Gambar Tidak Tersedia

Berbagi Berkah Dengan TRI

Sahabat, saat ini ada kabar istimewa khususnya bagi pengguna kartu seluler provider TRI. Karena pada saat ini Rumah Zakat telah bekerjasama dengan salahsatu operator provider tersebut dalam memberiakan kemudahan kepada Sahabat pengguna TRI untuk bersedekah.

TRI meluncurkan program Ramadhan dengan tema Berbagi Berkah. Dari program ini TRI mengajak Sahabat yang ingin bersedekah di Rumah Zakat secara mudah bisa dengan cara membeli paket Berbagi Berkah yang sedang dipromokan oleh TRI.

Setiap pembelian paket Berbagi Berkah dari TRI, Sahabat telah ikut program sedekah Rumah Zakat. Donasi yang telah terkumpul, akan disalurkan kembali oleh Rumah Zakat kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan.

Program sedekah dari TRI ini hanya berlangsung selama periode promo 17 Mei – 17 Juni 2018 atau selama bulan Ramadhan saja.

Gambar Tidak Tersedia

Sedekah Untuk Perbaikan Gizi di Indonesia

Sahabat, berdasarkan data UNICEF tahun 2017, Indonesia berada diperingkat ke-5 negara dengan tingkat kekurangan gizi anak paling tinggi di dunia. Saat ini ada 3,3 juta anak Indonesia menderita gizi buruk di pelosok-pelosok desa.

Sebagai bentuk kepedulian atas kondisi tersebut, Rumah Zakat bersinergi dengan salahsatu Warung Makan terkenal yaitu Steak Hotel by HOLYCOW. Steak Hotel by HOLYCOW merupakan salahsatu rumah makan yang memiliki konsep pelayanan layaknya di hotel namun dengan harga standar warung makan seperti di Warteg.

Bersama Steak Hotel by HOLYCOW, Rumah Zakat mengajak Sahabat untuk bersama-sama membantu anak-anak Indonesia mendapatkan masa depan yang lebih cemerlang.

Donasikan kepedulian kita terhadap kondisi mereka dengan cara mendonasikan kembalian kita di Steak Hotel by HOLYCOW.

Dengan cara ini kita bisa membantu memperbaiki gizi jutaan anak-anak di pelosok desa untuk masa depan mereka & Indonesia yang lebih baik.

Gambar Tidak Tersedia

Berbagi Buka Puasa Dengan GO-TIX

Sahabat, mari kita lipat gandakan pahala puasa kita dengan Berbagi Buka Puasa bersama mereka yang membutuhkan. Caranya dengan paket makanan lengkap untuk berbuka puasa yang kita donasikan melalui Rumah Zakat bersama salahsatu Layanan Aplikasi GO-JEK yaitu GO-TIX. Paket makanan lengkap untuk berbuka ini akan menjadi hidangan istimewa untuk mereka.

Selain Paket Berbagi Buka Puasa (BBP), Sahabat juga bisa memilih program Ramadhan Rumah Zakat lainnya seperti Kado Lebaran Yatim (KLY), Bingkisan Lebaran Keluarga (BLK), Syiar Quran (SQ), Janda Berdaya dan Ramadhan Bebas Hutang.

Berikut cara donasi Berbagi Buka Puasa dengan GO-TIX :

1.       Buka layanan GO-TIX di aplikasi GO-JEK

2.      Pilih tab Events dan temukan kategori Ramadan Donation

3.      Piilh Rumah Zakat

4.      Pilih nilai program yang ingin diberikan lalu pilih metode pemabayaran

5.      Selesai

#RamadhanBerdaya #RumahZakat #GO-TIX

Gambar Tidak Tersedia

Anjuran Nabi Muhammad agar tidak tidur setelah sahur

Waktu sahur antara jam 3 hingga setengah 5 memang jadi waktu yang enak ketika seseorang sedang terlelap. Makanya pada jam-jam ini masih banyak yang meninggalkan sunnah sahur karena merasa mengantuk, atau bangun dalam keadaan mengantuk berat.

Tidur setelah sahur tidak diharamkan, tapi sebaiknya tidak dilakukan. Hal ini berdasar tuntunan nabi Muhammad SAW bahwa makan sahur jangan dilewatkan, dan sunnah untuk diakhirkan waktunya hingga menjelang subuh atau waktu imsyak.

Hal tersebut untuk menghindari terbuangnya waktu terlalu banyak di malam harinya sehingga kesulitan menjalankan aktivitas lain karena timbul rasa kantuk.

Nabi Muhammad terus beraktifitas setelah makan sahur dengan melakukan berbagai kegiatan termasuk shalat. Beraktifitas membantu makanan yang telah dikonsumsi masuk ke lambung dengan baik sehingga lebih mudah tercerna. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Cairkan makanan kalian dengan berdzikir kepada Allah SWT dan shalat, serta janganlah kalian langsung tidur setelah makan, karena dapat membuat hati kalian menjadi keras,” (HR Abu Nu’aim dari Aisyah r.a.).

Selain itu, tidur setelah sahur juga tidak dianjurkan karena ditakutkan kamu malah meninggalkan aktifitas wajib shalat subuh, begitu juga kegiatan setelahnya. Makruh hukumnya menyia-nyiakan waktu di pagi hari dengan tertidur. Karena waktu tersebut merupakan awalnya hari yang mengandung berkah,

“Pagi hari merupakan waktu turunnya rizki, adanya pembagian, turunnya keberkahan, dan darinya hari itu bergulir dan mengembalikan segala kejadian hari itu atas kejadian saat yang mahal tersebut. Maka seyogyanya tidurnya pada saat seperti itu seperti tidurnya orang yang terpaksa”
(Ibnul-Qayyim; Madaarijus-Saalikiin 1/459).
Berikut ini cara Rasulullah dan sahabat agar tidak tidur setelah sahur:

1. Mengakhirkan sahur

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan umatnya untuk mengakhirkan sahur. Mengakhirkan sahur ini juga termasuk salah satu sunnah puasa sehingga para sahabat pun melakukan hal yang sama. Berapa jeda waktu antara makan sahur dan shalat Subuh?

Zaid bin Tsabit meriwayatkannya kepada kita:

ت�?س�?ح�?�?ر�?�?�?ا �?�?ع�? ر�?سُ�?�?ِ ا�?�?�?�?�?ِ -ص�?�? ا�?�?�? ع�?�?�? �?س�?�?- ثُ�?�?�? �?ُ�?�?�?�?ا إِ�?�?�? ا�?ص�?�?�?ا�?ةِ. �?ُ�?�?تُ �?�?�?�? �?�?ا�?�? �?�?د�?رُ �?�?ا ب�?�?�?�?�?�?ُ�?�?ا �?�?ا�?�? خ�?�?�?سِ�?�?�? آ�?�?ة�?.

“Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian kami pun berdiri untuk menunaikan shalat. Kemudian Anas bertanya pada Zaid, ”Berapa lama jarak antara adzan Shubuh dan sahur kalian?” Zaid menjawab, ”Sekitar membaca 50 ayat”. (HR. Muslim)

Dengan dekatnya waktu sahur dengan waktu Shubuh (terbit fajar), selain mendapat keberkahan seperti disebutkan dalam hadits lainnya, juga meminimalisir peluang untuk mengantuk. Sebaliknya, jika waktu sahur dan waktu Shubuh masih berjam-jam, biasanya besar keinginan untuk tidur.

2. Mengisi jeda waktu antara sahur dan Subuh dengan shalat dan dzikir

Seperti hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat beliau biasa mengisi waktu jeda antara makan sahur dan waktu Shubuh dengan shalat, dzikir dan doa. Selain mendapatkan keutamaan waktu sepertiga malam terakhir yang merupakan waktu mustajab untuk berdoa, otomatis juga terhindar dari tidur.

3. Shalat Subuh berjamaah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat beliau adalah orang-orang yang paling rajin shalat berjamaah. Maka begitu tiba waktu Shubuh, mereka (sudah) pergi ke masjid untuk menunaikan shalat Shubuh berjamaah. Usai shalat berjamaah, mereka juga biasa berdiam diri di masjid. Dzikirnya lama. Bahkan banyak pula yang baru selesai setelah matahari terbit dan sekitar 10-15 menit kemudian menunaikan shalat ba’da syuruq yang keutamaannya seperti pahala haji. Dan praktis, tidak ada waktu tidur setelah sahur.

Sumber : https://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/kiat-rasul-saw-dan-para-shahabat-tidak-tidur-setelah-sahur.htm#.WwTq4SAxXIU

Gambar Tidak Tersedia

Ayo Bayar Zakat Pakai PayPro

Rumah Zakat kembali berinovasi untuk memberikan layanan kemudahan dalam berdonasi. Inovasi tersebut adalah adanya sinergi layanan antara Rumah Zakat dengan Dompet Digital PayPro.

PayPro merupakan salahsatu perusahaan teknologi finansial (tekfin) pembayaran yang mulai beroperasi sejak 2017 melalui entitas PT. Solusi Pasti Indonesia. PayPro menyediakan solusi layanan pembayaran digital dan jasa keuangan dengan berbagai akses, baik melalui smartphone maupun feature phone. PayPro tercatat memiliki 7,5 juta pelanggan dan melayani lebih dari 4,5 juta transaksi per bulan. PayPro juga telah menjalin kerja sama dengan lebih dari 30.000 toko di Indonesia.

Oleh karena itu bagi Sahabat yang akan menunaikan Zakat, Infak dan Shadaqah bisa memilih Rumah Zakat dengan proses pembayaran melalui PayPro. Lebih mudah, cepat dan kekinian.

Dengan PayPro, selain Zakat, Infak dan Shadaqah, Sahabat juga bisa memilih program donasi lainnya dari Rumah Zakat seputar program Ramadhan seperti Ramadhan Bebas Hutang, Berbagi Buka Puasa, Janda Berdaya, Syi’ar Quran, Kado Lebaran Yatim dan Bingkisan Lebaran Keluarga.

Berikut ini langkah-langkah menunaikan Zakat ataupun donasi lainnya di Rumah Zakat melalui PayPro :

1.        Pilih program donasi yang diinginkan dan pastikan kodenya di Booth Rumah Zakat (keterangan kode ada pada gambar)

2.       Download aplikasi PayPro, registrasi dan top up saldo PayPro

3.       Pilih menu “Bayar Dengan Kode Toko”

4.      Masukkan kode sesuai dengan program donasi yang telah Sahabat pilih

5.       Masukkan nominal donasi dan PIN

6.      Selanjutnya Sahabat akan mendapatkan konfirmasi “Donasi Berhasil”

7.       Selesai

Jika Bayar Zakat atau ikut program donasi lainnya lebih mudah di Rumah Zakat dengan layanan PayPro, mengapa harus pilih yang lain.

Gambar Tidak Tersedia

Lebih banyak berinteraksi dengan Al-Quran

Menghafal Alquran adalah aktivitas terbaik. Apa saja yang berhubungan dengan Alquran bakal dimuliakan Allah SWT. Contohnya Lailatul Qadar sebagai malam diturunkannya Alquran, serta bulan Ramadhan yang sebentar lagi akan datang.

Direktur Pesantren Pondok Pesantren Islam Terpadu (PPIT) Al Hikmah Karanggede Boyolali, Ustaz H Ahmad Mifdlol Muthohar Lc MSI mengatakan, siapa pun orangnya yang paling banyak berinteraksi dengan Alquran, mahluk apapun yang berinteraksi banyak dengan Alquran, maka Allah akan memuliakannya menjadi umat yang terbaik. Begitu pula, generasi Alquran, adalah generasi yang terbaik.

"Kenapa? Karena generasi yang paling banyak berinteraksi dengan wahyu Allah," ungkap Ustadz H Ahmad Mifdlol pada sambutan Wisuda Akhirussanah bagi santri Kelas 9 MTs Terpadu Al Hikmah dan Kelas 12 SMAIT Al Hikmah.

Ustadz Mifdlol juga berpesan, bagi lulusan MTs agar tetap melanjutkan pendidikan di pondok pesantren. Kendati tidak harus di PPIT Al Hikmah. Hal itu bertujuan untuk menjaga anak dari pengaruh negatif ketika masa pemikiran anak tumbuh pesat.

Apalagi anak-anak ini berada di tengah-tengah era milenial, atau era yang semakin banyak tantangan keumatan. "Tetaplah di pesantren. Bagi bapak ibu yang kemudian merubah rencana tidak di pesantren, tolong dikembalikan lagi ke pesantren," pesan Ketua Majelis Pesantren Ma'had Da'wah Indonesia (Mapadi) Jawa Tengah tersebut.

Sementara itu, PPIT Al Hikmah Karanggede Boyolali menggelar acara Wisuda Akhirussanah bagi santri Kelas 9 MTs Terpadu Al Hikmah dan Kelas 12 SMAIT Al Hikmah. Dalam acara yang digelar di Aula PPIT Al Hikmah Karanggede Boyolali ini dihadiri para orang tua wisudawan serta Pengurus dan Dewan Pembina Yayasan Al Hikmah Boyolali (YABI). Termasuk ketua panitia, Ustaz Muhammad Ulil Absor SPdI dan Ketua YABI, Ustaz Abdullah Ihsan Alfarhan, ST.

Sebanyak 99 santri tercatat lulus tahun 2018 ini. 71 santri dari jenjang MTsT dan 28 santri dari jenjang SMAIT. Beberapa dari peserta wisuda telah selesai menghafal 30 juz Alquran. Bahkan, terdapat 17 santri hafidz 30 juz yang di wisuda dari jenjang SMA.

"Itu artinya, sekitar 60 persen atau lebih dari separo dari lulusan SMAIT Al Hikmah telah menyelesaikan hafalan 30 juz Alquran. Begitu pula dengan jenjang MTsT juga ada beberapa wisudawan yang telah menyelesaikan hafalan 30 juz Alquran," kata Ketua YABI Ustadz Abdullah Ihsan Alfarhan ST.

Ia pun bersyukur atas pencapaian para lulusan yang telah hafidz 30 juz. Di sisi lain, pencapaian itu juga harus ditingkatkan lagi agar kualitasnya menjadi semakin bagus. "Sehingga para lulusan (SMAIT) bisa masuk ke perguruan tinggi melalui jalur tahfiz," tandasnya.

Dalam prosesi wisuda ini, secara bergantian, para santri Kelas 9 MTsT dan Kelas 12 SMAIT yang telah mengenakan seragam dan samir wisuda naik ke atas panggung untuk bersalaman dan di wisuda oleh asatidzah. Sejumlah pertunjukan turut ditampilkan dalam Wisuda Akhirussanah ini. Seperti paduan suara, tari saman, dan pementasan drama.

Perwakilan dari wisudawan dan wali santri juga turut maju untuk menyampaikan pesan kesan, dan pelepasan santri dari pondok ke orang tua oleh Ustadz Nur Achmad SH. Di akhir acara Wisuda Akhirussanah, panitia memberikan hadiah penghargaan bagi wisudawan dan wisudawati berprestasi di bidang akademik dan tahfidz sebagai bentuk apresiasi atas prestasi yang telah diraih selama menjadi santri.

 

Telah menjadi hal yang sangat maklum, bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat mulya, kemulyaan tersebut semakin terasa manakala terjajar dan terrangkai berbagai aktifitas ibadah dengan beragam bentuknya mewarnai bulan agung ini, mulai dari puasa, qiyamul lail dalam bentuk tarawih, witir dan yang lain, tadarrus al-Qur’an, I’tikaf, dan sebagainya. Seakan-akan para mukmin begitu tergerak unutuk menghias jiwa mereka dengan sifat-sifat “malakiyyah” dan sama sekali mereka tidak merelakan virus-virus “syaithaniyyah” menjangkiti hari-hari mereka.

Kehadiran Ramadhan merupakan momentum yang sangat efektif untuk menginspirasi semua umat menuju fitrah mereka. Di sini kita boleh membayangkan, seandainya tanpa kehadiran Ramadhan, apakah tempat-tempat ibadah akan sepenuh itu?, apakah perilaku para mukmin akan seindah itu?, apakah kejujuran, loyalitas, kedisiplinan, akan terlihat serapi itu? jawabannya tentu “belum”. Sehingga wajar apabila banyak yang mengharapkan agar seluruh bulan adalah ramadhan, bukan hanya permasalahan “pahala” yang berlipat ganda, tetapi karena warna dan dinamika ramadhan begitu ideal untuk selalu diimplementasikan dalam setiap detik-detik proses kehidupan.

Kemuliaan Ramadhan juga diperkuat dengan peristiwa besar “diturunkannya” al-Qur’an di dalamnya (QS. Al-Baqarah/2: 185), yang mana al-Qur’an merupakan kitab suci teragung yang pernah ada dalam sejarah peradaban, al-Qur’an merupakan sumber asasi multi dimensi, inspirasi paling ideal bagi tatanan kehidupan baik yang menyangkut dimensi ketuhanan, kemanusiaan, maupun kealaman. Al-Qur’an melampaui segala jenis mukjizat yang pernah ada, sekaligus membedakan “kualitas” umat-umat para Nabi. Apabila Nabi-Nabi dahulu memiliki mukjizat tertentu, maka kebanyakan bersifat “hissiyyah” atau indrawi, artinya bisa dilihat dan disaksikan tetapi tidak bias dikaji dan diteliti secara empiris-logis dan setelah Nabi tersebut meninggal dunia, maka mukjizatnya juga musnah, berbeda dengan mukjizat terbesar Nabi Muhammad yang berupa al-Qur’an, tidak bersifat indrawi, tetapi “aqli”, artinya masuk akal, dapat dikaji dan diteliti secara empiris-logis, bahkan sekian juta orang yang mengkaji al-Qur’an dari berbagai sudut pandang, ternyata sumber ilmu dari al-Qur’an tidak habis juga.

Keagungan dimensi kemukjizatan al-Qur’an tidak saja mencerminkan kecerdasan Muhammad serta umatnya, tetapi juga sebagai inspirasi bagi sekalian makhluk untuk selalu mengkaji serta memposisikan al-Qur’an sebagai pedoman teragung kehidupan. Abdullah Darraz dalam “an-Naba’ al-Adzim” memberikan permisalan yang indah terhadap al-Qur’an. Di mana ia mengibaratkan al-Qur’an bagaikan mutiara yang selalu memancarkan kilau cahaya indah jika dilihat dari arah dan sisi manapun, bahkan apabila kita mempersilahkan orang lain untuk memandang mutiara itu tadi, maka boleh jadi orang lain tersebut akan menemukan keindahan yang lebih banyak dari yang kita temukan. Sehingga, kita juga tidak heran apabila al-Qur’an dikaji oleh jutaan orang dari berbagai segi dan sudut pandang. Ada yang mengkaji dari sisi ungkapan dan kata-kata, terdapat pula yang mengkaji dari sisi bacaan dan cara bacanya, ada yang mengkaji dari sisi inspirasi ilmiahnya, terdapat pula yang menyoroti sisi model pensyari’atan hukum-hukumnya yang selalu sesuai dengan siapa saja, kapan saja dan di mana saja, bahkan belakangan ini muncul kajian al-Qur’an yang fokus pada itung-itungan matematis, bahkan terdapat yang terkesan diutak-atik mathuk-kan.

Sekedar contoh, Dahi kita mungkin mengernyit, ketika membaca ulasan sisi-sisi kei’jazan al-Qur’an, baik I’jaz lughawi (bahasa), I’jaz ilmi (inspirasi ilmiah), maupun I’jaz tasyri’I (model pensyari’atan), tergambar begitu rigid dan menawan, dalam sisi lughawi misalnya, kata-kata dalam al-Qur’an disebutkan dengan jumlah yang sepadan dengan antonimnya, kata “al-hayyu” yang berarti hidup disebutkan sebanyak 145 kali, persis sama dengan kata “al-mawtu” yang bermakna mati. Begitu pula dengan kata “al-harru” (panas) dan “al-baradu” (dingin) yang sama-sama disebutkan 4 kali. Dan masih banyak contoh yang lain, baik yang berkaitan dengan sinonim, suku kata dengan akibatnya, kata dengan penyebabnya, dan keseimbangan-keseimbangan lain, bahkan keseimbangan khusus, semisal kata “al-yawm” (hari) dalam bentuk mufrad (tunggal), disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 365 kali, seimbang dengan jumlah rata-rata hari dalam setahun, kemudian kata “al-yawm” dalam bentuk tasniyah atau jama’ (yawmaini/ayyam), disebutkan sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah rata-rata hari dalam sebulan, kemudian kata “syahr” yang berarti bulan, hanya disebutkan 12 kali dalam al-Qur’an, sama dengan jumlah bulan dalam waktu setahun. Tentu masih terlalu banyak contoh lain yang terkait dengan sisi lughawi, belum lagi mengenai inspirasi ilmiah yang bahkan belakangan ini menjadi inspirasi utama bahan penelitian para pakar sains dan teknologi di berbagai belahan dunia.

Mungkin kita juga masih ingat peristiwa teror yang menimpa gedung WTC (World Trade Center) di Amerika yang terjadi pada tanggal 11 September 2001, bahkan mengenai masalah semacam itu saja, dulu terdapat seorang ilmuan yang menganalisis dengan paradigma utak-atik mathuk tersebut. Katanya, terdapat ayat al-Qur’an yang menjelaskan bahwa bangunan yang dibangun atas dasar taqwa tentu lebih baik daripada bangunan yang dibangun atas dasar kecongkakan (di tepi jurang yang runtuh) yang akhirnya membawa mereka ke neraka jahannam. Dan ternyata ayat tersebut tepat berada di Juz 11 (sesuai tanggal kejadian), surat ke 9/at-Taubah (sesuai bulan kejadian), dan di ayat 109 (sesuai jumlah lantai gedung), kemudian kebetulan lagi dalam ayat tersebut terdapat redaksi “jurufin harin” yang berarti “jurang yang runtuh”, sementara konon, jalan menuju WTC itu namanya “Jarvin Harr Street”. Apakah ini kebetulan, tentu jawabannya wallahu a’lam, akan tetapi point-nya adalah bahwa al-Qur’an selalu menarik untuk dikaji bahkan dari sisi yang tak terduga sekalipun.

Kemudian yang tidak kalah pentingnya dari peristiwa nuzul al-Qur’an adalah bukan hanya bagaimana model perayaannya, tetapi bagaimana kita juga bisa berinteraksi lebih dekat dan lebih dalam dengan al-Qur’an itu sendiri. Hal ini bisa kita lakukan dengan meningkatkan intensitas membaca, memahami, serta berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan apa yang menjadi ajaran serta tuntunan dari al-Qur’an. Hal ini penting untuk ditekankan, mengingat belakangan ini terlampau banyak orang yang menjadikan mushaf al-Qur’an sebagai hiasan almari dan jarang sekali dibaca, banyak pula orang yang memegang, bahkan membaca al-Qur’an, tetapi perilakunya tidak mencerminkan nilai-nilai agung yang diajarkan oleh al-Qur’an. Al-Qur’an mengajarkan kedamaian, kesetaraan, keadilan, dan berbagai tuntunan hidup dan kehidupan ideal yang apabila diikuti maka akan membawa kita menuju kebahagiaan dunia-akhirat, maka sudah saatnya kita kembali pada al-Qur’an dan menghiasi kehidupan ini dengan akhlaq al-Qur’an. Al-Qur’an adalah perjamuan Allah, sangat rugi orang-orang yang tidak datang di perjamuan Allah, dan lebih rugi lagi orang-orang yang datang di perjamuan Allah akan tetapi tidak bisa menikmati apa-apa dari perjamuan tersebut.

Sumber : http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/18/05/16/p8t1b7384-generasi-terbaik-yang-berinteraksi-dengan-alquran

Gambar Tidak Tersedia

10 Hari Pertama di Bulan Ramadhan

Sebab menjalankan puasa di 10 pertama Ramadhan akan mendapatkan curahan rahmat. Sangat sulit memulai 10 hari pertama Ramadhan, karena sebab adaptasi dan harus menyesuaikan diri, baik dari keseharian, kemudian berkaitan dengan ketahanan tubuh dan kebiasaan setiap harinya, di mana aktivitas kita makan siang kemudian malam. Namun kemudian harus menjalani ibadah puasa yang dimulai dengan sahur pertama dan kemudian berbuka.

Sebab fase-fase 10 hari pertama Ramadan memang merupakan fase terberat dan tersulit karena merupakan fase peralihan dari kebiasaan pola makan normal menjadi harus menahan lapar dan haus mulai dari subuh hingga magrib.

Seperti diketahui, tidak hanya tubuh saja yang melakukan adaptasi, pada fase 10 hari pertama Ramadan ini pikiran banyak persoalan yang harus dihadapi dengan proses beradaptasi atau penyesuaian.

Siapa yang mampu melewati ini hanya orang yang benar-benar sabar dan niat beribadahlah yang mampu melewatinya.

Maka itu ada beberapa keistimewaan pada 10 hari pertama Ramadhan.

Yakni Allah SWT membukakan pintu rahmat yang sebesar-besarnya bagi hamba-Nya yang telah sabar dan ikhlas dalam menunaikan puasa selama 10 hari pertama di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Maka itu ada beberapa hal yang harus dilakukan melewati 10 hari pertama ini agar benar-benar berarti bagi kita umat Muslim.

1. Perbanyak Ibadah Sunnah jangan berdiam diri

Jangan melewatkan kesempatan mendapatkan rahmat dari Allah SWT selama 10 hari pertama Ramadan dengan hanya berdiam diri tanpa melakukan aktifitas.

2. Perbanyak membaca Alquran

Manfaatkanlah setiap 10 hari pertama sebagai ibadah. Seperti tilawah Al Quran, karena ini menjadi keutamaan pahala membaca Al Quran untuk ketenangan hati bagi kita umat Muslim.

3. Perbanyak Zikir dan doa

Zikir, berdoa, salat sunnah dan beramal dan membantu bagi sesama yang membutuhkan pertolongan dan angat utama bagi kita semua.

4. Salat berjamaah

Salat berjamaah pada bulan puasa perlu diutamakan, terutama bagi kaum pria.

Rasullullah tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah meskipun dalam keadaan sakit maupun cuaca yang tidak menentu.

5. Memperbanyak silaturahmi, serta menjaga hubungan baik juga merupakan sebuah ibadah.

Sebagaimana yang diterangkan dalam hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam’ :

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu,dimana ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda:

“Awal bulan Ramadan adalah Rahmat, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya ‘Itqun Minan Nar (pembebasan dari api neraka).”

Lantas apa akibatnya jika melewati 10 hari pertama?

Melewatkan Moment Penting

Jika melewatkan 10 hari pertama, maka ibarat dalam hitung-hitungan angka, jika melewatkan angka pertama, tidak akan dapat melampaui angka yang kedua dan seterusnya karena sudah melewatkan 10 malam rahmat dari Allah, tentunya tidak akan mendapatkan maghfirah apalagi ampunan.

Tidak Mendapatkan Rahmat

Tentunya dengan melewatkan banyak pula amalan-amalan dan ibadah, dari ketentuan di 10 hari pertama.

Karena seorang yang melewatkan puasa di 10 hari pertama, maka amalan yang dia jalannya menjadi kurang berarti pula.

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, beliau berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Telah datang kepada kalian Ramadan, bulan yang diberkahi, Allah Ta’ala wajibkan kalian untuk berpuasa padanya, dibukakan padanya pintu-pintu langit, ditutup pintu-pintu neraka Jahim, dan dibelenggu setansetan yang membangkang. Pada bulan tersebut, Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan (seseorang beribadah selama itu). Barangsiapa terhalang dari kebaikannya, sungguh ia orang yang terhalang (dari seluruh kebaikan)”.

Sesungguhnya pada puasa itu terkandung kesehatan yang besar dengan semua maknanya, baik kesehatan badan, perasaan, maupun rohani.

Dengan demikian, puasa dapat memperbaharui kehidupan seseorang dengan diperbaharuinya sel-sel dan dibuangnya sel-sel yang sudah tua dan mati serta diistirahatkannya perut dan organ pencernaan.

Puasa juga dapat memberikan perlindungan terhadap tubuh, membersihkan perut dari sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna dan juga dari kelembaban yang ditinggalkan oleh makanan dan minuman.

Sumber : http://style.tribunnews.com/2018/05/17/deretan-keutamaan-10-hari-pertama-puasa-ramadhan-rugi-kalau-sampai-terlewatkan?page=4

Gambar Tidak Tersedia

Ibadah Shaum Rasulullah SAW

Puasa di bulan ramadhan adalah kewajiban kepada seluruh umat Islam. Setiap kaum Muslimin melaksanakan ibadah puasa dan ibadah lainnya untuk mengharap ridho, kasih sayang dan ampunan Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183). Kata ‘kutiba’ dalam ayat ini berarti diwajibkan.

Rasulullah memerintahkan umatnya agar memulai puasa di bulan Ramadhan karena telah melihat bulan, dan mengakhiri bulan Ramadhan untuk berlebaran karena melihat bulan. Jika bulan tak terlihat karena mendung, sempurnakan hitungan hari pada bulan Sya'ban atau bulan Ramadhan sampai tiga puluh hari.

Hadits riwayat Abu Daud dan An-Nasa'i ini menggambarkan betapa berhati-hatinya Rasulullah dalam menghitung masuknya bulan Ramadhan dan selesainya kewajiban berpuasa. Sehingga karena tak bisa melihat bulan, hitungan harinya disempurnakan menjadi tiga puluh seperti Ramadhan tahun ini. Dalam hitungan kalender hijriyah hanya berkisar antara 29 hari atau 30 hari.

Perbedaan sudut pandangan muncul. Apa yang dimaksud dengan melihat bulan sebagai penentu masuknya bulan Ramdhan dan mulainya berlebaran?

Sebagian ulama ada yang menganggap melihat bulan itu harus langsung menggunakan mata telanjang. Biasanya bulan dapat dilihat (imkanurru'yah) manakala ketinggian hilal di atas dua derajat.

Pendapat ini mengertikan cara melihat bulan yang diajarkan oleh Hadits adalah bersifat ta'abbudi (ibadah) sehingga tak dapat diterjemahkan secara rasional menggunakan ilmu astronomi saja. Adapun pendapat lain, melihat bulan itu bisa menggunakan mata telanjang dan dapat juga dilihat menggunakan ilmu astronomi (falak).

Menurut pendapat kedua ini, masuknya bulan Ramadhan dan mulai lebaran dapat ditentukan menggunakan ilmu falak, yaitu wujudul hilal (adanya bulan) di ufuk meskipun tak harus dilihat oleh mata karena mendung atau karena dibawah dua derajat.
Bulan kesabaran

Ketika hendak memasuki bulan Ramadhan, Rasulullah menyampaikan khotbah pada hari terakhir bulan Sya'ban.

"Wahai manusia telah datang kepada kalian bulan yang agung, bulan penuh berkah, di dalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa-Nya wajib, dan qiyamul lail-Nya sunnah. Siapa yang mendekatkan diri dengan ibadah sunnah maka seperti mendekatkan diri dengan ibadah wajib di bulan yang lain. Siapa yang melaksanakan ibadah wajib maka seperti melaksanakan 70 kewajiban di bulan lainnya."

Rasulullah menyebut Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan balasannya adalah surga. Ramadhan adalah bulan solidaritas, dan bulan ditambahkan rezeki orang beriman.

Siapa yang memberi makan orang berpuasa, maka diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan mendapatkan pahala seperti orang-orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi pahalanya sedikitpun.

Sahabat berkata, "Wahai Rasulullah SAW, tidak semua kita dapat memberi makan orang yang berpuasa."

Rasulullah bersabda, "Allah SWT memberi pahala kepada orang yang memberi buka puasa walaupun dengan satu biji kurma atau seteguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan dimana awalnya rahmah (kasih sayang), tengahnya maghfirah (maghfirah), dan akhirnya pembebasan dari api neraka. (HR Ibnu Huzaimah).

Begitu mulia bulan Ramadhan dan kesempatan emas bagi umat sehingga Nabi SAW perlu mengingatkan agar tak menyia-nyiakan kesempatan untuk meraih ampunan, rezeki, dan pembebasan dari api neraka.

Perlu mengisi Ramadhan dengan berbagai macam ibadah mahdhah (vertikal) seperti menjaga ucapan, organ tubuh dan hati dari maksiat, seraya melaksanakan ibadah yang berefek sosial kemasyarakatan (horizontal/muta'addiyah) seperti berbagi untuk berbuka dan bersedekah.

Tekait untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan harus dilakukann melalui niat di malam harinya. Berbeda dengan ibadah puasa Sunnah yang bisa diniatkan di pagi hari sebelum masuk waktu zhuhur.

Oleh karena itu Rasulullah sangat menganjurkan (sunnah muakkadah) untuk makan sahur dan niat di malam harinya. Rasulullah bersabda, "Bersahurlah kalian, karena sahur mendatangkan barakah." (HR. Ahmad).

 

Sebagai umat Islam,tentu kita menginginkan dapat melaksanakan ibadah puasa seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dalam melaksanakan ibadah yang satu ini, tentu ada aturan untuk menjalankannya. Adapun cara Rasulullah SAW dalam menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan sebagai berikut:

1.Berniat puasa sejak malam
Diriwayatkan dari Hafsah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang tidak berniat untuk puasa Ramadhan sejak malam, maka tak ada puasa baginya.” (HR Abu Dawud).

2.Mengawali dengan sahur
Setiap akan melaksanakan puasa, Rasul SAW selalu makan sahur dengan mengakhirkannya atau menjelang datangnya waktu imsak.

3.Menyegerakan berbuka dan shalat
Dan ketika berbuka itu, Rasul SAW hanya memakan tiga biji kurma dan segelas air putih, lalu segera berwudhu untuk mengerjakan shalat Maghrib secara berjamaah. Dari Abu ‘Athiyah RA, dia berkata, “Saya bersama Masruq datang kepada Aisyah RA. Kemudian Masruq berkata kepadanya, “Ada dua sahabat Nabi Muhammad SAW yang masing-masing ingin mengejar kebaikan, dan salah seorang dari keduanya itu segera mengerjakan shalat Maghrib dan kemudian berbuka. Sedangkan yang seorang lagi, berbuka dulu baru kemudian mengerjakan shalat Maghrib.” Aisyah bertanya, “Siapakah yang segera mengerjakan shalat Maghrib dan berbuka?” Masruq menjawab, “Abdullah bin Mas’ud.” Kemudian Aisyah berkata, “Demikianlah yang diperbuat oleh Rasulullah SAW.” (HR Muslim No 1242).

4.Memberbanyak ibadah
Di bulan Ramadhan, Rasul SAW senantiasa memperbanyak amalan, seperti shalat malam, tadarus Alquran, zikir, tasbih, dan sedekah.

5.Iktikaf
Memasuki 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, Rasul SAW meningkatkan aktivitas ibadahnya, terutama dengan iktikaf.

Sumber: http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/06/04/or0dzc313-shaum-ala-rasulullah

Gambar Tidak Tersedia

Shalat Tarawih Pertama

Salat sunnah yang hanya dilaksanakan sepanjang bulan Ramadhan ini tentu sudah ditunggu-tunggu umat islam. Karena, banyak sekali keutamaan yang akan diraih bagi umat Islam yang melaksanakannya.

Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, pahala shalat tarawih yang dilaksanakan secara ikhlas sama dengan pahala shalat semalam penuh.

�?�?�?�? �?�?ا�?�? �?�?ع�? ا�?�?إِ�?�?ا�?ِ ح�?ت�?�?�? �?�?�?�?ص�?رِف�? �?ُتِب�? �?�?�?ُ �?ِ�?�?ا�?ُ �?�?�?�?�?�?ة

“Barang siapa qiyamul lail bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya (pahala) qiyam satu malam (penuh).” [HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibn Majah,dan Nasa’i,)

Dan disebutkan dalam hadits lainnya

�?�?�?�? �?�?ا�?�? �?�?ع�? ا�?�?إِ�?�?ا�?ِ ح�?ت�?�?�? �?�?�?�?ص�?رِف�? �?ُتِب�? �?�?�?ُ �?ِ�?�?ا�?ُ �?�?�?�?�?�?ة

‘Barang siapa shalat (tarawih) bersama imam sampai selesai. maka ditulis untuknya shalat satu malam (suntuk).’ (HR abu Dzar)

Lalu, apa saja keutamaan salat Tarawih yang pastinya diinginkan oleh umat Islam yang melaksanakannya ?

Berikut 3 keutamaan Salat Tarawih yang bisa didapatkan bagi orang yang menjalankannya :

1. Diampuni Dosa yang Telah Lalu

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

�?�?�?�? �?�?ا�?�? ر�?�?�?ض�?ا�?�? إِ�?�?�?ا�?�?ا �?�?اح�?تِس�?اب�?ا غُفِر�? �?�?�?ُ �?�?ا ت�?�?�?د�?�?�?�? �?ِ�?�? ذ�?�?�?بِ�?ِ

Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).

Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah shalat tarawih sebagaimana yang dituturkan oleh An Nawawi.

Hadits ini memberitahukan bahwa shalat tarawih bisa menggugurkan dosa dengan syarat karena iman yaitu membenarkan pahala yang dijanjikan oleh Allah dan mencari pahala dari Allah, bukan karena riya’ atau alasan lainnya.

Yang dimaksud “pengampunan dosa” dalam hadits ini adalah bisa mencakup dosa besar dan dosa kecil berdasarkan tekstual hadits, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnul Mundzir. Namun An Nawawi mengatakan bahwa yang dimaksudkan pengampunan dosa di sini adalah khusus untuk dosa kecil.

2. Seperti Salat Semalam Penuh

Saalat tarawih bersama imam seperti shalat semalam penuh.

Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya. Lalu beliau bersabda,

إِ�?�?�?�?ُ �?�?�?�? �?�?ا�?�? �?�?ع�? ا�?إِ�?�?ا�?ِ ح�?ت�?�?�? �?�?�?�?ص�?رِف�? �?ُتِب�? �?�?�?ُ �?ِ�?�?ا�?ُ �?�?�?�?�?�?ة�?

Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.”

Hal ini sekaligus merupakan anjuran agar kaum muslimin mengerjakan shalat tarawih secara berjama’ah dan mengikuti imam hingga selesai.

3. Seutama-Utamanya Salat

Ketiga, shalat tarawih adalah seutama-utamanya shalat.

Ulama-ulama Hanabilah (madzhab Hambali) mengatakan bahwa seutama-utamanya shalat sunnah adalah shalat yang dianjurkan dilakukan secara berjama’ah. Karena shalat seperti ini hampir serupa dengan shalat fardhu.

Kemudian shalat yang lebih utama lagi adalah shalat rawatib (shalat yang mengiringi shalat fardhu, sebelum atau sesudahnya).

Sumber : http://bogor.tribunnews.com/2018/05/16/malam-ini-salat-tarawih-pertama-ini-3-keutamannya-salah-satunya-diampuni-dosa?page=all&_ga=2.32018942.133909310.1526524619-330343286.1523429942

Gambar Tidak Tersedia

Sahur Ala Rasulullah SAW

Baginda Rasulullah SAW merupakan panutan bagi kita. Setiap kalamnya, perbuatannya, dan gerak-geriknya patut kita contoh. Sehingga, mudah-mudahan menjadi keberkahan bagi kita yang mengikutinya.

Bersahur adalah anjuran Rasulullah SAW, seperti diriwayatkan bahwa Rasul bersabda, “Bersahurlah kalian karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat keberkahan.” (HR Bukhari Muslim).

Hadis tersebut menunjukkan, seorang yang berpuasa diperintahkan untuk bersahur karena di dalamnya terdapat kebaikan yang banyak serta keberkahan yang agung, baik di dunia maupun di akhirat.

Anjuran ini dipertegas dalam hadis-hadis yang lain, di antaranya adalah Sabda Rasulullah, “Pembeda antara puasa kita dan puasa ahlul kitab adalah makanan sahur.”

Lalu, adakah menu sahur yang dianjurkan Rasulullah? Ya, di antara menu yang dianjurkan saat bersahur adalah memakan buah kurma.

Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah, “Sahurnya orang Mukmin adalah buah kurma.” (HR Abu Daud). Namun, untuk mendapatkan keberkahan sahur seperti dalam hadis di atas, tidaklah harus dengan menu khusus.

Keberkahan sahur dapat diraih dengan menu apa pun yang halal walaupun hanya dengan seteguk air. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW, “Makanan sahur merupakan makanan yang berkah maka janganlah kalian meninggalkannya walaupun hanya seteguk air, sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang bersahur.” (HR Ahmad).

Selain menu sahur, ada juga waktu sahur yang dianjurkan Rasulullah saw. Jika saat berbuka puasa kita disunahkan mempercepat berbuka, maka saat bersahur kita disunahkan untuk mengakhirkannya.

Adakah ukuran waktu khusus yang dilakukan Rasulullah saat bersahur? Ya, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan al-Imam al-Bukhori, sahabat Nabi yang bernama Zaid bin Tsabit pernah bersahur bersama Rasulullah dan melaksanakan shalat Subuh.

Setelah itu, lalu Zaid ditanya, “Berapa lama jarak antara usai sahur dan shalat Subuh?” Sayidina Zaid menjawab, “Seukuran membaca 50 ayat dari Alquran.” Kalau diukur dengan bacaan Alquran yang sedang, kurang lebih 15 menit sebelum Subuh.

Hadis-hadis di atas mengajarkan kepada kita bersahur ala Rasulullah. Semoga kita dapat mengikuti sunah-sunah beliau sehingga kita termasuk orang yang mendapatkan kehormatan di surga bersama beliau. Amin.

Dalam bulan ramadhan, nabi Muhammad saw memberikan contoh kepada kita agar sahur diakhirkan, mendekati imsak, dan salahsatu contoh nabi ini memang dibenarkan menurut ilmu pengetahuan modern (kedokteran). Ini salahsatu kebenaran islam, tidak hanya contoh sahur, berbuka dengan segera, jangan menunda-nunda dengan makanan yang manis juga dianjurkan oleh nabi, dan hal ini dibenarkan oleh ilmu pengetahuan modern. So, bila kita memang ingin sahur sehat agar puasa kuat, maka mari kita ikuti apa yang dicontohkan nabi Muhammad saw. Silahkan bila memang anda belum percaya, cek apa yang dicontohkan oleh Nabi dengan ilmu pengetahuan modern “yang benar”.

Hal yang dicontohkan nabi dalam sahur lainnya adalah nabi Muhammad tidak memankan manis-manisan pada saat sahur, ini berbeda dengan berbuka yang disunahkan memakan yang manis-manis. Contoh nabi Muhammad saat sahur.

Apalagi yang dicontohkan nabi saat Sahur Biar Sehat dan Puasa Kuat? Hal lain yang dicontohkan nabi adalah makan secukupnya. Tidak hanya dalam puasa, dalam segala hal yang “bertemakan makan” nabi Muhammad saw makan hanya sekedarnya. Yakni makan berhenti sebelum kenyang, atau dalam bahasa Jawa sebelum atob. Setelah makan sahur, nabi Muhammad tidak pernah langsung tidur.

Oh ya, ada hal penting yang tidak pernah ditinggalkan oleh nabi saat makan, termasuk sahur, yaitu doa. Sebelum kita bersahur ria dan setelah makan, kita harus berdoa. Tips Sahur Sehat Biar Puasa Kuat. Tidak hanya doa dalam mulut, melainkan memahami dan merenungkan apa yang kita baca saat kita sahur, hal ini akan berefek baik bagi jasmani dan sepiritual kita, percaya deh. Insya Allah

7 tips sahur yang berkualitas berikut,

1.Cuci muka dan kumur-kumur, bangun tidur tentunya masih males-malesan untuk beranjak dari tempat tidur, dan cara menghilangkannya kemalasan itu dengan cuci muka dan berkumur, apa lagi yang tidurnya ngiler, hehehe…

2.Minum air secukupnya, orang yang habis tidur biasanya tenggorokannya kering, jadi minum lah sedikit air untuk membasahi tenggorokan kalian agar nantinya pas makan tidak seret ditenggorokan.

3.Makanlah makanan Hangat, Ketika sahur hendaknya memakan makanan yang hangat, mudah dicerna dan merangsang enzim pencernaan, dengan kata lain kita mempunyai nafsu untuk makan.

4.Porsi secukupnya, Jangan karena nanti kita tidak akan makan selama 12 jam lantas membuat kita jadi makan sebanyak-banyaknya, nanti yang ada kita kita malas untuk shalat shubuh berjama’ah di Masjid, dan malas juga beraktifitas.

5.Minumlah susu, susu mengandung banyak unsur pendukung gizi. Saat sahur kita bisa meminum segelas susu hangat untuk menambah kekuatan tubuh, atau minuman lainnya seperti teh hangat dan sereal.

6.Suplemen, jika mempunyai banyak aktifitas saat puasa, kita dapat mengomsumsi suplemen berisi vitamin untuk menjaga stamina.

7.Banyak minum air putih sebelum IMSAK, Untuk menjaga agar cairan dalam tubuh kita tidak habis atau dehidrasi saat kita puasa, hendaknya kita minum 2liter air.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/14/07/07/n8c35b-sahur-ala-rasulullah-saw
http://ahmad-assagaf.blogspot.co.id/2012/07/tips-sahur-sehat-ala-rasulullah.html

Gambar Tidak Tersedia

Tarhib Ramadhan

Ramadhan adalah bulan istimewa, tamu yang agung. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan keistimewaan bulan Ramadhan:

إِذ�?ا �?�?ا�?�? أ�?�?�?�?�?ُ �?�?�?�?�?�?ةٍ �?ِ�?�? ش�?�?�?رِ ر�?�?�?ض�?ا�?�? �? صُف�?ِد�?تِ ا�?ش�?�?�?�?اطِ�?�?ُ �?�?�?�?ر�?د�?ةُ ا�?�?جِ�?�?ِ �? �?�?غُ�?�?ِ�?�?ت�? أ�?ب�?�?�?ابُ ا�?�?�?�?ارِ ف�?�?�?�?�? �?ُف�?ت�?ح�? �?ِ�?�?�?�?ا ب�?اب �? �?�?فُت�?ِح�?ت�? أ�?ب�?�?�?ابُ ا�?�?ج�?�?�?�?ةِ ف�?�?�?�?�? �?ُغ�?�?�?�?�? �?ِ�?�?�?�?ا ب�?اب �? �?�?�?ُ�?�?ادِ�? �?ُ�?�?ادٍ �?�?ا ب�?اغِ�?�? ا�?�?خ�?�?�?رِ أ�?�?�?بِ�?�? �? �?�?�?�?ا ب�?اغِ�?�? ا�?ش�?�?ر�?ِ أ�?�?�?صِر�? �? �?�?�?ِ�?�?�?�?ِ عُت�?�?�?اءُ �?ِ�?�? ا�?�?�?�?ارِ �?�?ذ�?�?�?�? �?ُ�?�?ُ �?�?�?�?�?�?ةٍ

“Pada malam pertama dari bulan Ramadhan, maka setan-setan dan jin-jin yang sangat jahat akan diikat, ditutup pintu-pintu neraka dan tidak ada satu pun pintu neraka yang dibuka, dibuka pintu-pintu surga dan tidak ada satu pun pintu surga yang ditutup, dan akan ada penyeru berkata, “Wahai yang menginginkan kebaikan, kemarilah! Dan wahai yang menginginkan keburukan, kurangilah!” Dan Allah memerdekakan hamba-hambaNya dari neraka di setiap malam bulan Ramadhan.”

Hadits ini adalah hadits yang shahih. Hadits ini menunjukkan kemuliaan bulan Ramadhan, di mana di bulan Ramadhan, kata Rasulullah, setan-setan yang durhaka dan jahat diikat; ini menunjukkan bahwa tidak semua setan dan jin diikat, melainkan jin-jin yang sangat durhakalah yang diikat. Kemudian kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, pintu-pintu surga akan dibuka dan pintu-pintu neraka akan ditutup. Demikian pula, akan ada malaikat yang menyeru dan berkata, “Wahai yang menginginkan kebaikan, kemarilah!” dan “Wahai yang menginginkan keburukan, kurangilah!”. Dan subhanallah setiap malam bulan Ramadhan, Allah memerdekakan hamba-hambaNya dari api neraka.

Sebagai seorang muslim, mari kita mengenal lebih jauh apa makna dari tarhib yang selalu kita lakukan setiap menjelang Ramadhan. Agar setiap amaliyah yang kita lakukan, selain bermodalkan semangat tentunya juga harus mengetahui ilmunya.

Allah berfirman;

�?�?�?ا�? ت�?�?�?فُ �?�?ا �?�?�?�?س�? �?�?�?�? بِ�?ِ عِ�?�?�?�? إِ�?�?�? ا�?س�?�?�?�?ع�? �?�?ا�?�?ب�?ص�?ر�? �?�?ا�?�?فُؤ�?اد�? �?ُ�?�?ُ أُ�?�?�?ئِ�?�? �?�?ا�?�? ع�?�?�?�?ُ �?�?س�?ؤُ�?�?ا�?

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS: Al Isra [17]:36)

Makna etimologis dan terminologis

Secara etimologis (bahasa), kata tarhib berasal dari fi’il “ra-hi-ba, yarhabu, rahbun”yang berarti luas, lapang dan lebar. Dan selanjutnya menjadi fi’ilrahhaba, yurahhibu, tarhiban” yang mengandung arti menyambut, menerima dengan penuh kelapangan, kelebaran dan keterbukaan hati. (Kamus al-Munawwir).

Menurut Kamus Al-Munjid (Kamus Besar Bahasa Arab),marhaban berasal dari akar kata rahib (ra-ha-ba) yang artinya menyambut. Masdarnya adalah tarhibyang mengandung makna penyambutan.

Kebiasaan orang Arab ketika menyambut tamunya, ungkapan yang biasa mereka sampaikan (ucapkan) adalah: marhaban, maksudnya kedatanganmu aku terima dengan penuh keterbukaan, seisi rumah kami menyambutmu dengan dengan segala kelapangan.

Sebagai catatan, dalam bahasa Arab, kata “tarhib” bisa punya dua makna. Pertama, kata tarhib (pake huruf ha besar), berasal dari rahhaba-yurahhibu atau arhaba-yurhibu, artinya ancaman.  Derivasinya ada kata irhab (teror), irhabiy (teroris).

Kedua, kata “tarhib” (pake huruf ha tipis), dari kata ini lahir kata marhaban (menyambut gembira, senang, dll).

Nah, yang dimaksud “Tarhib Ramadhan”, berarti yang dimaksud adalah menyambut gembira Ramadhan (yang pake ha tipis).

Secara terminologis (istilah), kata tarhib Ramadhan berarti menyambut kedatangan bulan Ramadhan dengan segala kesiapan, keluasan, kepalapangan, keterbukaan dan kelebaran yang dimiliki, baik materil maupun spritual, jiwa dan raga serta segala apa yang ada dalam diri kita.

Jadi ketika kita mengatakan: “aku men-tarhib Ramadhan”, itu bermakna kedatangan bulan Ramadhan akan aku sambut secara total, maksimal dan optimal. Antara istilah Tarhib dan Marhaban, secara teori dan makna sama-sama bisa digunakan karena mengandung arti yang sama yaitu menyambut dengan senang hati, gembira, lapang dan secara terbuka lebar.

Ibnu Mandzur (630-711 H), seorang ahli Bahasa Arab pernah menjelaskan bahwa Ramadhan berasal dari kata al Ramadh, yang artinya panas batu akibat sengatan sinar matahari. Ada juga yang mengatakan, Ramadhan diambil dari akar kara ramida, keringnya mulut orang yang berpuasa akibat haus dan dahaga. Dengan pengertian di atas, Ramadhan sebagai simbol sengatan sinar matahari yang bisa mempengaruhi dan memanaskan batu. Sementara batu sering disimbulkan dalam Al-Quran untuk orang yang memiliki hati yang keras. Namun Ramadhan mampu membuat panas dan hati yang sekeras batu bisa terpengaruh. (Misteri Bulan Ramadhan, Yusuf Burhanuddin, QultumMedia)

Gebyar dalam menyambut Ramadhan merupakan bagian dari syi’ar Islam. Warna warni menghiasi segala penjuru nusantara dengan kajian, ta’lim tabligh akbar dengan mengundang para ulama yang sengaja didatangkan dari luar daerah untuk memberikan pencerahan dan pembekalan dalam detik-detik memasuki Ramadhan.

Namun terntunya, kita juga selalu menasehati dan mengingatkan saudara-saudara kita semoga tidak terjerumus ke dalam perkara-perkara yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam.

Beberapa hal bisa kita lakukan dalam mentarhib Ramadhan:

Pertama, menyambutnya dengan penuh rasa gembira, karena bulan Ramadhan sangat banyak faedah dan keutamaan-keutamaan yang terdapat di dalamnya, pintu Syurga dibuka, pintu Neraka ditutup. Pahala dilipat gandakan, amalan sunnah menjadi wajib dan masih banyak lagi.

Kedua, mendatangi berbagai kajian puasa Ramadhan  guna meningkatkan pengetahuan tentang Ramadhan. Agar hari-hari yang dilewati semenjak hari pertama sampai terkahir tinggal pemantapan dan pelaksanaan saja.

Ketiga, melakukan persiapan fisik, mental dan spritual. Sejak awal sudah ada perencanaan yang matang mulai dari menyiapkan mushaf khusus untuk tadarrus dan, berazzam membaca tafsir al-Qur’an selama Ramadhan. Membeli buku-buku yang berkaitan dengan pengetahuan puasa jika tidak berkesempatan mengikuti kajian bisa baca sendiri di rumah.

Sumber : https://www.radiorodja.com/7139-menyambut-ramadhan-tarhib-ramadhan-ustadz-abu-yahya-badrusalam-lc

 

Gambar Tidak Tersedia

Amalan utama Ramadhan

Sesungguhnya bulan Ramadhan yang mulia ini akan terasa begitu singkat. Hari-harinya akan berlalu begitu cepat, meninggalkan kita penuh penyesalan jika tidak segera tersadar untuk mengisinya dengan berbagai kebaikan. Isyarat begitu dalam tentang hari-hari Ramadhan kita dapatkan setelah ayat perintah kewajiban berpuasa, dimana Allah SWT berfirman:

…�?�?اأ�?�?ُ�?�?�?ا ا�?�?�?ذِ�?�?�? ء�?ا�?�?�?ُ�?ا �?ُتِب�? ع�?�?�?�?�?�?ُ�?ُ ا�?صِ�?�?�?ا�?ُ �?�?�?�?ا �?ُتِب�? ع�?�?�?�? ا�?�?�?ذِ�?�?�? �?ِ�? �?�?ب�?�?ِ�?ُ�?�? �?�?ع�?�?�?�?�?ُ�?�? ت�?ت�?�?�?ُ�?�?�? أ�?�?�?�?ا�?�?ا �?�?�?ع�?دُ�?د�?اتٍ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu...” [QS. Al-Baqoroh: 183-184]

Hanya beberapa hari tertentu saja, karena ia tidak akan lebih dari 29 atau 30 hari. Karenanya, tanpa mengetahui seluk beluk dan keutamaan ragam amal dalam Ramadhan, bisa jadi Ramadhan yang singkat akan benar-benar berlalu begitu saja, nyaris tanpa amal dan kenangan yang berarti.

Ada banyak kiat sukses menghadapi Ramadhan, yang jika kita jalankan dengan baik, insya Allah akan menjadikan Ramadhan kita lebih berharga, lebih terasa, dan lebih berkah insyaAllah. Salah satu diantaranya yaitu mengoptimalkan segala ibadah wajib dan ibadah sunnah sepanjang 30 hari bulan ramadhan.

Bulan Ramadhan merupakan bulan kebaikan, bulan Ibadah, bulan berbuat baik, bulan simpati, bulan kemenangan atas nafsu, bulan pembebasan dari neraka. Pada bulan ini, terdapat banyak karunia Allah SWT yang diberikan kepada hambanya yaitu dengan cara pahala dilipatgandakan serta segala dosa diampuni dengan syarat menghindari segala maksiat, terutama dosa besar.

Baruntunglah bagi kaum muslim yang senantiasa memanfaatkan momen ramadhan sebagai sarana untuk memperbanyak pahala, mencari pengampunan dosa, hingga mengharap ridho allah SWT. Berikut ini telah kami rangkum beberapa ibadah utama bulan ramadhan yang sangat ditekankan untuk diperhatikan:

1. Puasa Ramadhan

Salah satu ibadah utama yang sangat ditekankan untuk diperhatikan yaitu puasa ramadhan, mulai dari sahur hingga berbuka terdapat keutamaan-keutamaan yang sayang untuk dilewatkan. Berikut beberapa dalil yang menggambarkan keutamaan puasa ramadhan:

�?�?�?�? ص�?ا�?�? ر�?�?�?ض�?ا�?�? إِ�?�?�?ا�?�?ا �?�?اح�?تِس�?اب�?ا غُفِر�? �?�?�?ُ �?�?ا ت�?�?�?د�?�?�?�? �?ِ�?�? ذ�?�?�?بِ�?ِ

Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari & Muslim]

�?ُ�?�?ُ ع�?�?�?�?ِ اب�?�?ِ آد�?�?�? �?ُض�?اع�?فُ ا�?�?ح�?س�?�?�?ةُ ع�?ش�?رُ أ�?�?�?ث�?ا�?ِ�?�?ا إِ�?�?�? س�?ب�?ع�?ِائ�?ة ضِع�?فٍ �?�?ا�?�? ا�?�?�?�?�?ُ ع�?ز�?�? �?�?ج�?�?�?�? إِ�?�?�?ا ا�?ص�?�?�?�?�?�? ف�?إِ�?�?�?�?ُ �?ِ�? �?�?أ�?�?�?ا أ�?ج�?زِ�? بِ�?ِ �?�?د�?عُ ش�?�?�?�?�?ت�?�?ُ �?�?ط�?ع�?ا�?�?�?ُ �?ِ�?�? أ�?ج�?�?ِ�? �?ِ�?ص�?�?ائِ�?ِ ف�?ر�?ح�?ت�?ا�?ِ ف�?ر�?ح�?ة�? عِ�?�?د�? فِط�?رِ�?ِ �?�?ف�?ر�?ح�?ة�? عِ�?�?د�? �?ِ�?�?اءِ ر�?ب�?ِ�?ِ �?�?�?�?خُ�?ُ�?فُ فِ�?�?ِ أ�?ط�?�?�?بُ عِ�?�?د�? ا�?�?�?�?�?ِ �?ِ�?�? رِ�?حِ ا�?�?�?ِس�?�?ِ

Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, sungguh dia bagianku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa) dia telah meninggalkan syahwatnyadan makannya karena Aku’. Bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan; gembira ketika berbuka puasa dan gembria ketika berjumpa Tuhannya dengan puasanya. Dan sesungguhnya bau tidak sedap mulutnya lebih wangi di sisi Allah dari pada bau minyak kesturi.” [HR. Muslim]

Tidak diragukan lagi, keutamaan puasa ramadhan begitu besar, tidak hanya derajat takwa, pengampunan dosa dan pahala yang didapatkan, bahkan dijanjikan bertemu Tuhan dengan puasa yang telah dikerjakan. Namun, puasa di sini tidak hanya sebatas menahan nafsu, dahaga dan lapar, diperlukan tindakan lain agar pahala tetap terjaga. Berdasarkan sabda Nabi SAW berikut:

�?�?�?�? �?�?�?�? �?�?د�?ع�? �?�?�?�?�?�? ا�?ز�?ُ�?رِ �?�?ا�?�?ع�?�?�?�?�? بِ�?ِ ف�?�?�?�?�?س�? �?ِ�?�?�?�?ِ ح�?اج�?ة�? فِ�? أ�?�?�? �?�?د�?ع�? ط�?ع�?ا�?�?�?ُ �?�?ش�?ر�?اب�?�?ُ

Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan minumnya.” [HR. Bukhari]

�?ُ�?�?ُ ع�?�?�?�?ِ اب�?�?ِ آد�?�?�? �?�?�?ُ إِ�?�?�?ا ا�?ص�?ِ�?�?ا�?�? ف�?إِ�?�?�?�?ُ �?ِ�? �?�?أ�?�?�?ا أ�?ج�?زِ�? بِ�?ِ �?�?ا�?ص�?ِ�?�?ا�?ُ جُ�?�?�?ة�? �?�?إِذ�?ا �?�?ا�?�? �?�?�?�?�?ُ ص�?�?�?�?ِ أ�?ح�?دِ�?ُ�?�? ف�?�?�?ا �?�?ر�?فُث�? �?�?�?�?ا �?�?ص�?خ�?ب�? ف�?إِ�?�? س�?اب�?�?�?ُ أ�?ح�?د�? أ�?�?�? �?�?ات�?�?�?�?ُ ف�?�?�?�?�?�?ُ�?�? إِ�?�?ِ�? ا�?�?رُؤ�? ص�?ائِ�?�?

Semua amalan bani adam adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, dan puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan berteriak-teriak. Jika ada orang yang mencacinya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah ia mengatakan, ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa’. [HR. Bukhari & Muslim]

Selain menjalankan syarat sah puasa berupa menahan nafsu makan, minum dan kebutuhkan biologis, dianjurkan memperbanyak amalan lain dan menghindari segala maksiat bahkan jika ada seorang yang menghasut, dianjurkan untuk bersabar dan berkata saya sedang berpuasa.

2. Sholat Malam (Tarawih)

Sholat malam (tahajjud) adalah salah satu amaliyah yang sangat ditekankan oleh Nabi SAW, terutama di bulan ramadhan. Bahkan, di luar bulan Ramadhan pun ibadah ini tidak pernah dilewatkan oleh Nabi SAW.

Hal ini didasari pada hadis Nabi yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA yang berkata: “Jangan tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkannya. Apabila beliau sakit atau melemah maka beliau shalat dengan duduk.” [HR. Abu Dawud & Ahmad]

�?�?عِب�?ادُ ا�?ر�?�?ح�?�?�?�?ِ ا�?�?�?ذِ�?�?�? �?�?�?�?شُ�?�?�? ع�?�?�?�? ا�?�?أ�?ر�?ضِ �?�?�?�?�?�?ا �?�?إِذ�?ا خ�?اط�?ب�?�?ُ�?ُ ا�?�?ج�?ا�?ِ�?ُ�?�?�? �?�?ا�?ُ�?ا س�?�?�?ا�?�?ا �?�?ا�?�?�?ذِ�?�?�? �?�?بِ�?تُ�?�?�? �?ِر�?ب�?ِ�?ِ�?�? سُج�?�?د�?ا �?�?�?ِ�?�?ا�?�?ا

“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” [QS. Al-Furqan: 63-64]

أ�?�?�?�?�?�? �?ُ�?�? �?�?ا�?ِت�? آ�?�?اء�? ا�?�?�?�?�?�?�?ِ س�?اجِد�?ا �?�?�?�?ائِ�?�?ا �?�?ح�?ذ�?رُ ا�?آخِر�?ة�? �?�?�?�?ر�?جُ�? ر�?ح�?�?�?ة�? ر�?ب�?ِ�?ِ

“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?” [QS. Al-Zumar: 9]

Salah satu keutamaan sholat malam di bulan Ramadhan yaitu itu mendapatkan pengampunan dosa-dosa yang telah dikerjakan di masa lalu. Berdasarkan hadis Nabi SAW yang berbunyi:

�?�?�?�? �?�?ا�?�? ر�?�?�?ض�?ا�?�? إِ�?�?�?ا�?�?ا �?�?اح�?تِس�?اب�?ا غُفِر�? �?�?�?ُ �?�?ا ت�?�?�?د�?�?�?�? �?ِ�?�? ذ�?�?�?بِ�?ِ

“Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari & Muslim]

Pentingnya sholat malam, tidak hanya dilakukan oleh diri pribadi. Bahkan bagi seorang kepala keluarga dianjurkan untuk membangunkan anak dan istrinya untuk mengerjakan ibadah mulia ini.

�?�?أ�?�?ُر�? أ�?�?�?�?�?�?�? بِا�?ص�?�?�?�?اةِ �?�?اص�?ط�?بِر�? ع�?�?�?�?�?�?�?ا �?�?ا �?�?س�?أ�?�?ُ�?�? رِز�?�?�?ا �?�?ح�?�?ُ �?�?ر�?زُ�?ُ�?�? �?�?ا�?�?ع�?ا�?ِب�?ةُ �?ِ�?ت�?�?�?�?�?�?�?

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” [QS. Thaahaa: 132]

 

ر�?حِ�?�? ا�?�?�?ُ ر�?جُ�?�?ا�?�? �?�?ا�?�? �?ِ�?�? ا�?�?�?�?�?�?�?ِ ف�?ص�?�?�?�?�?�? �?�?أ�?�?�?�?�?ظ�? اِ�?�?ر�?أ�?ت�?�?ُ ف�?ص�?�?�?�?ت�?�? ف�?إِ�?�? أ�?ب�?ت�? �?�?ض�?ح�? فِ�?�? �?�?ج�?�?ِ�?�?ا ا�?�?�?�?اء�?�? �?�?ر�?حِ�?�? ا�?�?�?ُ اِ�?�?ر�?أ�?ة�?�? �?�?ا�?�?ت�? �?ِ�?�? ا�?�?�?�?�?�?�?ِ ف�?ص�?�?�?�?ت�?�? �?�? أ�?�?�?�?�?ظ�?ت�? ز�?�?�?ج�?�?�?ا�? ف�?إِ�?�? أ�?ب�?�? �?�?ض�?ح�?ت�? فِ�?�? �?�?ج�?�?ِ�?ِ ا�?�?�?�?اء�?

“Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun di waktu malam lalu shalat dan ia pun membangunkan isterinya lalu sang istri juga shalat. Bila istri tidak mau bangun ia percikkan air ke wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang isteri yang bangun di waktu malam lalu ia shalat dan ia pun membangunkan suaminya. Bila si suami enggan untuk bangun ia pun memercikkan air ke wajahnya.” [HR. Abu Dawud, an-Nasa-i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, & Ibnu Hibban]

�?�?�?ِ اس�?ت�?�?�?�?�?ظ�? �?ِ�?�? ا�?�?�?�?�?�?�?ِ �?�?أ�?�?�?�?�?ظ�? أ�?�?�?�?�?�?ُ ف�?ص�?�?�?�?�?�?ا ر�?�?�?ع�?ت�?�?�?�?ِ ج�?�?ِ�?�?ع�?ا�? �?ُتِب�?ا �?ِ�?�? ا�?ذ�?�?ا�?ِرِ�?�?�?�? ا�?�?�?�? �?�?ثِ�?�?ر�?ا �?�?ا�?ذ�?�?ا�?ِر�?اتِ

“Barangsiapa yang bangun di waktu malam dan ia pun membangunkan isterinya lalu mereka shalat bersama dua raka’at, maka keduanya akan dicatat termasuk kaum laki-laki dan wanita yang banyak berdzikir kepada Allah.” [HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, & al-Hakim]

3. Shadaqah Ramadhan

Shadaqah maupun berbagi di bulan ramadhan adalah salah satu amaliyah yang sangat ditekankan bagi seorang muslim yang mampu melakukannya. Bahkan Nabi termasuk dari orang yang paling dermawan saat bulan Ramadhan. Berdasarkan hadis dari Ibn Abbas RA yang berbunyi:

�?�?ا�?�? ر�?سُ�?�?ُ ا�?�?�?�?�?ِ ص�?�?�?�?�? ا�?�?�?�?�?ُ ع�?�?�?�?�?�?ِ �?�?س�?�?�?�?�?�? أ�?ج�?�?�?د�? ا�?�?�?�?اسِ�? �?�?�?�?ا�?�? أ�?ج�?�?�?دُ �?�?ا �?�?�?ُ�?�?ُ فِ�? ر�?�?�?ض�?ا�?�?�? حِ�?�?�? �?�?�?�?�?�?ا�?ُ جِب�?رِ�?�?ُ�? �?�?�?�?ا�?�? �?�?�?�?�?�?ا�?ُ فِ�? �?ُ�?�?ِ �?�?�?�?�?�?ةٍ �?ِ�?�? ر�?�?�?ض�?ا�?�?�? ف�?�?ُد�?ارِسُ�?ُ ا�?�?�?ُر�?آ�?�?�? ف�?�?�?ر�?سُ�?�?ُ ا�?�?�?�?�?ِ ص�?�?�?�?�? ا�?�?�?�?�?ُ ع�?�?�?�?�?�?ِ �?�?س�?�?�?�?�?�? أ�?ج�?�?�?دُ بِا�?�?خ�?�?�?رِ �?ِ�?�? ا�?ر�?ِ�?حِ ا�?�?�?ُر�?س�?�?�?ةِ (صح�?ح ا�?بخار�?

Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi saat ramadhan, ketika dijumpai Jibril (as), yang mengunjungi beliau setiap malam dibulan ramadhan, dan mengajarkan beliau saw Alqur’an, maka sungguh Rasulullah saw lebih dermawan dalam berbuat baik daripada angin yang berhembus” [HR. Bukhari]

Sesungguhnya shadaqah bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan kelebihan, maka bersegeralah dan semangat dalam menunaikannya sesuai kemampuan. Dan di antara bentuk shadaqah di bulan ini adalah:

a. memberi makan

Allah menerangkan tentang keutamaan memberi makan orang miskin dan kurang mampu yang membutuhkan, dan balasan yang akan didapatkan dalam firman-Nya:

�?�?�?ُط�?عِ�?ُ�?�?�? ا�?ط�?�?ع�?ا�?�? ع�?�?�?�? حُب�?ِ�?ِ �?ِس�?�?ِ�?�?�?ا �?�?�?�?تِ�?�?�?ا �?�?أ�?سِ�?ر�?ا إِ�?�?�?�?�?ا �?ُط�?عِ�?ُ�?ُ�?�? �?ِ�?�?ج�?�?ِ ا�?�?�?�?�?ِ �?�?ا �?ُرِ�?دُ �?ِ�?�?�?ُ�?�? ج�?ز�?اء�? �?�?�?�?ا شُ�?ُ�?ر�?ا إِ�?�?�?ا �?�?خ�?افُ �?ِ�?�? ر�?ب�?ِ�?�?ا �?�?�?�?�?�?ا ع�?بُ�?س�?ا �?�?�?�?ط�?رِ�?ر�?ا ف�?�?�?�?�?ا�?ُ�?ُ ا�?�?�?�?�?ُ ش�?ر�?�? ذ�?�?ِ�?�? ا�?�?�?�?�?�?�?ِ �?�?�?�?�?�?�?ا�?ُ�?�? �?�?ض�?ر�?ة�? �?�?سُرُ�?ر�?ا �?�?ج�?ز�?ا�?ُ�?�? بِ�?�?ا ص�?ب�?رُ�?ا ج�?�?�?�?ة�? �?�?ح�?رِ�?ر�?ا

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera.” [QS. Al-Nisa: 8-12]

Para ulama salaf sangat memperhatikan memberi makan dan mendahulukannya atas banyak macam ibadah, baik dengan mengeyangkan orang lapar atau memberi makan saudara muslim yang shalih. Dan tidak disyaratkan dalam memberi makan ini kepada orang yang fakir.

Rasullullah SAW bersabda, “Wahai manusia, tebarkan salam, berilah makan, sambunglah silaturahim, dan shalatlah malam di saat manusia tidur, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat.” [HR. Ahmad, Tirmidzi]

Sebagian ulama salaf ada yang mengatakan, “Aku mengundang sepuluh sahabatku lalu aku beri mereka makan dengan makanan yang mereka suka itu lebih aku senangi dari pada membebaskan sepuluh budak dari keturunan Islmail.”

Ada beberapa ulama yang memberi makan orang lain padahal mereka sedang berpuasa, seperti Abdullan bin Umar, Dawud al-Tha’i, Malik bin Dinar, dan Ahmad bin Hambal Radhiyallahu ‘Anhum. Dan adalah Ibnu Umar, tidaklah berbuka kecuali dengan anak-anak yatim dan orang-orang miskin.

Ada juga sebagian ulama salaf lain yang memberi makan saudara-saudaranya sementara ia berpuasa, tapi ia tetap membantu mereka dan melayani mereka, di antaranya adalah al-Hasan al-Bashri dan Abdullah bin Mubarak.

Abu al-Saur al-Adawi berkata: Beberapa orang dari Bani Adi shalat di masjid ini. Tidaklah salah seorang mereka makan satu makananpun dengan sendirian. Jika ia dapatkan orang yang makan bersamanya maka ia makan, dan jika tidak, maka ia keluarkan makanannya ke masjid dan ia memakannya bersama orang-orang dan mereka makan bersamanya.

b. Memberi hidangan berbukan bagi orang puasa

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa yang memberi berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun.” [HR. Ahmad & Nasai]

Dan dalam hadits Salman Radhiyallahu ‘Anhu, “Siapa yang memberi makan orang puasa di dalam bulan Ramadhan, maka diampuni dosanya, dibebaskan dari neraka, dan baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya.”

4. Membaca Al-Qur’an

Sebagaimana telah kami sebutkan pada artikel Kemuliaan Lailatul Qadar, salah satu kekhususan bulan ramadhan dibandingkan bulan lain adalah yaitu bulan dimana Al-Qur’an diturunkan, sehingga ada banyak keberkahan di dalamnya.

Salah satu amalan yang dianjurkan untuk ditingkatkan adalah memperbanyak membaca al-Qur’an. Selain segala amallan kebajika dilipatgandakan di bulan ramadhan, membaca satu huruf dalam al-Qur’an akan diberikan sepuluh kebaikan, bahkan bagi yang terbata-bata diberikan dua pahala. berdasarkan dua hadis berikut:

ا�?�?�?�?ا�?ِرُ بِا�?�?�?ُر�?آ�?ِ �?�?ع�? ا�?س�?�?ف�?ر�?ةِ ا�?�?�?ِر�?ا�?ِ ا�?�?ب�?ر�?ر�?ةِ �?�?ا�?�?�?ذِ�? �?�?�?�?ر�?أُ ا�?�?�?ُر�?آ�?�? �?�?�?�?ت�?ت�?ع�?ت�?عُ فِ�?�?ِ �?�?�?ُ�?�? ع�?�?�?�?�?�?ِ ش�?ا�?�?�? �?�?�?ُ أ�?ج�?ر�?ا�?ِ

“Orang yang membaca Al-Qur’an dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia lagi taat, sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan tergagap dan susah membacanya baginya dua pahala.” [Hadits Muttafaq ‘Alaih]

�?�?�?�? �?�?ر�?أ�? ح�?ر�?ف�?ا �?ِ�?�? �?ِت�?ابِ ا�?�?�?�?�?ِ ف�?�?�?�?ُ بِ�?ِ ح�?س�?�?�?ة�? �?�?ا�?�?ح�?س�?�?�?ةُ بِع�?ش�?رِ أ�?�?�?ث�?ا�?ِ�?�?ا �?�?ا أ�?�?ُ�?�?ُ آ�?�? ح�?ر�?ف�? �?�?�?�?�?ِ�?�? أ�?�?ِف�? ح�?ر�?ف�? �?�?�?�?ا�?�? ح�?ر�?ف�? �?�?�?ِ�?�?�? ح�?ر�?ف�?

“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf.” [HR. At-Tirmidzi]

5. Duduk di Masjid hingga Matahari Terbit

Salah satu kebiasaan nabi dalam kehidupan sehari-hari yaitu duduk di masjid hingga matahari terbit. Berdasarkan hadis: Rasulullah SAW, apabila shalat Shubuh beliau duduk di tempat shalatnya hinga matahari terbit (HR. Muslim). Juga hadis dari Anas RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

�?�?�?�? ص�?�?�?�?�? ا�?�?غ�?د�?اة�? فِ�? ج�?�?�?اع�?ةٍ ثُ�?�?�? �?�?ع�?د�? �?�?ذ�?�?ُرُ ا�?�?�?�?�?�? ح�?ت�?�?�? ت�?ط�?�?ُع�? ا�?ش�?�?�?�?سُ ثُ�?�?�? ص�?�?�?�?�? ر�?�?�?ع�?ت�?�?�?�?ِ �?�?ا�?�?ت�? �?�?�?ُ �?�?أ�?ج�?رِ ح�?ج�?�?ةٍ �?�?عُ�?�?ر�?ةٍ ت�?ا�?�?�?ةٍ ت�?ا�?�?�?ةٍ ت�?ا�?�?�?ةٍ

Siapa shalat Shubuh dengan berjama’ah, lalu duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua raka’at, maka baginya seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna, sempurna.” [HR. Tirmidzi]

Keutamaan berdiam diri di masjid hingga matahari terbit berlaku pada semua hari, lalu bagaimana jika dikerjakan selama bulan Ramadhan? Sudah barang tentu pahala yang didapatkan akan dilipatgandakan. Sudah selayaknya, agar kita mengoptimlkan salah satu keagungan ini dengan mengindari segala aktivitas malam yang dapat melalaikan untuk bangun di subuh hari.

6. I’tikaf Akhir Ramadhan

Rasulullah SAW juga senantiasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama 10 hari terakhir. Bahkan ditahun wafatnya, beliau beri’tikaf hingga 20 hari [HR. Bukhari & Muslim]. I’tikaf merupakan ibadah yang didalamnya terkumpul bermacam-macam ketaatan; baik berupa shalat, doa, dzikir, tadarrus, dan yang lainnya.

Bagi yang tidak terbiasa mengerjakannnya akan terasa berat, namun ibadah ini akan dimudahkan oleh Allah SWT bagi yang berkinginan kuat untuk mengerjakannya. Maka, siapapun yang bertekad dan bersungguh-sung untuk mengerjakannya, pasti akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.

Ibadah i’tikaf dianjurkan untuk dibiasakan setiap harinya di bulan ramadhan, Namun waktu paling utama untuk mengerjakannya yaitu 10 hari terkahir di bulan Ramadhan agar mendapati keagungan malam lailatul qadar.

I’tikaf adalah aktivitas menyendiri yang disyariatkan oleh agama, karena seorang mu’takif (orang yang beri’tikaf) mengurung diri dalam rangka meningkatkan ketaatan kepada Allah dan melupakan sejenea dari aktivitas duniawi yang menyibukkan. Mu’takif mengurung diri semata-mata untuk merenung, membersihkan diri, dan mengharap ridho Allah SWT.

7. Umrah Bulan Ramadhan

Umrah termasuk dalam sunnah Nabi yang dianjurkan untuk dikerjakan saat bulan Ramadhan, bahkan pahalanya setarah dengan ibadah haji. Berdasarkan hadis Nabi yang berbunyi:

عُ�?�?ر�?ة�? فِ�? ر�?�?�?ض�?ا�?�? ح�?ج�?�?ة�?

“Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji.” [HR. Al-Bukhari & Muslim] dalam riwayat lain, “seperti haji bersamaku.” Sebuah kabar gembira untuk mendapatkan pahala haji bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Meskipun ibadah umrah di bulan Ramadhan setara dengan pahala haji, namun hal ini tidak menggugurkan kewajiban haji bagi yang mampu melakukkannya.

8. Menghidupkan Lailatul Qadar

إِ�?�?�?ا أ�?�?�?ز�?�?�?�?�?ا�?ُ فِ�? �?�?�?�?�?�?ةِ ا�?�?�?�?د�?رِ �?�?�?�?ا أ�?د�?ر�?ا�?�? �?�?ا �?�?�?�?�?�?ةُ ا�?�?�?�?د�?رِ �?�?�?�?�?�?ةُ ا�?�?�?�?د�?رِ خ�?�?�?ر�? �?ِ�?�? أ�?�?�?فِ ش�?�?�?رٍ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” [QS. Al-Qadar: 1-3]

�?�?�?�?�?�? �?�?ا�?�? �?�?�?�?�?�?ة�? ا�?�?�?�?د�?رِ إِ�?�?�?ا�?�?ا �?�?اح�?تِس�?اب�?ا غُفِر�? �?�?�?ُ �?�?ا ت�?�?�?د�?�?�?�? �?ِ�?�? ذ�?�?�?بِ�?ِ

“Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar didasari imandan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari & Muslim]

Rasulullah SAW berusaha mencari Lailatul Qadar dan memerintahkan para sahabatnya untuk menantinya di tiap ramadhan. Nabi juga senantiasa membangunkan keluarganya pada malam sepuluh hari terakhir dengan harapan mendapatkan Lailatul Qadar.

Dalam Musnad Ahmad, dari Ubadah secara marfu’, “Siapa yang shalat untuk mencari Lailatul Qadar, lalu ia mendapatkannya, maka diampuni dosa-dosa-nya yang telah lalu dan akan datang.” (Di dalam Sunan Nasai juga terdapat riwayat serupa, yang dikomentari oleh Al-hafidz Ibnul Hajar: isnadnya sesuai dengan syarat Muslim)

. . . Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim. . .

Terdapat beberapa keterangan, sebagian ulama salaf dari kalangan sahabat tabi’in, mereka mandi dan memakai wewangian pada malam sepuluh hari terakhir untuk mencari Lailatul Qadar yang telah Allah muliakan dan tinggikan kedudukannya.

Wahai orang-orang yang telah menyia-nyiakan umurnya untuk sesuatu yang tak berguna, kejarlah yang luput darimu pada malam kemuliaan ini. Sesungghnya satu amal shalih yang dikerjakan di dalamnya adalah nilainya lebih baik daripada amal yang dikerjakan selama seribu bulan di luar yang bukan Lailatul Qadar. Maka siapa yang diharamkan mendapatkan kebaikan di dalamnya, sungguh dia orang yang jauhkan dari kebaikan.

Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim, dari Ubai bin Ka’ab Radhiyallahu ‘Anhu, “Demi Allah, sungguh aku tahu malam keberapa itu, dia itu malam yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk shalat, yaitu malam ke-27.” Dan Ubai bersumpah atas itu dengan mengatakan, “Dengan tanda dan petunjuk yang telah dikabarkan oleh Ramadhan Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada kami, matahari terbit di pagi harinya dengan tanpa sinar yang terik/silau.”

Dari ‘Aisyah, ia berkata: Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang harus aku baca? Beliau menjawab, “Ucapkan:

ا�?�?�?�?�?ُ�?�?�? إ�?�?�?�? ع�?فُ�?�?�? تُحِب�?ُ ا�?�?ع�?ف�?�?�? ف�?اع�?فُ ع�?�?�?ِ�?

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai pemberian maaf maka ampunilah aku.” (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi, dishahihkan Al-Albani)

9. Memperbanyak Dzikir, Doa dan Istighfar

Sesungguhnya malam dan siang merupakan waktu-waktu utama dan mulia sepanjang bulan Ramadhan, maka pergunakanlah waktu tersebut untuk memperbanyak doa, dzikir dan meminta ampunan. Khususnya pada waktu mustajab berdoa seperti 3 keadaaan berikut:

  • Saat berbuka, karena seorang yang berpuasa saat ia berbuka memiliki doa yang tak ditolak.
  • Sepertiga malam terkahir saat Allah turun ke langit dunia dan berfirman, “Adakah orang yang meminta, pasti aku beri. Adakah orang beristighfar, pasti Aku ampuni dia.”
  • Beristighfar di waktu sahur, seperti yang Allah firmankan, “Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Al-Dzaariyat: 18)

Catatan Penting: Mengetahui Fiqh dan Aturan-aturan dalam Ibadah

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda: “Seorang faqih (ahli ilmu agama) lebih ditakuti syetan dari pada seribu ahli ibadah (tanpa ilmu)“. [HR Ibnu Majah].

Hadits diatas menegaskan kepada kita tentang urgensinya beribadah dengan ilmu. Bahkan salah satu syarat diterimanya ibadah adalah ittiba atau sesaui aturan dan sunnah Rasulullah SAW.

Dalam kaitannya dengan puasa, sungguh ibadah ini mempunyai kekhususan dalam aturan fiqhnya yang berbeda dengan lainnya. Para ulama pun menjadikan bab puasa sebagai pembahasan khusus dalam kitab fiqh. Kita perlu mengkaji ulang, bertanya dan mempelajari apa-apa yang belum sepenuhnya kita yakini atau kita ketahui. Agar kita mampu menjalani ibadah ini dengan baik tanpa keraguan sedikitpun.

Hal yang penting kita ketahui utamanya tentang apa-apa yang dibolehkan, apa-apa yang membatalkan, siapa saja yang boleh berbuka dan apa konsekuensinya. Mari kita sempatkan dalam hari-hari ini untuk kembali mengkaji fiqh seputar puasa. Tidak ada kata terlambat untuk sebuah ilmu ibadah yang mulia.

Menjaga Puasa agar Pahalanya Utuh

Yang dimaksud menjaga puasa kita adalah upaya untuk menjadikan pahala puasa kita utuh. Dua cara yang harus kita lakukan dalam kaitannya dengan hal ini, yaitu menjalani sunnah-sunnah puasa, serta menjauhi hal-hal yang bisa mengurangi pahala dan hikmah puasa.

Adapun sunnah-sunnah puasa, antara lain adalah mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka. Sunnah yang sederhana ini adalah bagian dari kemudahan dan keindahan syariat Islam. Kita diminta mengakhirkan sahur, sebagai persiapan untuk menjalani puasa seharian. Begitu pula kita diminta menyegerakan berbuka, sebagai kebutuhan fitrah manusia yang harus diperhatikan.

Sunnah puasa lainnya adalah dengan berdoa sebelum dan saat berbuka, serta berbuka dengan seteguk air. Semoga sunnah yang sederhana ini bisa kita lakukan untuk mengoptimalkan pahala puasa kita.

Menjaga puasa juga dengan menjauhi segala sikap dan tindakan yang akan mengurangi keberkahan puasa kita, seperti : marah tiada guna, emosional, berdusta dalam perkataan, ghibah, maupun kemaksiatan secara umum. Hal-hal semacam di atas, selain dilarang secara umum bagi seorang muslim, juga akan mempengaruhi kualitas puasanya di hadapan Allah SWT.

Jauh-jauh hari Rasulullah SAW telah mengingatkan kepada kita : Betapa Banyak Orang berpuasa tapi tidak mendapat (pahala) apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar, dan betapa banyak orang yang sholat malam (tarawih) tapi tidak mendapatkan apa-apa selain begadang saja (HR An-Nasai)

Mari kita mengambil pelajaran dari hadits di atas, untuk kemudian meniti hari-hari ramadhan kita dengan penuh kehati-hatian dan perhitungan. Siapapun kita tidak akan pernah rela jika hanya mendapat lapar dahaga saja di bulan mulia ini.

Menghias Puasa dengan Amaliyah Ramadhan

Sesungguhnya ibadah dalam bulan Ramadhan bukan hanya puasa saja. Tetapi banyak ragam ibadah yang juga disyariatkan dalam bulan penuh berkah ini. Mari kita menghias Ramadhan dengan ibadah-ibadah mulia tersebut, agar ramadhan sebagai madrasah ketakwaan benarbenar hadir dalam hidup kita.

Rasulullah SAW telah memberikan contoh pada kita bagaimana beliau menghias hati-hati Ramadhannya dengan: Tadarus Tilawah, memperbanyak sedekah, sholat tarawih, memberi hidangan berbuka, bahkan juga I’tikaf di masjid pada sepuluh hari yang terakhir. Jika kita ingin merasakan Ramadhan yang berbeda dan begitu bermakna, tentu menjadi penting bagi kita untuk menghias Ramadhan kita dengan amal ibadah tersebut. Keberkahan Ramadhan akan begitu terasa paripurna dalam hati kita.

Menjaga Keistiqomahan Ibadah hingga akhir Ramadhan.

Bulan ramdhan dipenuhi banyak amalan yang sungguh akan melelahkan sebagian besar orang. Karenanya kita sering menjadi saksi bagaimana kaum muslimin ‘berguguran’ dalam perlombaan Ramadhan ini sebelum mencapai garis finishnya.

Sholat tarawih di masjid mulai menyusut sedikit demi sedikit seiring berlalunya hari-hari awal Ramadhan. Karenanya, merupakan hal yang tidak bisa dibantah adalah jika kesuksesan Ramadhan bergantung dari keistiqomahan kita menjalani semua kebaikan di dalamnya hingga akhir Ramadhan tiba.

Syariat kita yang indah pun seolah memberikan motivasi di ujung ramadhan, agar kita bertambah semangat dalam beribadah, yaitu dengan menurunkan malam lailatul qadar yang mulia. Rasulullah SAW pun menjalankan I’tikaf untuk menutup bulan keberkahan ini.

Beliau juga bersungguh-sungguh di penghujung Ramadhan. Ibunda Aisyah menceritakan kepada kita: adalah Nabi SAW ketika masuk sepuluh hari yang terakhir (Romadhon), menghidupkan malam, membangunkan istrinya, dan mengikat sarungnya [HR Bukhori & Muslim]

Jika seorang memahami maksud, hikmah dan manfaat dari apa yang dilakukan, maka tentulah ia akan menjalankannya dengan ringan dan senang hati. Maka begitu pula seorang yang berpuasa, ketika ia benar-benar mampu menghayati hikmah puasa, maka ibadah yang terlihat berat ini akan dijalani dengan penuh kekhusyukan dan hati yang ringan.

Diantara hikmah puasa antara lain adalah: Menjadi madrasah ketakwaan dalam diri kita, sebagaimana isyarat Al-Quran ketika berbicara kewajiban puasa, yaitu la’allakum tattaqun .. agar supaya engkau bertakwa.

Hikmah puasa yang lain adalah menggugurkan dosa-dosa kita yang terdahulu, sebagaimana disebutkan dalam banyak riwayat seputar keutamaan ibadah puasa Ramadhan.

Hikmah puasa berikutnya tentu saja menjadikan kemuliaan tersendiri bagi yang menjalaninya saat hari kiamat nanti. Jangankan amal ibadahnya, bahkan bau mulut orang yang berpuasa pun menjadi tanda kemuliaan tersendiri di akhirat nanti. Subhanallah, Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh bau mulut orang yang berpuasa, lebih wangi di sisi Allah SWT dari aroma kesturi [HR. Bukhori].