upload/c_fill,dpr_1.0,f_auto,w_700/v1500437165/kzsfrmeckcok8pxm2dbc.png 

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (Al-Kahfi: 28)

Pernah dengar pepatah yang menyebutkan temanmu adalah cerminan dirimu? Ternyata pepatah ini tidak hanya sekedar pepatah loh, tapi merupakan sabda Rasulullah SAW dan firman Allah SWT agar berkumpul dengan orang-orang shaleh. Salah satu manfaat berkumpul dengan orang-orang shaleh adalah terhindar dari maksiat, dan bisa mencegah dari penyakit hati. Karena jika kita bergaul dengan orang shaleh insya Allah akan saling mengingatkan dalam kebaikan dan ketakwaan. Sesungguhnya manusia itu tempatnya salah dan lupa, maka kita perlu orang lain untuk terus mengingatkan kita pada kebaikan.

Sumber : https://moeslema.com/4340

Gambar Tidak Tersedia

Inilah 7 Pesan Rasulullah SAW Kepada Abu Dzar Al-Ghifari

Abu Dzar Al-Ghifari adalah sahabat Rasulullah SAW. Ia termasuk golongan orang-orang yang terdahulu memeluk Islam. Beliau menyatakan keislamannya dengan sukarela dengan mendatangi Rasulullah langsung ke Mekkah. Beliau juga dikenal sebagai orang yang sangat baik, setia kepada Rasulullah, ramah, dan santun perangainya.

Sejak Abu Dzar ra. menjadi seorang Muslim, beliau benar-benar telah menghias sejarah hidupnya dengan bintang kehormatan yang tinggi. Dengan keberanian yang tinggi, beliau selalu siap berkorban untuk menegakkan kebenaran ajaran Islam. Kejujuran dan kesetiaannya dinilai Rasul sebagai “cahaya yang terang benderang“.

Rasulullah SAW telah berwasiat kepada Abu Dzar ra. yang telah termaktub dalam Bughyatul Bahits ‘an Zawaid Musnad Harits karya Ibnu Abi Usamah. Isi dari wasiat Rasul kepada beliau yaitu:

Artinya: “Kekasihku  (Rasulullah SAW) mewasiatkan kepadaku dengan tujuh hal, yaitu: agar aku senantiasa melihat orang yang di bawahku dan jangan sekali-kali melihat orang yang di atas, mencintai orang miskin dan mendekati mereka, selalu berkata benar meskipun pahit, tidak meminta-minta kepada siapapun, menjalin tali silaturahmi sekalipun mereka berpaling, tidak takut dicaci ketika berdakwah di jalan Allah, memperbanyak membaca laa haula walaa quwwata illa billah (tidak ada daya dan kekuatan melainkan hanya pertolongan Allah)“.

Ketujuh pesan yang disampaikan Rasul tersebut tidak hanya dikhususkan untuk Abu Dzar semata. Namun juga berlaku untuk semua umat Muslim dan para pengikutnya. Siapapun dianjurkan bahkan diwajibkan melaksankan apa-apa yang diperintahkannya.

Dilihat dari isi wasiatnya, sebagian besar nasihat Rasulullah tersebut berupa panduan dalam menjalani kehidupan diantaranya berisikan cara beretika, motivasi hidup, bersosialisasi dan beribadah (jihad fii sabilillah).

1. Jangan Melihat Ke Atas

Agar hidup bahagia dan selalu bersyukur, maka lihatlah orang-orang yang ada dibawah kita, jangan melihat orang yang berada di atas kita. Tujuannya agar kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu“. (HR. Bukhari)

Melihat ke atas diperbolehkan jika untuk memotivasi dalam meraih mimpi dan cita-cita, tapi untuk urusan materi dan penghidupan hendaklah melihat ke bawah agar kita selalu merasa bersyukur atas segala nikmat dan karunia Allah SWT.

2. Mencintai Orang-Orang Miskin

Orang-orang miskin bukan untuk dijauhi tetapi didekati bahkan Rasul memerintahkan untuk mencintainya. Lalu seperti apakah orang-orang miskin yang dimaksud Rasulullah? “Mereka ialah orang yang hidupnya tidak berkecukupan dan tidak memiliki kepandaian untuk itu, lalu dia diberi shodaqoh (zakat) dan mereka tidak mau meminta-minta sesuatu pun kepada orang lain“. (HR. Muslim, Abu Dawud dan An-Nasa’i)

Rasulullah bersabda yang artinya: “Wahai orang-orang yang miskin, aku akan memberikan kabar gembira kepada kalian, bahwa orang mukmin yang miskin akan lebih dahulu masuk surga daripada orang mukmin yang kaya, dengan tenggang waktu setengah hari, itu sama dengan lima ratus tahun. Bukankah Allah berfirman: Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu“.

3. Berkata Benar Meskipun Pahit

Rasulullah SAW berpesan agar selalu berkata benar meskipun pahit, artinya Rasul melarang untuk berdusta atau berbohong dan jujur merupakan suatu kebaikan meskipun hal yang disampaikan itu menyakitkan.

Untuk berkata benar dan selalu berkata jujur memang sangat sulit, apalagi yang harus disampaikan atau diucapkan adalah sesuatu yang sangat pahit. Namun itulah mengapa derajat orang-orang yang berani menyampaikan sesuatu yang benar akan diangkat oleh Allah SWT dan diberikan kedudukan yang tinggi.

4. Tidak Meminta-minta Kepada Siapapun

Rasulullah memerintahkan kepada umatnya untuk tidak meminta-minta kepada siapapun. Karena pada awalnya hukum meminta-minta kepada manusia adalah haram. Oleh karena itu, Rasulullah menyuruh kita untuk berikhtiar semampu kita. Rasulullah bersabda:

Artinya: “Sungguh, seseorang dari kalian mengambil talinya lalu membawa seikat kayu bakar di atas punggungnya, kemudian ia menjualnya, sehingga dengannya Allah menjaga kehormatannya. Itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada manusia. Mereka memberinya atau tidak memberinya“. (HR. Bukhari)

5. Menjalin Tali Silaturahmi

Menyambung silaturahmi yang dimaksud adalah menyambung hubungan kekerabatan yang telah retak dan putus dan berbuat baik kepada kerabat yang berbuat jahat kepada kita. Sebagaimana Rasulullah bersabda:

 

Artinya: “Orang yang menyambung kekerabatan bukanlah orang yang membalas kebaikan, tetapi orang yang menyambungnya adalah orang yang menyambung kekerabatannya apabila diputus“. (HR. Bukhari, Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

Silaturahmi yang paling utama adalah silaturahmi kepada kedua orangtua. Orangtua adalah kerabat yang paling dekat dengan kita, yang memiliki jasa sangat besar dan merekalah yang memberikan kasih sayangnya kepada kita sepanjang hidupnya. Maka tidak aneh jika hak-hak mereka memiliki tingkat yang paling besar setelah beribadah kepada Allah. Birrul-walidain (berbuat baik kepada kedua orangtua) ini adalah perbuatan baik yang paling baik setelah ibadah sholat.

6. Tidak Takut Dicaci ketika Berdakwah di Jalan Allah

Sejak dulu, berdakwah itu bukanlah perkara yang mudah. Akan banyak cacian, tudingan buruk bahkan dibenci oleh orang-orang yang tidak beriman. Rasulullah SAW dan para sahabatnya ketika berdakwah dan menyampaikan ajaran Islam banyak sekali cobaan, hambatan, cacian bahkan serangan yang tidak ada hentinya, namun Perjuangan beliau tak gentar sedikitpun dan tidak lagi diragukan kehebatannya dalam menegakkan Agama Allah.

Rasulullah mengajarkan kepada umatnya agar tidak takut dalam menyampaikan risalah dan ajaran Islam. Beliaupun mengajarkan kepada kita untuk bersikap berani menyampaikan kebenaran dan kebaikan. Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang berjihad di jalan Allah dan mereka yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.

7. Memperbanyak Membaca “laa haula walaa quwwata illa billah”

Pada hakikatnya seorang hamba tidak ada yang memiliki daya dan upaya serta kekuatan kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Sudah semestinya sebagai orang yang beriman kita meyakini bahwa segala sesuau itu terjadi atas kehendak-Nya sehingga kita harus banyak mengingat Allah dan memohon pertolongan hanya kepada-Nya.

Dalam kehidupan ini tidak ada yang lebih Kuasa melainkan Allah, hanya kepada Allah lah kita mohon pertolongan. Apapun yang dilakukan manusia semuanya hanya karena pertolongan dari Allah. Jika Allah tidak menolong, maka tidak ada kemungkinan seorang hamba dapat melakukan segala sesuatu. Artinya, dengan mengucapkan kalimat “laa haula walaa quwwata illa billah“, berarti seorang hamba telah menunjukkan kelemahan, ketidakmampuan dirinya dan menunjukkan bahwa ia adalah orang yang sangat membutuhkan pertolongan dari Allah SWT.

Sumber : https://www.catatanmoeslimah.com/2016/08/inilah-7-pesan-rasulullah-saw-kepada-abu-dzar-al-ghifari.html

Gambar Tidak Tersedia

Malaikat pun turun ketika kamu sholat malam

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia berkata: Orang yang saya sayangi (Nabi Saw) berpesan tiga hal kepada saya agar saya tidak meninggalkannya sampai saya mati, 1. berpuasa sunat tiga hari setiap bulan. 2. solat dhuha. 3. Solat witir sebelum tidur.[HR. Bukhari 1178]


Diriwayatkan dari 'Ubadah bin Ash-Shamit ra bahwa Nabi Saw pernah bersabda: "Siapa yang bangun pada malam hari kemudian mengucapkan bacaan (yang artinya), "Tiada tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, Dia memiliki kerajaan, segala puji bagi-Nya, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, segala puji bagi Allah, Maha Suci Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah". Kemudian dia berdoa, "Ya Allah, ampunilah dosaku", atau berdoa selain itu, maka akan dikabulkan. Jika dia berwudu kemudian mengerjakan solat, maka solatnya diterima".[HR. Bukhari 1154]

Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Dia berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku berikan. Dan siapa yang yang memohon ampun kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari, no.1145 dan Muslim, no.758)

Apakah hadits diatas benar?. Mungkin banyak kaum muslim yang mengatakan demikian. Namun apakah Allah benar-benar turun?.

Dalam pemahamanku Allah tetap berada ditempat-Nya. Allah tidak turun dan tidak naik, tidak di dalam ruang atau tidak diluar ruang. Allah tidak dapat didefinisikan secara pemikiran fisik.

Berdasarkan sebuah analisa, hal itu mungkin jika yang turun adalah Malaikat, bukannya Allah. Seperti tertulis pada ayat-ayat dibawah ini :

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS 41:30)

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an….” (QS 73:20)
 
Dalam surah Al Qadr, Malaikat turun pada malam kemuliaan sampai terbit fajar (QS 97.1-5). Hal ini dikuatkan oleh hadis Shahih Bukhari Muslim

- Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra, dia berkata: Ketika Nabi Saw masih hidup, saya bermimpi menggenggam sehelai kain sutera. Kemanapun tempat di surga yang hendak saya tuju, kain sutera itu membawa saya terbang ke sana. Saya juga bermimpi didatangi oleh dua Malaikat ... (lanjutan hadis ini seperti di muka, nomor 591).[HR. Bukhari 1156]

- Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia berkata: Rasulullah Saw pernah bersabda, Sesungguhnya Allah memiliki sejumlah malaikat yang terus berkeliling untuk mencari orang-orang yang berzikir kepada Allah.
Apabila mereka telah menemukan orang-orang yang berzikir kepada Allah, mereka berkata kepada sesama mereka, "Laksanakanlah keperluan kalian".
Maka mereka meliputkan sayap-sayap mereka hingga sampai ke langit terendah, kemudian mereka ditanya oleh Allah, meskipun sebenarnya Allah Maha Mengetahui,
"Apa yang diucapkan oleh hamba-hamba-Ku?" para Malaikat tersebut menjawab, "Mereka bertasbih, bertakbir dan bertahmid kepada-Mu serta mengagungkanMu".
Allah bertanya lagi, "Apakah mereka bisa melihatKu?" para Malaikat tersebut menjawab, "Demi Allah, mereka tidak bisa melihatMu".
Allah bertanya lagi, "Bagaimana seandainya mereka bisa melihatKU?" para Malaikat menjawab, "Seandainya mereka bisa melihatMu tentu meerka akan beribadah kepadaMu, akan mengagungkanMu, bertahmid dan bertasbih kepadaMu lebih banyak lagi".
Allah bertanya lagi, "Apa yang mereka minta dari Aku?" para Malaikat tersebut menjawab, "Mereka minta surga dariMu".
Allah bertanya lagi, "Apakah meerka pernah melihat surga?" para Malaikat tersebut menjawab, "Demi Allah, mereka tidak pernah melihat surga".
Allah bertanya lagi, "Bagaimana seandainya meerka pernah melihat surga?" para Malaikat tersebut menjawab, "Seandainya mereka pernah melihat surga niscaya mereka akan semakin menginginkannya, memintanya dan mengharapkannya".
Allah bertanya lagi, "Mereka minta dihindarkan dari apa?" para Malaikat tersebut menjawab: "Dari neraka".
Allah bertanya lagi, "Apakah mereka pernah melihat neraka?" para malaikat tersebut menjawab, "Demi Allah, ya Tuhan, mereka tidak pernah melihat neraka".
Allah bertanya lagi, "Bagaimana seandainya mereka pernah melihat neraka?" para Malaikat tersebut menjawab, "Seandainya mereka pernah melihat neraka niscaya mereka akan semakin menghindarinya dan semakin takut kepadanya".
Kemudian Allah berfirman kepada para malaikat tersebut, "Aku persaksikan kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni dosa-dosa mereka". Salah satu malaikat berkata, "Tetapi ada seorang yang sebenarnya tidak termasuk dalam kelompok mereka, karena ia datang ke majelis zikir itu hanya untuk keperluan tertentu?" Allah berfirman, "Mereka semuanya satu kelompok dan siapapun yang datang untuk berkumpul di majelis zikir itu tidak akan celaka".[HR. Bukhari 6408]


- Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda: "Setiap Nabi mempunyai satu doa khusus yang pasti dikabulkan oleh Allah. Aku ingin menyimpan doaku yang khusus tersebut, karena baru akan aku pergunakan untuk memohonkan syafaat bagi umatku kelak di akhirat".[footnote 1]
[footnote 1]: Keterangan: Nabi-Nabi yang lain sudah mempergunakan doa khusus tersebut ketika di dunia.[HR. Bukhari 6304] 

Sumber : http://rindutulisanislam.blogspot.com/2015/09/apakah-allah-atau-malaikat-yang-turun.html

Gambar Tidak Tersedia

Puasa Asyura

Apa saja keutamaan puasa Asyura? Puasa Asyura ini dilakukan pada hari kesepuluh dari bulan Muharram dan lebih baik jika ditambahkan pada hari kesembilan.

Berikut beberapa keutamaan puasa Asyura yang semestinya kita tahu sehingga semangat melakukan puasa tersebut.

1- Puasa di bulan Muharram adalah sebaik-baik puasa.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أ?ف?ض??ُ ا?ص?ِ??ا?ِ ب?ع?د? ر???ض?ا?? ش???رُ ا?????ِ ا???ُح?ر???ُ ??أ?ف?ض??ُ ا?ص???ا?ةِ ب?ع?د? ا??ف?رِ?ض?ةِ ص??ا?ةُ ا???????ِ

Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163).

Muharram disebut syahrullah yaitu bulan Allah, itu menunjukkan kemuliaan bulan tersebut. Ath Thibiy mengatakan bahwa yang dimaksud dengan puasa di syahrullah yaitu puasa Asyura. Sedangkan Al Qori mengatakan bahwa hadits di atas yang dimaksudkan adalah seluruh bulan Muharram. Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 2: 532. Imam Nawawi rahimahullah berkata bahwa bulan Muharram adalah bulan yang paling afdhol untuk berpuasa. Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 50.

Hadits di atas menunjukkan keutamaan puasa di bulan Muharram secara umum, termasuk di dalamnya adalah puasa Asyura.

2- Puasa Asyura menghapuskan dosa setahun yang lalu

Dari Abu Qotadah Al Anshoriy, berkata,

??سُئِ?? ع??? ص????ِ ?????ِ ع?ر?ف?ة? ف???ا?? « ?ُ??ف?ِرُ ا?س????ة? ا????اضِ??ة? ??ا??ب?ا?ِ??ة? ». ??ا?? ??سُئِ?? ع??? ص????ِ ?????ِ ع?اشُ?ر?اء? ف???ا?? « ?ُ??ف?ِرُ ا?س????ة? ا????اضِ??ة?

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162).

Kata Imam Nawawi rahimahullah, yang dimaksudkan pengampunan dosa di sini adalah dosa kecil sebagaimana beliau penerangkan masalah pengampunan dosa ini dalam pembahasan wudhu. Namun diharapkan dosa besar pun bisa diperingan dengan amalan tersebut. Jika tidak, amalan tersebut bisa meninggikan derajat seseorang. Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 46.

Adapun Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat secara mutlak setiap dosa bisa terhapus dengan amalan seperti puasa Asyura. Lihat Majmu’ Al Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 7: 487-501

3- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam punya keinginan berpuasa pada hari kesembilan (tasu’ah)

Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,

??ا ر?سُ??? ا?????ِ إِ????ُ ?????? تُع?ظ?ِ?ُ?ُ ا?????ُ?دُ ??ا????ص?ار??.

“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.” Lantas beliau mengatakan,

ف?إِذ?ا ??ا?? ا??ع?ا?ُ ا???ُ??بِ?ُ – إِ?? ش?اء? ا?????ُ – صُ????ا ا???????? ا?ت??اسِع?

“Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)– kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan,

ف????? ??أ?تِ ا??ع?ا?ُ ا???ُ??بِ?ُ ح?ت??? تُ?ُف?ِ?? ر?سُ??ُ ا?????ِ -ص?? ا??? ع??? ?س??-.

“Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim no. 1134)



Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/3750-keutamaan-puasa-asyura.html

Gambar Tidak Tersedia

Keistimewaan Bulan Muharram

Keistimewaan bulan muharram bisa kita pelajari dan amalkan dalam kehidupan sehari – hari. Arti dari kata muharram sendiri ialah diharamkan. Bisa dinamakan sebagai bulan muharram karena dahulu kala bulan ini diharamkan untuk melakukan suatu aktivitas berperang dalam arti melakukan jihad.

Bulan muharram dalam Islam merupakan bulan yang menjadi pembuka dalam penentuan penanggalan hijriah. Rasulullah Saw memberikan julukan sebagai bulannya Allah Swt. Jaman dahulu sebelum muncul nama bulan muharram dinamakan sebagai bulan Shafar Al-Awwal.

Apabila melakukan jihad melalui peperangan pada bulan muharram diharamkan oleh Allah Swt, berarti hal tersebut wajib untuk dijauhi. Awal mulanya Allah melarang berperang pada bulan muharram seperti halnya peperangan yang dilakukan sebelum agama Islam datang oleh para kaum kuraisy. Berikut ini penjelasan firman Allah Swt dan hadits mengenai bulan muharram :

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. at Taubah :36)

“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram serta satu bulan yang terpisah yaitu Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada Akhiroh dan Sya’ban.” [ HR. Bukhari (3197) dan Muslim(1679) ]

Pada artikel kali ini saya akan membahas mengenai keistimewaan bulan muharram yang akan diulas lebih dalam lagi, yuk kita simak bersama – sama penjelasannya sebagai berikut :

1. Bulan Muharram Merupakan Bulan Allah

“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam”. [ H.R. Muslim (11630) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallohu anhu]

2. Bisa Melaksanakan Ibadah Puasa Sunah Asyura

Hal ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah yakni sebagai berikut :

“Puasa yang paling mulia setelah puasa Ramadhan adalah (berpuasa) di bulan Allah, Muharam.” (HR. Muslim)

Zaman dahulu Rasulullah Saw juga melaksanakannya dan menganjurkan umatnya untuk ikut melaksanakan ibadah yang beliau lakukan.

”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)

 

3. Bisa Melaksanakan Ibadah Puasa Sunah Tasu’a

Dalam bulan Muharram terdapat anjuran mengenai pelaksanaan puasa sunah tasu’a pada hari kesembilan di bulan Muharram tersebut. Dahulu Ibnu Abbas pernah mengatakan kepada Rasulullah Saw berikut ini bisa anda simak :

”Ya Rasulullah! Sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.” 

Selanjutnya Rasulullah Saw menjawab dan menjelaskan :

“Apabila tahun depan insya Allah kita akan berpuasa dengan tanggal 9 (Muharram).”

Kemudian Ibnu Abas berkata kembali kepada Rasulullah Saw seperti ini :

“Belum sempat tahun depan tersebut datang, ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal.” (HR. Muslim no. 1134/2666)

4. Bisa Melaksanakan Ibudah Puasa Sunah 11 Muharram

Berdasarkan pendapat dan kesepakatan para ulama mengenai puasa tanggal 11 muharram diperbolehkan. Berikut ini hadits yang berkaitan dengan hal tersebut :

“Berpuasalah kalian pada hari ‘Asyura’ dan selisihilah orang-orang Yahudi. Berpuasalah sebelumnya atau berpuasalah setelahnya satu hari.” (HR Ahmad no. 2153, Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra no. 8189)

5. Bisa Melaksanakan Ibadah Puasa Sunah 10 Muharram

Para ulama seperti Imam Asy Syafi’i , Imam Ahmad, Ishaq dan ulama lain pernah berkata bahwa dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunah pada hari kesembilan dan juga hari kesepuluh, karena zaman dahulu Rasulullah Saw melaksanakan puasa pada hari kesepuluh dan juga berniat melaksanakan puasa juga pada hari kesembilan. (Syarh Muslim, 8: 12-13)

6. Bulan Muharram Merupakan Bulan Yang Agung

Bulan Muharram adalah syahrullah (Bulan Allah), bulan yang diagungkan dan dimuliakan di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, dengan sudah mengetahui keistimewaan bulan haram ini (salah satunya Muharram) semoga kita semakin takut akan perbuatan-perbuatan maksiat.

7. Baik Untuk Memperbanyak Sedekah

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Baqarah : 195)

“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah : 215)

8. Baik Untuk Menyambung Silaturahmi 

“Barang siapa yang menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan dengannya.” [Muttafaqun ‘alaihi]

“Orang yang menyambung silaturahmi itu, bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah terjalin, akan tetapi orang yang menyambung silaturahmi ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus.” [Muttafaqun ‘alaihi]

9. Baik Untuk Meningkatkan Ibadah Shalat Wajib dan Sunah

“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan sholat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al Baqarah(2) : 3)

“Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” (QS. Al Baqarah(2) : 43)

“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,” (QS. Al Baqarah(2):45)

10. Baik Untuk Menjenguk Orang Sakit

Apabila seseorang menjenguk saudaranya Чαπƍ muslim (yang sedang sakit), maka (seakan-akan) dia berjalan sambil memetik buah-buahan Surga sehingga dia duduk, apabila sudah duduk maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila menjenguknya di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar mendapat rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi tiba.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad dengan sanad shahih).

11. Baik Untuk Berziarah Kepada Ulama

Aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak diizinkan melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk menziarahi kuburnya, aku pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian.” (HR. Muslim no.108, 2/671)

Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya).” (QS. At Taubah: 113)

12. Baik Untuk Menambah Nafkah Terhadap Keluarga

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An Nisa: 34).

13. Baik Untuk Menyantuni Anak Yatim

“Siapa yang mengusapkan tangannya pada kepala anak yatim, di hari Asyuro’ (tanggal 10 Muharram), maka Allah akan mengangkat derajatnya, dengan setiap helai rambut yang diusap satu derajat.”

“Saya dan orang yang menanggung hidup anak yatim seperti dua jari ini ketika di surga.” Beliau berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah, dan beliau memisahkannya sedikit.” (HR. Bukhari no. 5304)

 

14. Baik Untuk Membaca Al Quran Khususnya Surat Al Ikhlas Sebanyak 1000 Kali

“Sesungguhnya seseorang mendengar orang lain membacanya dengan mengulang-ulangnya, maka tatkala pagi harinya, ia mendatangi Rasulullah n dan menceritakan hal itu kepadanya, dan seolah-olah orang itu menganggap remeh surat itu, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya surat itu sebanding dengan sepertiga al Qur`an.”  (HR al Bukhari, 4/1915 no. 4726)

15. Baik Untuk Berpuasa Sunah Seperti Puasa Senin dan Kamis

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. An Nasai no. 2362 dan Ibnu Majah no. 1739)

Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi no. 747)

Sumber : https://dalamislam.com/info-islami/keistimewaan-bulan-muharram